Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) akan memamerkan sekitar 400 koleksi budaya dalam ajang Pameran Kebudayaan Meuseuraya Akbar yang digelar di Gedung Balee Meusapat Ureung Pidie, mulai Minggu, 25 Mei hingga Kamis, 29 Mei 2025.
Beragam artefak akan ditampilkan, mulai dari manuskrip kuno, koin dan mata uang lama (numismatika), peralatan rumah tangga tradisional, hingga senjata kuno.
Ketua Panitia Meuseuraya Akbar, Iskandar Tungang, menyampaikan bahwa sejumlah koleksi langka juga akan dipamerkan dalam kesempatan ini, termasuk mata uang Byzantin Timur yang pernah ditemukan di wilayah Pidie.
“Termasuk mata uang Byzantin Timur, yang ditemukan di Pidie, juga akan dipamerkan dalam pameran kebudayaan,” ungkap Iskandar pada Sabtu, 24 Mei 2025, di Kota Sigli dikutip dari sinarpidie.co.
Baca Juga: Fadli Zon Pastikan Pemugaran Situs Gunung Padang Dimulai Tahun Ini
Ia menambahkan, pameran ini dirancang sebagai ruang visual dan edukatif bagi masyarakat, sekaligus menampilkan hasil restorasi dari beberapa situs bersejarah di Aceh.
“Pameran ini juga akan menampilkan hasil restorasi situs bersejarah,” ujarnya.
Enam Agenda Meuseuraya Akbar
Pameran kebudayaan merupakan salah satu dari enam agenda utama dalam rangkaian Meuseuraya Akbar.
Agenda lainnya adalah tur anak ke sejumlah situs sejarah penting di Pidie.
Anak-anak diajak mengunjungi Makam Sultan Ma’ruf Syah di Gampong Dayah Tanoh, Kemukiman Klibeut, serta Benteng Kuta Asan.
Kegiatan edukatif ini berlangsung pada 26 Mei 2025.
Selanjutnya, pada Selasa, 27 Mei, MAPESA akan menggelar workshop kebudayaan di salah satu hotel di Kota Sigli.
Workshop ini terbagi ke dalam empat tema utama:
- Metode peningkatan kesadaran sejarah dalam ruang pendidikan dan publik,
- Penggambaran sejarah Aceh secara tepat dalam karya sastra,
- Integrasi pelestarian sejarah dalam wewenang aparatur gampong,
- Metode menumbuhkan kesadaran estetika masyarakat terhadap sejarah dan budaya.
Puncak acara Meuseuraya Akbar digelar pada Rabu, 28 Mei 2025 di Gampong Cot Geunduek, Kecamatan Pidie.
Kegiatan ini merupakan ajang gotong royong besar-besaran dalam membersihkan dan merestorasi situs sejarah.
“Kegiatan ini tidak hanya fokus pada restorasi fisik situs, tetapi juga pada upaya mendokumentasikan dan meneliti sejarah yang terkandung di dalamnya,” jelas Iskandar.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan khanduri jeurat, yakni tradisi jamuan makan bersama di situs makam sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Sebagai penutup, rangkaian Meuseuraya Akbar akan ditutup dengan duek pakat, sebuah forum musyawarah untuk merumuskan kebijakan penyelamatan situs bersejarah di Pidie.
Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 29 Mei 2025, juga di Kota Sigli.
Baca Juga: Menelusuri Situs Bongkotan, Wisata Bersejarah di Wonosobo
Menghidupkan Semangat Gotong Royong
Istilah “Meuseuraya” sendiri diambil dari bahasa Aceh yang berarti gotong royong atau kerja sama.
Semangat ini diadopsi dalam seluruh kegiatan MAPESA untuk melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal, pelaku seni budaya, akademisi, hingga pemerintah.
Menurut Iskandar, koleksi terbanyak dalam pameran berasal dari Pedir Museum, sebuah lembaga yang aktif mengarsip dan mengoleksi benda-benda bersejarah khas Aceh.
“Koleksi terbanyak yang akan dipamerkan dalam pameran kebudayaan adalah koleksi Pedir Museum,” tutupnya.
Pameran ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran sejarah masyarakat sekaligus memperkuat identitas budaya Aceh melalui pelestarian situs dan artefak sejarah.