Museum Nasional menggelar pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia”, yang menyoroti perjalanan panjang perpaduan budaya antara masyarakat Tionghoa dan Nusantara.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut pameran ini sebagai bukti nyata bahwa keharmonisan budaya telah berlangsung sejak lama di Indonesia.
Indonesia sebagai Titik Temu Berbagai Budaya
Pada acara pembukaan, senin (10/2/2025), Fadli Zon menekankan bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat dipengaruhi interaksi dengan berbagai peradaban dunia, seperti India, Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan China.
“Karena interaksi yang cukup panjang di masa lalu, bahkan Indonesia mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu melting pot yang tertua di dunia. Dan kekayaan budaya kita ini yang disebut sebagai mega diversity yang merupakan kekayaan nasional kita sebagai national treasure kita,” ujar Fadli Zon dilansir dari travel.detik.com.
Pameran ini juga bertepatan dengan perayaan Imlek dan Cap Go Meh, yang semakin menegaskan keberagaman budaya dalam masyarakat Indonesia.
Ragam Akulturasi Budaya Tionghoa di Nusantara
Fadli Zon menjelaskan, pengaruh budaya Tionghoa di Indonesia sangat luas dan tidak hanya terbatas pada aspek kuliner. Berbagai ekspresi budaya dari hasil akulturasi ini bertahan hingga kini.
“Akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya lokal ternyata setelah dikurasi sedemikian rupa sangatlah banyak variasinya, dari berbagai macam ekspresi budaya. Dari kuliner kita mengenal bakmi, lumpia, teh, bakso, sampai kemudian kebaya encim, Kerah Shanghai, baju koko, dan juga banyak lagi ekspresi-ekspresi budaya lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, pengaruh ini turut memperkaya khazanah budaya Indonesia dan menjadi bukti nyata hubungan harmonis antara masyarakat Tionghoa dan Nusantara sejak dahulu kala.
“Dan akulturasi ini menjadi bukti sejarah yang harmonis antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat lokal Nusantara pada masa lampau. Dan tentu saja pameran kongsi akulturasi budaya Tionghoa di Nusantara ini kita jadikan event ini dalam menguatkan pemahaman masyarakat terkait khazanah budaya Indonesia,” kata Fadli Zon.
Menelusuri Sejarah Akulturasi dalam Tiga Area Pameran
Pameran “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia” akan berlangsung selama tiga bulan, mulai 11 Februari 2025.
Terdapat lebih dari 150 koleksi yang dipamerkan, menggambarkan perjalanan akulturasi Tionghoa di Indonesia dalam berbagai aspek.
Koordinator Kurator pameran, Fifia Wardhani, menjelaskan bahwa pameran ini dibagi menjadi tiga area utama agar lebih mudah dipahami pengunjung.
- Awal Akulturasi di Nusantara – Menampilkan bagaimana interaksi budaya Tionghoa dengan masyarakat setempat dimulai sejak zaman dahulu.
- Era Kolonial dan Perjuangan Kemerdekaan – Menggambarkan bagaimana masyarakat Tionghoa turut berperan dalam sejarah Indonesia.
- Keberagaman Budaya – Menampilkan berbagai aspek akulturasi dalam kuliner, busana, arsitektur, bahasa, dan sastra.
“Kenapa dibagi menjadi tiga area atau tiga sesi, biar mudah dipahami pengunjung sebenarnya. Jadi kalau kebanyakan sub-sub itu kan pengunjung susah mengerti, jadi dibagi tiga,” jelas Fifia Wardhani dilansir dari travel.detik.com.
Pameran ini tidak hanya menjadi sarana edukasi tetapi juga pengingat akan kuatnya hubungan budaya yang telah terjalin sejak lama antara masyarakat Tionghoa dan Indonesia.
Kehadiran pameran ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sejarah dan keberagaman budaya di Tanah Air.