By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menggali Tradisi Ghatib Beghanyut yang Sempat Terlupakan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Menggali Tradisi Ghatib Beghanyut yang Sempat Terlupakan
Tradisi

Menggali Tradisi Ghatib Beghanyut yang Sempat Terlupakan

Anisa Kurniawati
Last updated: 13/01/2025 06:29
Anisa Kurniawati
Share
Saat ini Ghatib Beghanyut lebih sering dilakukan sebagai atraksi budaya dan wisata.. Foto: Tangkapan layar youtube Suluh Agama dari Desa
SHARE

Masyarakat Melayu Siak, Riau telah lama mengenal Ghatib Beghanyut, sebuah tradisi berdzikir dengan berlayar di atas perahu mengikuti arus sungai.

Tradisi khas masyarakat Melayu di Siak ini bertujuan sebagai tolak bala, yaitu untuk menghindari malapetaka, penyakit, atau kejadian buruk.

Dilansir dari budaya-data.kemdikbud.go.id, Ghatib Beghanyut berasal dari kata “ghatib” berasal dari bahasa Arab yang berarti dzikir. Sedangkan “beghanyut” dalam bahasa lokal berarti hanyut. 

Tradisi Tolak Bala

Tradisi ini dilaksanakan jamaah masjid, mushalla, dan warga Muslim di daerah Siak, Mempura, dan Bukitbatu (Kabupaten Bengkalis). Tujuannya menghindari malapetaka, penyakit, atau kejadian buruk yang dapat menimpa seseorang maupun masyarakat.

Menurut sejarah, pada masa Kesultanan Siak, tradisi ini bermula ketika ada suatu perkampungan yang dilanda wabah penyakit menular.

Kemudian, untuk mengatasi hal ini, masyarakat bersama ulama berzikir di sepanjang Sungai Jantan, berharap semua bala keluar menuju laut dan kampung kembali aman.

Pelaksanaan Ghatib Beghanyut

Ritual ini biasanya digelar pada malam hari setelah shalat Isya, setiap bulan Safar, di Sungai Jantan. Lokasinya dimulai dari Pelabuhan Lasdap hingga Feri Penyebrangan Belantik di Desa Langkai, Siak.

Sebanyak 30 perahu mesin digunakan, masing-masing berisi sekitar 10 orang.

Sebelum ritual dimulai, peserta mengenakan pakaian serba putih dan melakukan ziarah ke makam Sultan Siak di samping Masjid Syahbuddin. Di sana, mereka berdoa dan berzikir bersama, dipimpin ulama atau penghulu setempat. 

Seorang penghulu dibantu sangko penghulu, malim penghulu dan lelo. Setelah persiapan selesai, semua peserta naik ke perahu masing-masing. Biasanya peserta yang naik ke perahu dikhususkan untuk kaum laki-laki. 

Dzikir dimulai dengan lantunan takbir dipimpin seorang ulama, diikuti seluruh jamaah. Mereka berzikir di atas perahu yang bergerak perlahan menyusuri sungai, memohon perlindungan dari bencana dan harapan keselamatan dunia akhirat.

Prosesi ini dulu disertai dengan tabur bunga dan persembahan sesajen ke sungai. Namun, dengan masuknya ajaran Islam, praktik ini ditinggalkan karena dianggap syirik.

Setelah selesai berlayar, ritual diakhiri dengan makan bersama dan doa penutup.

Atraksi Budaya dan Wisata

Tradisi Ghatib Beghanyut ini sempat terlupakan, namun dihidupkan kembali oleh pemerintah daerah sejak tahun 2012. Tujuannya selain sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan penggalakan wisata religius di Kabupaten Siak.

Kegiatan ini telah menjadi agenda tahunan yang dinantikan masyarakat. Bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai simbol kekuatan spiritual dalam menjaga keselamatan dan harmoni komunitas, juga untuk mempromosikan desa.

Saat ini Ghatib Beghanyut lebih sering dilakukan sebagai atraksi budaya dan wisata. Namun, kepercayaan akan kekuatan ritual ini dalam menolak bala tetap hidup di kalangan masyarakat.

Kegiatan ini telah menjadi agenda tahunan yang dinantikan masyarakat, bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai simbol kekuatan spiritual dalam menjaga keselamatan dan harmoni komunitas.

You Might Also Like

Batapung Tawar, Tradisi Perayaan Kebahagiaan Keluarga Banjar

Tradisi Seren Taun Media Mensyukuri Hasil Bumi

Harmoni Tradisi ‘Nikah Tembakau’ di Lereng Gunung Sumbing

Sedekah Bumi Ngotet, Cara Masyarakat Rembang Hormati Leluhur

Uma Lengge, Rumah Suku Mbojo Yang Tahan Gempa

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Merokok di Malioboro, DIY Kini Bisa Dikenai Denda Rp 7,5 Juta
Next Article Mengungkap Kisah Cinta di Balik Istana Peraduan Kesultanan Siak
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?