Bahasa Lumajangan pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari warga Lumajang sebelum tahun 2000-an.
Di tengah arus globalisasi yang kian mengikis identitas lokal, dua pemuda asal Lumajang, Ainul Yakin dan Fytrya Arys Sandi, mengambil langkah berani untuk melestarikan kekayaan bahasa daerah mereka. Mereka berhasil menyusun sebuah kamus berjudul “Ndak Kaop”, yang berisi ratusan kosakata khas Lumajangan, sebagai bentuk upaya nyata dalam menjaga kelestarian bahasa daerah.
Ainul Yakin menjelaskan bahwa tujuan penyusunan kamus tersebut bukan hanya untuk mendokumentasikan, tetapi juga menghidupkan kembali kosakata lokal yang hampir hilang dari percakapan sehari-hari masyarakat Lumajang, Jawa Timur
“Kosakata ini kebanyakan sudah jarang sekali digunakan, bahkan tidak diketahui lagi oleh generasi muda. Dengan kamus ini, kami berharap bahasa Lumajangan bisa terus eksis,” ujar Ainul usai menjadi narasumber di acara Minggu Beranda Keluarga di LPPL Radio Suara Lumajang, Minggu (3/11/2024).
Proses pengumpulan kosakata ini bukanlah perjalanan singkat. Sejak tahun 2012, Ainul telah aktif menginventarisasi kata-kata khas Lumajangan melalui unggahan di grup Facebook komunitas Lumajang. Hal ini ia lakukan karena melihat bahwa penutur asli bahasa Lumajangan, yang umumnya berusia lanjut, semakin berkurang. Bagi Ainul, dokumentasi ini menjadi langkah penting agar warisan bahasa daerah tidak lenyap ditelan perubahan zaman.
Simbol Perjuangan
Menurut Ainul, bahasa Lumajangan pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari warga Lumajang sebelum tahun 2000-an. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kurangnya regenerasi penutur, banyak generasi muda yang kini tidak lagi memahami bahasa daerah tersebut. Oleh karena itu, “Ndak Kaop” disusun sebagai referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan menggunakan bahasa Lumajangan.
“Di zaman sekarang penuturnya semakin berkurang, bahkan banyak pemuda milenial yang tidak tahu bahasa Lumajangan. Oleh karena itu, kamus ini diharapkan dapat menjadi pegangan untuk melestarikan bahasa kita sendiri,” katanya.
Baca juga: Revitalisasi Bahasa di Tanimbar Lestarikan Warisan Budaya
Ainul berharap, kehadiran kamus “Ndak Kaop” dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Lumajang. Ia berharap agar bahasa Lumajangan bisa kembali hidup dan digunakan dalam percakapan sehari-hari, sehingga tidak hilang ditelan perkembangan zaman.
“Semoga kosakata Lumajangan tidak tergerus oleh perkembangan zaman dan bisa dituturkan setiap hari oleh warga Lumajang,” harapnya penuh optimis.
Sejak diluncurkan pada September 2023 lalu, “Ndak Kaop” telah mendapat sambutan hangat. Buku ini juga sudah dicetak sebanyak 100 eksemplar dan tersedia di Toko Venus dan Toga Mas Lumajang, memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk mendukung pelestarian bahasa daerah.
Upaya Ainul dan Fytrya ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Lumajang, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menghargai dan melestarikan bahasa lokalnya. “Ndak Kaop” bukan sekadar kamus, tetapi sebuah simbol perjuangan untuk mempertahankan jati diri budaya yang tak ternilai.