Menjelang perayaan Waisak 2025, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung Candi Borobudur sebagai pusat perayaan keagamaan dan kebudayaan tingkat dunia. Pernyataan ini disampaikan dalam rapat koordinasi pemanfaatan Candi Borobudur yang digelar di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (4/5).
Dalam rapat yang melibatkan berbagai tokoh dan organisasi masyarakat Buddha seperti Walubi, Permabudi, Buddha Suci, serta akademisi dan budayawan, Fadli Zon menyoroti peran strategis Borobudur. Ia menyebut candi tersebut tidak hanya sebagai situs religi, tetapi juga sebagai warisan dunia yang memiliki potensi besar dalam diplomasi budaya dan pariwisata.
“Candi Borobudur bukan hanya situs religi, tetapi juga pusaka dunia yang menjadi magnet wisata budaya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (5/5) dikutip dari detik.com.
Baca juga: Pesta Siaga Wonosobo 2025, Ajang Pembentukan Karakter Sejak Dini
Salah satu topik penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah peningkatan aksesibilitas menuju area atas candi, terutama bagi penyandang disabilitas dan lansia. Fadli mengungkapkan bahwa banyak aspirasi disampaikan agar akses ke stupa utama dibuat lebih inklusif dan ramah bagi semua pengunjung.
Selain itu, isu mengenai pemulihan elemen simbolik seperti catra—payung suci yang diyakini menjadi bagian penting dari struktur stupa Borobudur—juga menjadi sorotan. Keberadaan catra telah lama menjadi perdebatan antara kalangan arkeolog dan umat Buddha.
Banyak pihak menginginkan agar elemen ini dipasang kembali sebagai bagian dari pelestarian spiritual dan historis candi.
“Mereka berharap catra bisa dipasang kembali sebagai bagian dari pelestarian spiritual dan historis,” tambahnya, dikutip dari liputan6.com.
Fadli Zon juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas Buddha, dan pelaku industri pariwisata untuk menghidupkan Borobudur tidak hanya pada momen Waisak 2025, tetapi sepanjang tahun.
“Kita harap kegiatan budaya terus tumbuh di Borobudur dan menjadi daya tarik wisata spiritual dan edukatif,” tuturnya.
Melalui sinergi berbagai pihak, Kementerian Kebudayaan berharap Borobudur dapat semakin mengukuhkan posisinya sebagai simpul budaya dunia yang inklusif, sakral, dan terbuka bagi seluruh umat manusia.