Saat menjelajahi Kecamatan Muntilan di Kabupaten Magelang, Anda akan menemukan sebuah toko oleh-oleh yang telah berdiri sejak tahun 1912, bernama Nyonya Pang. Terletak di Jalan Pemuda Nomor 71, toko ini tetap bertahan di tengah persaingan bisnis yang ketat dan tidak terpengaruh oleh tren tutupnya banyak toko lainnya.
Banyak pengunjung dari luar daerah yang sengaja datang untuk membeli oleh-oleh di Nyonya Pang. Menariknya, toko ini tidak hanya menjual produk buatannya sendiri; lebih dari separuh barang yang dijual merupakan hasil kerajinan pelaku usaha lokal di sekitarnya. Toko ini memang memiliki keterbukaan untuk menerima produk dari pihak lain.
Uniknya, Nyonya Pang dikelola oleh generasi keenam keluarga yang sama. Umumnya, usaha seperti ini hanya bertahan hingga generasi kedua atau ketiga. Konsep “penitipan” produk dari pelaku usaha lain mungkin menjadi salah satu kunci keberlangsungan toko ini. Popularitasnya meningkat pesat setelah disebutkan dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, yang menggambarkan suasana Kota M serta menyebutkan “Wajik Ny. Pang”, menjadikan toko ini semakin dikenal di kalangan masyarakat.
Imanuel Jeffrey Leevianto, generasi keenam yang kini mengelola toko, menjelaskan bahwa awal mula Nyonya Pang didirikan oleh Nyonya Lauw Kie Pang, yang pada tahun 1912 hanya menjual jenang dodol berdasarkan pesanan. Jenang dodol sering disajikan dalam acara hajatan, perayaan, atau upacara kematian. Seiring waktu, permintaan semakin meningkat, sehingga Nyonya Pang memutuskan untuk berjualan keliling dengan menggunakan tenong bambu.
Pada sekitar tahun 1950-an, Nyonya Pang mendirikan tokonya sendiri dan usaha tersebut semakin laris. Setelah kepergian Nyonya Pang, usaha ini dilanjutkan oleh menantunya, Nyonya Lauw In Tjo, dan diteruskan oleh anak-anaknya, Tuan Lauw Goen Thae dan Nyonya Lauw Djioe Nio, sebelum diteruskan oleh Nyonya Tan Er Tien dan Nyonya Lauw Hian Ay, hingga Jeffrey saat ini.
Setiap generasi memberikan inovasi yang berbeda dalam mengembangkan produk yang ditawarkan. Selain jenang dodol, kini tersedia berbagai jenis makanan seperti wajik, krasikan, kue lapis, dan tape ketan. “Setiap generasi menambahkan produk baru, hingga saat ini koleksi produk kami sudah sangat beragam,” jelasnya.
Toko Nyonya Pang juga mengadopsi konsep kerja sama dengan pelaku usaha lokal, menerima produk mereka dan membagi keuntungan. Sejak Jeffrey mengambil alih, ia berkomitmen untuk mengembangkan usaha keluarga ini agar tetap relevan di tengah kemajuan zaman dan persaingan dengan toko modern, dengan menjaga keberadaan panganan tradisional.
Saat ini, Nyonya Pang telah memiliki ratusan produk, mulai dari yang klasik hingga modern. Jeffrey juga telah memanfaatkan media sosial untuk menerima pesanan secara online, selain melayani pembeli langsung di toko.
Setelah tayangnya serial Gadis Kretek di Netflix, banyak content creator yang membahasnya, membuat orang semakin penasaran dengan Kota M yang menjadi latar belakang cerita. Penyebutan toko Nyonya Pang dalam novel itu membawa dampak besar bagi penjualannya. “Walaupun hanya disebutkan dalam novel, hal itu sangat berdampak bagi kami,” ungkap Jeffrey.
Dampaknya terlihat jelas pada peningkatan penjualan yang mencapai 50 persen. Jeffrey mengaku tidak menyangka efek dari Gadis Kretek menjadikan tokonya lebih ramai dibanding biasanya. Keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada Nyonya Pang, tetapi juga menguntungkan toko-toko lain di Muntilan, menjadikan kota ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. (Achmad Aristyan – Sumber: magelangkab.go.id)