By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenal Komunitas Penari Penuh Energi Yokai Wotagei
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Mengenal Komunitas Penari Penuh Energi Yokai Wotagei
Profil

Mengenal Komunitas Penari Penuh Energi Yokai Wotagei

Achmad Aristyan
Last updated: 19/02/2025 13:50
Achmad Aristyan
Share
Yokai, komunitas Wotagei dari Yogyakarta. Foto: Yokai
SHARE

Wotagei adalah sebuah aksi menari yang dilakukan para penari dengan menggunakan tongkat bercahaya. Ciri khas dari wotagei adalah tarian yang cepat, penuh semangat, dan penuh energi. 

Gerakan-gerakan dinamis ini biasanya dipadukan dengan musik yang memiliki ritme yang cepat, memberikan kesan yang enerjik dan menghibur. 

Yokai: Komunitas Wotagei di Yogyakarta

Di Yogyakarta, wadah yang memfasilitasi para penggemar wotagei adalah komunitas Yokai.

Komunitas ini mulai terbentuk pada 23 September 2023 dan telah menjadi tempat bagi para anak muda untuk mendalami budaya jejepangan, khususnya wotagei. 

Melalui akun Instagram mereka, @yokai.ind, komunitas ini terus berkembang dan menginspirasi banyak orang untuk terlibat dalam budaya Jepang ini. Davin Naro, yang lebih dikenal dengan nama Vins, adalah pemimpin komunitas ini. 

Ia menjelaskan bahwa awalnya Yokai adalah komunitas yang diperuntukkan bagi mereka yang mendukung idol, menyukai anime, dan mengoleksi merchandise.

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka semakin tertarik untuk lebih mendalami kultur jejepangan, khususnya dalam hal wotagei. 

Perjalanan Komunitas Yokai

Vins menceritakan bahwa sekitar tiga atau empat orang pertama yang tergabung dalam Yokai mulai mengenal teknik tarian menggunakan lampu. Mereka terus belajar dan berlatih hingga akhirnya membentuk kelompok ini. 

Meski komunitas ini masih terbilang baru, mereka sudah beberapa kali diundang untuk tampil di berbagai acara. 

Baca juga: 50 Tahun Berkarya Seniman Multi Talenta Didi Nini Thowok

Teknik dan Gerakan Penari Wotagei

Salah satu aspek penting wotagei adalah teknik gerakan waza. Menurut Vins, jumlah gerakan waza dalam wotagei ini tidak terbatas dan tiap gerakan memiliki pola dan makna tersendiri. 

Beberapa gerakan populer antara lain thunder snake, muramasa, dan amaterasu, yang terinspirasi mitologi Jepang.

“Kalau thunder snake itu awalnya gerakan petir lalu membuat bulatan seperti menggambarkan ular,” kata Vins dilansir dari radarjogja.jawapos.com.

Setiap lagu yang dipilih untuk tarian wotagei tidak memiliki batasan genre tertentu, meskipun sebagian besar masih berbau jejepangan. Yang terpenting adalah ketukan atau beats per minute (BPM) lagu yang biasanya berkisar antara 160 hingga 180 BPM. 

Vins menjelaskan bahwa angka ini tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, sehingga gerakan tubuh masih terasa nyaman.

Menari di Malam Hari dengan Light Stick

Wotagei sering kali dilakukan pada malam hari, sehingga penggunaan tongkat bercahaya atau light stick menjadi elemen penting dalam tarian ini. 

“Satu lagu bisa macam-macam gerakannya dan bisa diulang juga. Gak masalah,” tambah Vins. Kombinasi antara lagu, gerakan, dan cahaya ini menciptakan sebuah pengalaman visual dan musikal yang menyenangkan.

Wotagei: Olahraga yang Menghibur

Selain sebagai bentuk seni dan ekspresi budaya, Vins juga menilai bahwa wotagei dapat dianggap sebagai olahraga. Gerakan yang cepat dan melibatkan seluruh anggota tubuh membuat tarian ini membutuhkan banyak energi. 

Vins pun menambahkan, “Sudah seperti kardio. Aku gerak 30 detik aja udah keringetan.” 

Penggemar Wotagei: Laki-laki Mendominasi

Vins juga menyadari bahwa wotagei lebih banyak diminati kalangan laki-laki, mengingat banyak penggemar idol group atau wibu yang juga didominasi laki-laki.

Namun, ia menegaskan bahwa meskipun penari wotagei banyak laki-laki, perempuan yang tertarik untuk belajar dan menari wotagei pun tetap disambut baik dalam komunitas.

Kompetisi Wotagei di Jakarta

Kepopuleran wotagei semakin berkembang. Bahkan, di Jakarta sudah ada kompetisi wotagei yang diadakan secara rutin.

Hal ini menandakan semakin banyaknya minat terhadap kegiatan ini. Vins pun memberikan pesan kepada para peminat wotagei agar tidak merasa terbebani untuk menguasai semua gerakan waza. 

“Intinya dibawa seneng dan ngalir aja,” ujarnya.

Menurut Vins, hal yang paling penting adalah kebahagiaan dan kesenangan dalam menari wotagei, serta pemahaman lebih dalam tentang kultur jejepangan. (Dari berbagai sumber)

 

You Might Also Like

SK Trimurti, Pejuang Pers dan Perempuan Indonesia

Melati Asri, Toko Tanaman Hias Keluarga Sejak 1980-an

Bagong Kussudiardja, Sang Legenda Seni Serba Bisa

SD Negeri 1 Lamuk, Lebih dari Satu Abad Menjaga Tradisi & Mencetak Prestasi

Mak Baiya, Maestro Seni Dengan Memori Fotografi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Dari Pulau Sumba untuk Dunia: Keajaiban Tenun Ikat Sumba
Next Article 50 Tahun SMA Negeri 2 Wonosobo: Kembangkan Jiwa Pancasila
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?