By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Makna di Balik Ragam Warna Manik-Manik Suku Dayak
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Makna di Balik Ragam Warna Manik-Manik Suku Dayak
Warisan Budaya

Makna di Balik Ragam Warna Manik-Manik Suku Dayak

Achmad Aristyan
Last updated: 26/01/2025 10:14
Achmad Aristyan
Share
Seorang warga suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur sedang mejual Hasil kerajinan tangan pernak-pernik khas, termasuk manik-manik. Warna khas Dayak pada pernak-pernik adalah kuning, merah dan hitam. Foto: Wikimedia Commons/ Widi.kusumawardhani
SHARE

Budaya lokal Indonesia kini semakin dihargai, termasuk dalam dunia fesyen. Salah satu contohnya adalah penggunaan aksesori tradisional seperti manik-manik yang sering ditambahkan sebagai elemen unik pada barang fesyen modern. 

Melansir dari liputan6.com, salah satu kerajinan khas yang mencuri perhatian adalah manik-manik dari Suku Dayak, yang memiliki keindahan visual sekaligus makna magis yang mendalam.  

Sekilas tentang Suku Dayak  

Suku Dayak merupakan kelompok etnis yang tinggal di pulau Kalimantan, Indonesia. Dengan populasi besar, suku ini tersebar di Kalimantan Selatan, Barat, Tengah, Timur, dan Utara. 

Suku Dayak terbagi menjadi enam rumpun utama, yaitu Rumpun Klemantan, Murut, Iban, Apokayan, Ot Danum-Ngaju, dan Punan. Tiap rumpun memiliki sub-etnis dengan ragam budaya unik, termasuk seni kerajinan manik-manik.  

Salah satu suku yang dikenal dengan kerajinan manik-maniknya adalah Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. Mereka menggunakan bahan alami seperti batu, kayu, tulang, kaca, kulit tiram, dan batu akik untuk menghasilkan kerajinan berwarna-warni. 

Bahan-bahan ini diolah melalui teknik pengasahan dan pengeboran untuk menciptakan butiran manik-manik yang indah.  

Baca juga: Melihat Kekayaan Budaya Dayak di Desa Pampang Samarinda

Makna Magis di Balik Manik-Manik  

Dilansir dari travel.kompas.com, manik-manik telah menjadi bagian integral dari budaya Suku Dayak sejak zaman dahulu.

Butiran ini untuk menghias berbagai aksesori, seperti kalung, pakaian adat, penutup kepala, tas gendong, hingga gendongan anak. 

Pola dan bentuk manik-manik tidak dibuat sembarangan; sering kali mencerminkan nilai-nilai sakral atau berkah bagi pemakainya.

Beberapa pola manik-manik yang populer di kalangan Suku Dayak memiliki makna mendalam, seperti burung enggang yang melambangkan roh leluhur dan kehadiran ilahi.

Sementara motif bunga terong sebagai simbol kedudukan tinggi dalam hierarki sosial, serta motif kamang yang menggambarkan elemen sakral dari legenda tradisional Dayak. 

Selain pola, warna manik-manik juga sarat dengan filosofi.

Sebut saja warna merah yang melambangkan semangat hidup, kuning sebagai simbol keagungan dan keramat, hijau yang merepresentasikan kelengkapan serta intisari alam semesta, putih yang mencerminkan kesucian iman, dan biru yang menggambarkan kekuatan abadi dari segala penjuru.  

Bahan pembuat manik-manik turut memberikan makna magis. Batu akik dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan meningkatkan hasil panen. 

Batu kecubung dianggap mampu menyembuhkan luka bakar serta menolak racun hewan berbisa. Beberapa manik-manik bahkan digunakan sebagai jimat penolak bala atau pelindung dari roh jahat.  

Warisan Budaya yang Mendunia  

Selain menjadi bagian penting dalam adat istiadat, manik-manik juga memiliki nilai ekonomi. Kerajinan ini dijual kepada masyarakat umum sebagai cendera mata khas Kalimantan. 

Dengan membeli dan mengenakannya, wisatawan turut berkontribusi dalam melestarikan dan mempromosikan budaya Nusantara ke kancah internasional. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Melestarikan Warisan Budaya Limau Baronggeh dan Saluang Pauh

Sejarah Gamelan Jawa: Alat Musik Kerajaan yang Kini Mendunia

Penemuan Jejak Peradaban Majapahit di Gempol Pasuruan

Jejak Kereta Kuda Kesultanan di Museum Kereta Keraton

Menguak Makna Strategis Pos Berburu Panggung Krapyak

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menelusuri Jejak Peradaban di Situs Kota Cina Medan
Next Article Kain Kebat, Mahakarya Tradisional Suku Dayak Iban Kalimantan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?