By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenang “Dalang Setan” Ki Manteb Soedharsono
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Mengenang “Dalang Setan” Ki Manteb Soedharsono
Profil

Mengenang “Dalang Setan” Ki Manteb Soedharsono

Anisa Kurniawati
Last updated: 23/11/2024 01:30
Anisa Kurniawati
Share
ki manteb sudarsono
Foto: UrbanAsia.com
SHARE

Ki Manteb Soedharsono, dalang wayang kulit legendaris yang namanya sudah mendunia. Julukannya mencengangkan. Ki Manteb dijuluki “Dalang Setan,” merujuk pada atraksi dan kehebatannya dalam menggerakkan wayang. Ki Dalang juga dikenal sebagai pelopor dalang yang memadukan seni pedalangan dengan musik modern. 

Ki Manteb Soedharsono lahir 31 Agustus 1948 di Dukuh Jatimalang, Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Dalang atraktif ini dilahirkan di tengah keluarga dalang. Kakeknya (Dalang Tus) adalah seorang dalang kondang, dan ayahnya, Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo juga seorang dalang yang disegani. Sedangkan ibunya adalah pesinden dan pengrawit. 

Dirangkum dari sumber tokoh.id, sejak kecil Ki Manteb Soedharsono rajin mengikuti pementasan orang tuanya. Pada saat berusia 5 tahun, ia sudah dapat memainkan wayang dan menabuh instrumen gamelan. Dia pun belajar Menatah (Memahat dan melukis) wayang yang diajarkan ayahnya. 

Menginjak usia 10 tahun, Ki Manteb sudah mampu menatah wayang kulit. Ki Manteb telah mampu menguasai seluruh instrumen musik gamelan di usianya yang baru 14 tahun. Ia pun pernah dikenal sebagai tukang kendang cilik yang sering mengiringi pertunjukan wayang dalang senior. 

Ki Manteb banyak belajar dari dalang senior seperti Ki Warso. Pada tahun 1982, Ki Manteb berhasil menjuarai Pakeliran Padat se-Surakarta. Ketika Ki Narto Sabdo meninggal dunia tahun 1985, seorang penggemar beratnya bernama Soedharko bertemu Ki Manteb yang saat itu murid Ki Narto. 

Sejak saat itu, hubungan keduanya menjadi akrab, Soedharko kemudian bertindak sebagai promotor pergelaran rutin Banjaran Bima di Jakarta yang dipentaskan oleh Ki Manteb. Pergelaran diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode. Dari situlah membuat nama Ki Manteb sebagai seniman mulai diperhitungkan publik. 

Baca juga:Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia

Dalang Setan

Dalam mendalang, Ki Manteb mengaku menerapkan aksi laga dalam film kung fu yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan. “Saya mengembangkan teknik sabetan itu dari film-film Bruce Lee dan Jacky Chan. Gerakan kungfu itulah yang memberi saya inspirasi dalam sabetan,” katanya dalam wawancaranya yang dilansir di laman tokoh.id. 

Ki Manteb membawa peralatan musik modern seperti misalnya tambur, biola, terompet, ataupun simbal, untuk mendukung sabetan wayang dalam pagelarannya. Awalnya tindakan itu banyak mengundang kritik karena dianggap melenceng dari pakem-pakem yang sudah ada. 

Namun ada pula yang mendukung inovasi Ki Manteb. Karena keterampilannya dalam mendalang, Ki Manteb diberi julukan dalang setan. Julukan tersebut diberikan pertama kali pada tahun 1987 oleh mantan menteri penerangan Boedihardjo.

Julukan “Dalang Setan” diberikan karena kekaguman Boedihardjo terhadap sabetan atau cara Ki Manteb menggerakkan wayang kulit. Disamping itu, ia juga bisa memainkan beberapa wayang sekaligus, ditambah dengan gerakan cepat dan berputar-putar. 

Kemampuan itu didapat Ki Manteb dari ketekunannya melatih kecepatan gerak tangan dan kemampuan mengalihkan perhatian penonton. Demi mendukung kemampuan sabetnya, Ki Manteb angat teliti mendesain wayangnya. Mulai ketebalan kulit, pola hiasan, gapitan sampai wandanya. 

Baca juga: Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi

Dalang Dunia

Dalam setiap pertunjukannya, Ki Manteb selalu mencoba memaknai ulang lakon yang disajikan. Tak jarang juga, ia mengadopsi pola film seperti menggunakan alur flashback. Penyusunan plot cerita juga disesuaikan dengan isu-isu atau kondisi yang sedang berkembang di masyarakat. 

Beberapa lakon fenomenal dari dalang yang pernah menjadi bintang produk obat sakit kepala Oskadon antara lain “Banjaran Bima”,”Ciptoning”, “Wiratha Parwa”, “Dewa Ruci”, dan lain-lain. Sebuah lakon special “Celeng Degleng” merupakan lakon carangan. “Pancen Oye”, tagline ikoniknya sebagai bintang iklan hingga kini masih kerap kita dengar. 

Ki Manteb juga pernah melakukan pertunjukan wayang kulit di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Jepang, Suriname, Belanda, Perancis, Belgia, Hongaria dan Austria. 

Ketika kesenian wayang ditetapkan UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible of Heritage of Humanity, Ki Manteb terpilih mewakili komunitas dalang menerima penghargaan. 

Pada Tahun 1995, ia mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto berupa Satya Lencana Kebudayaan. Tahun 2004, Ki Manteb memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) karena kegemilangannya mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat. 

Dalang setan ini juga menerima penghargaan budaya dari Nikkei Asia Prize, sebuah penghargaan dari penerbitan koran terbesar di Tokyo, Nihon Keiza Shimbun (Nikkei) pada tahun 2010. 

Ki Manteb tidak hanya berdedikasi besar dalam melestarikan wayang kulit. Namun juga mampu menyebarkan dan menyajikan pertunjukan wayang yang memukau masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai belahan dunia.

Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (2/7/2021). Meski Ki Dalang telah berpulang, atraksi, dedikasi dan inovasinya dalam dunia seni wayang kulit tetap dikenang.

You Might Also Like

Benyamin Sueb, Seniman Serba Bisa Ikon Betawi

Titiek Puspa, Legenda Abadi di Panggung Musik Indonesia

Sisi Dualitas Sosok Suryadi, Penari Lengger Lanang Wonosobo 

Tuti Maryati, Bintang Musik Keroncong Indonesia

Goenawan Mohammad, Sastrawan ‘Catatan Pinggir’

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Aquabike Jetski 2024 Perkuat Daya Tarik Wisata Samosir
Next Article Meneropong Jejak Sejarah Di Tonjong Canyon Cipatujah
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Kota Tua Padang
Kawasan Kota Tua Padang Direvitalisasi, Siap Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia
Berita 22/05/2025
Talang Londo
Talang Londo: Wisata Sejarah Bernuansa Belanda di Magelang
Pariwisata 22/05/2025
wamenpar
Wamenpar Tegaskan Pungli Tak Boleh Terjadi di Destinasi Wisata
Berita 22/05/2025
Sistem Penerimaan Murid Baru
Kemendikdasmen Resmi Terapkan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk Tahun Ajaran 2025/2026
Berita 22/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?