By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Seni Tayub Nganjuk, Tarian Pergaulan Yang Kini Mengikuti Zaman
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Seni Tayub Nganjuk, Tarian Pergaulan Yang Kini Mengikuti Zaman
Warisan Budaya

Seni Tayub Nganjuk, Tarian Pergaulan Yang Kini Mengikuti Zaman

Anisa Kurniawati
Last updated: 18/12/2024 09:23
Anisa Kurniawati
Share
Tayub Nganjuk berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaannya terletak pada ukelan kendangnya. Foto: beritajatim.com
SHARE

Seni Tayub merupakan sejenis tari pergaulan yang berfungsi untuk mempererat hubungan sosial dan menciptakan suasana kebersamaan (guyub). 

Tari Tayub diyakini ada sejak zaman Sunan Kalijaga. Tarian ini dipentaskan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam mitologi masyarakat Nganjuk, Jawa Timur. 

Pementasan tari tayub terdiri dari waranggana atau penggambyong, merupakan tokoh utama yang ditarikan perempuan. Tugas Waranggana yaitu menari dan melantunkan lagu Jawa.

Tokoh lain dalam pementasan tari Tayub yaitu pengibing (laki-laki dari tamu yang menari bersama waranggana), Pramugari (pengatur pertunjukan tari tayub) dan Pengrawit (Pemain gamelan).

Pentas Negatif

Dulunya, tarian ini dianggap negatif. Alasan sering berkonotasi negatif, karena tari ini melibatkan interaksi dengan penonton saat di pentas. Secara aktif mereka dapat menari bersama Waranggana. Terkadang pada interaksi yang memberikan saweran uang dengan cara memasukkannya ke sela-sela tubuh (penari) Waranggana.

Suasana pertunjukan Tayub juga identik dengan minuman keras dan mabuk-mabukan sehingga sering menimbulkan kerusuhan. Akan tetapi seiring perkembangannya, Tayub tidak lagi bercitra negatif. Salah satu caranya yaitu dengan membentuk organisasi bernama Hiprawarpala (Himpunan Pramugari, Waranggana dan Pengrawit Langen Tayub).

Tayub Nganjuk berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaannya terletak pada ukelan kendangnya. Gending yang disajikan juga lebih bebas. Penayub bebas meminta gending yang di sukai, termasuk lagu-lagu dangdut yang sudah di gubah dalam irama campursari.

Mengikuti Zaman

Waranggana pada seni Tayub mengenakan pakaian adat Jawa yaitu, kebaya dan kemben yang dilengkapi dengan kain panjang serta sampur. Aksesorinya berupa sanggul, perhiasan, dan bunga.

Sementara pramugari dan pengrawit menggunakan pakaian adat Jawa lengkap. Mulai dari blangkon, beskab atau batik, sewek, dan sepatu slop dan aksesoris berupa keris, dan bros.

Iringan yang digunakan adalah seperangkat gamelan lengkap  yang terdiri dari kendang, bonang penerus, bonang barong, slenthem, peking, kenong, rebab, kempul, dan gong. Lagu yang dibawakan bervariasi. Mulai dari gendhing Pepeling Trisno Sudro, Gelang Kalung, hingga lagu dangdut modern zaman sekarang dengan aransemen campursari. 

Tari Tayub kini lebih sering berfungsi sebagai hiburan dan tontonan. Biasanya kesenian ini ditampilkan pada upacara selamatan, perkawinan, khitanan, bersih desa dan acara hajatan lainnya. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Menparekraf Promosikan Batik Di Uzbekistan

Kuliner Legendaris Bubur Gunting Warisan Leluhur Singkawang

Perpaduan Seni Gerak dan Vokal dalam Kesenian Rudat Banten 

Museum Kujang Pusaka Kampung Budaya Paseban Bogor Dibuka

Nasi Krawu, Hidangan Legendaris Khas Pesisir Jawa Timur

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Menyaksikan Fenomena Air Terjun Di Pantai Karang Taraje
Next Article Mahasiswa ISTT Surabaya Gelar Art Photography Exhibition 2024
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?