By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua
Tradisi

Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua

Achmad Aristyan
Last updated: 28/10/2024 01:47
Achmad Aristyan
Share
3 Min Read
Tradisi Bakar Batu di Papua
Tradisi Bakar Batu yang jadi salah satu warisan budaya leluhur di Papua. Foto: Wikipedia
SHARE

Saat ini, Tradisi Bakar Batu tidak terbatas pada perayaan kelahiran atau acara kebahagiaan saja.

Papua, pulau paling timur Nusantara, menyimpan keindahan alam yang memukau serta kekayaan budaya yang unik. Di balik pesonanya, Papua memiliki berbagai warisan tradisi yang patut dilestarikan, agar nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang tidak punah seiring berjalannya waktu.

Salah satu tradisi yang mencolok dalam kebudayaan Papua adalah “Bakar Batu”, sebuah upacara tradisional yang sangat berarti bagi masyarakat. Upacara ini biasanya diadakan sebagai ungkapan rasa syukur, baik untuk menyambut kelahiran, mengenang orang yang telah meninggal, maupun untuk mempersiapkan prajurit sebelum berperang.

Tradisi Bakar Batu sangat terkenal di kalangan suku-suku yang tinggal di Lembah Baliem. Proses pelaksanaannya melibatkan teknik memasak yang unik, di mana batu menjadi bahan utama dalam penyajian makanan. Beragam nama digunakan untuk menyebut tradisi ini; misalnya, masyarakat Paniai menyebutnya “Gapiia”, sedangkan masyarakat Wamena menamakannya “Kit Oba Isogoa”.

Baca Juga: Festival Asmat Pokman Papua Selatan Digelar

Sebelum pelaksanaan upacara, setiap kelompok suku akan menyerahkan seekor babi sebagai persembahan. Ada juga yang menampilkan tarian tradisional, serta menyiapkan batu dan kayu yang akan digunakan dalam proses membakar. Proses awal ini dimulai dengan menumpuk batu, yang kemudian dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi sangat panas.

Setelah batu siap, babi yang telah dipersiapkan akan dipanah oleh para kepala suku secara bergantian. Tindakan ini memiliki makna simbolis; jika babi mati dengan cepat, hal ini dianggap sebagai pertanda baik bahwa upacara akan berjalan sukses. Sebaliknya, jika babi tidak mati segera, diyakini acara tersebut tidak akan berjalan lancar.

Setelah proses pemanahan, tahap selanjutnya adalah memasak babi. Para pria akan menggali lubang cukup dalam, lalu menempatkan batu panas ke dalamnya, di atas lapisan daun pisang dan alang-alang. Lapisan ini berfungsi sebagai penghalang agar uap panas dari batu tidak hilang. Di atas batu panas, ditambahkan dedaunan lagi sebelum potongan daging babi dan sayuran serta ubi jalar dimasukkan. Setelah semua bahan matang, setiap suku akan berkumpul untuk makan bersama, merayakan kebersamaan dan solidaritas masyarakat Papua.

Baca Juga: Rhepang Muaif, Desa Wisata Terbaik Papua

Kini, Tradisi Bakar Batu tidak hanya terbatas pada perayaan kelahiran atau acara kebahagiaan lainnya. Upacara ini juga mulai digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting, termasuk kunjungan resmi dari presiden dan tokoh besar lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tradisi Bakar Batu tidak hanya merupakan simbol identitas budaya, tetapi juga sebagai sarana menjalin hubungan baik dengan tamu serta mengungkapkan keramahan masyarakat Papua.

Dengan demikian, Tradisi Bakar Batu bukan sekadar ritual, melainkan sebuah cerminan nilai-nilai luhur, solidaritas, dan kebersamaan masyarakat Papua yang patut terus dilestarikan dan dihargai. (Sumber: portal.merauke.go.id)

You Might Also Like

Menelusuri Tradisi Sakral Ngerebeg Desa Tegallang Gianyar Bali

Prosesi Ajun Arah, Warnai Kenduri Swarnabhumi Jambi

Tiang Ayu dan Upacara Erau, Ritual Pengukuhan Kekuatan Sultan

Tradisi Pasar Tambak di Sragen, Pembeli Dilarang Menawar

Tradisi Kirab Lemper Raksasa dalam Rebo Wekasan di Bantul

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Pantai Lampu Satu di Merauke Menguak Keunikan Pantai Lampu Satu di Ujung Timur Indonesia
Next Article Tugu Libra 969 Tugu Libra 969, Ikon Harapan dan Identitas Merauke
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?