Setiap tahun, masyarakat Belitung mengadakan tradisi Maras Taun yang menjadi simbol harapan untuk keselamatan kampung dan kehidupan yang penuh berkah.
Tradisi yang dilaksanakan pada setiap bulan Mei ini mengundang seluruh masyarakat untuk berkumpul dalam suasana penuh khidmat.
Diadakan di rumah seorang tokoh atau dukun yang dihormati, Maras Taun menjadi momentum penting bagi warga untuk bersatu dan memanjatkan doa bersama.
Rangkaian Doa
Dilansir dari belitungisland.com, Maras Taun dimulai dengan sambutan dari sang dukun yang memimpin ritual. Sebagai pemimpin spiritual, sang dukun memberikan wejangan kepada warga kampung sebelum melanjutkan dengan doa-doa yang dipimpin secara khusyuk.
Warga dari berbagai kalangan hadir dengan penuh pengharapan agar kampung mereka diberi perlindungan dan keselamatan dari segala mara bahaya.
Setelah rangkaian doa selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh warga yang menjadi bagian integral dari tradisi Maras Taun ini.
Tradisi Makan Bersama
Melansir dari laman serumpun.babelprov.go.id, makan bersama yang diadakan setelah doa-doa merupakan cara unik untuk merayakan kebersamaan.
Seluruh warga kampung akan duduk dalam lingkaran, kemudian menikmati sajian khas Maras Taun khusus yang tidak bisa ditemui pada hari biasa.
Sajian utama dalam makan bedulang ini meliputi Lepat, gula aren cair, ikan, ketan, dan ayam. Setiap warga menyantap makanan dengan penuh syukur atas berkat yang diberikan Tuhan.
Baca juga: Tradisi Bambu Gila Baramasewel, Permainan Sarat Nuansa Magis
Hadiah Bedak Tepung
Uniknya, sebelum pulang, warga mendapatkan bedak tepung yang telah diberi bacaan doa sang dukun. Bedak ini memiliki makna sakral, dipercaya dapat memberikan perlindungan bagi harta benda dan menjauhkan dari segala bahaya.

Setiap orang diwajibkan memakai bedak tepung pada wajah dan tubuh sebagai tanda bahwa mereka telah menerima doa keselamatan dan berkat dari Tuhan.
Perayaan Sepekan Penuh
Tradisi Maras Taun di Belitung bukan hanya tentang doa dan makan bersama, tetapi juga dimeriahkan dengan hiburan-hiburan tradisional yang mengundang keceriaan.
Selama satu minggu penuh, warga kampung mengisi perayaan ini dengan berbagai aktivitas, salah satunya adalah sandiwara Dul Mulok, sebuah pertunjukan drama yang mengangkat cerita lokal.
Selain itu, ada juga adu ketangkasan pria dengan cambuk dalam tradisi Beripat Beregong yang penuh dengan keahlian dan kekuatan fisik. Dengan adanya Maras Taun, masyarakat Belitung tidak hanya mencari keselamatan kampung secara fisik, tetapi juga menjaga ikatan sosial dan budaya yang erat.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa kebersamaan dan doa bersama merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Negeri Laskar Pelangi.