Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Kaliwiro menjadi salah satu lembaga pendidikan di Kabupaten Wonosobo yang konsisten mengembangkan pendidikan berbasis keagamaan sekaligus menjaga nilai-nilai budaya lokal.
MI Ma’arif Kaliwiro berlokasi di Jl. Kemukus Raya, Kaliworo, Kaliwiro, Kec. Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Berdiri sejak 1974, madrasah ini telah mengalami banyak perkembangan, baik dari sisi jumlah siswa, fasilitas, maupun prestasi.
Kepala MI Ma’arif Kaliwiro, Zaenal Arifin, menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar sejatinya sudah berlangsung sejak akhir 1960-an.
“Madrasah ini berdiri pada tahun 1974. Namun, jika melihat dari sejarahnya, sudah ada kegiatan belajar mengajar sejak tahun 1968 atau 1969,” ujar Zaenal dalam wawancara pada Kamis (24/4/2025).
Baca Juga: Patung Biawak Menyawak di Wonosobo Viral, Antusiasme Masyarakat Melonjak
Awalnya, lokasi madrasah berada di depan masjid, namun kemudian dipindahkan ke Jl. Kemukus Raya, Kaliworo, karena alasan estetika.
“Ketika baru pindah ke lokasi ini, jumlah siswa dan guru sangat sedikit. Ruang belajar pun hanya ada lima, itu pun disekat-sekat. Alhamdulillah, seiring waktu, jumlah siswa terus bertambah, dan fasilitas ruang belajar pun bertambah,” lanjutnya.
Saat ini, jumlah siswa mencapai 186 orang, meningkat signifikan dibandingkan awal berdirinya.
Zaenal juga menambahkan bahwa visi sekolah adalah membentuk peserta didik yang religius, cerdas, berprestasi, dan terampil, dengan misi mencetak generasi Qur’ani yang menguasai IPTEK.
Keunggulan madrasah ini, menurut Zaenal, terletak pada pembiasaan kegiatan keagamaan yang khas Nahdlatul Ulama.
“Setiap hari ada sholat duha. Kami juga rutin mengadakan ziarah kubur pada Jumat Kliwon, pembacaan sholawat, dan pembiasaan ibadah lainnya,” tuturnya.

Dari segi prestasi, MI Ma’arif Kaliwiro tidak kalah bersaing.
Zaenal menyebut, “Untuk lomba rebana, kami pernah meraih juara dua tingkat kabupaten. Yang cukup membanggakan adalah pencak silat, karena sering meraih prestasi. Terakhir kami berhasil lolos hingga tingkat Popda Kabupaten dan pernah meraih juara satu dalam kejuaraan piala Kemenpora.”
Baca Juga: Wonosobo Gaungkan Budaya Digital Bertanggung Jawab Lewat Forum Nasional
Dalam hal pelestarian budaya lokal, sekolah ini juga aktif menampilkan kesenian tradisional saat acara akhir tahun ajaran.
“Kami menampilkan budaya lokal seperti jaran kepang, lengger, bahkan ndolalak. Untuk permainan tradisional, kami mengenalkan kembali dakon, hulahoop, dan egrang dari tempurung kelapa atau bambu,” jelasnya.

Fasilitas sekolah kini juga telah menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
“Setiap kelas sudah dilengkapi dengan TV Android untuk menunjang proses belajar mengajar. Siswa jadi lebih tertarik belajar lewat visual,” kata Zaenal.
Ekstrakurikuler pun cukup beragam, mulai dari pencak silat, tenis meja, rebana, hingga tahfidz.
“Siswa bebas memilih kegiatan, ada yang ikut satu hingga tiga sekaligus tergantung minat mereka,” imbuhnya.
Zaenal berharap madrasah ini terus berkembang dan memberi kontribusi positif bagi bangsa.
“Semoga MI Ma’arif Kaliwiro ke depannya semakin maju, berkembang, dan mampu berkontribusi dalam mencetak generasi penerus bangsa,” harapnya.
Hal senada disampaikan salah satu guru, Kholifatun Hasanah, yang akrab disapa Bu Olif.
Ia merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari madrasah ini.
“Kesan saya, sejak dulu memang saya menyukai anak-anak. Saat bersama mereka, hidup terasa lebih bersemangat dan penuh inspirasi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa akhlakul karimah menjadi fokus utama dalam pembentukan karakter siswa.
“Kami biasakan siswa salim setiap pagi kepada guru. Ini menjadi bagian dari pembentukan karakter yang Islami,” jelasnya.
Baca Juga: Halal Bihalal PKKW dan PPDI, Perkuat Kebersamaan Perangkat Desa Wonosobo
Menurut Bu Olif, sekolah juga rutin mengadakan doa bersama, hafalan surat, serta pembiasaan ibadah lainnya.
“Semua program itu sejalan dengan visi MI Ma’arif Kaliwiro, yaitu mencetak peserta didik yang berprestasi, cerdas, berilmu duniawi, serta berakhlak mulia,” ungkapnya.

Dukungan positif juga datang dari para siswa.
Aufa Abdul Chafidh Adzaki, siswa kelas 5, mengaku senang bisa bersekolah di sini.
“Saya senang ingin mendalami agama saya. Teman-teman baik, guru-gurunya ramah dan gampang dimengerti,” ujarnya.
Sementara itu, Aisyah Aidila Marwah dari kelas 6 menyampaikan, “Saya ingin mendalami agama dan berminat sekolah di sini. Gurunya ramah-ramah, sudah ada fasilitas TV Android. Harapannya, semoga sekolah ini bisa lebih maju.”
Senada dengan itu, Nabila Mesya Azzahra menilai MI Ma’arif Kaliwiro sebagai sekolah yang baik.
“Guru-gurunya baik dan asik, mereka melatih murid-murid untuk belajar,” katanya.
Sedangkan Maulida Prahastiara dan Luthfa Azima Lituhayu dari kelas 5 juga menyatakan kebanggaannya.
“Kami ingin lebih mendalami ilmu agama. Semoga MI Ma’arif Kaliwiro bisa lebih maju dan lebih baik lagi,” ujar keduanya.
Dengan perpaduan antara pendidikan agama, pelestarian budaya lokal, dan pendekatan pembelajaran modern, MI Ma’arif Kaliwiro menjadi contoh nyata lembaga pendidikan yang terus berbenah tanpa meninggalkan akar tradisinya.