By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Perang Obor, Tradisi Kearifan Lokal Di Jepara
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Perang Obor, Tradisi Kearifan Lokal Di Jepara
Tradisi

Perang Obor, Tradisi Kearifan Lokal Di Jepara

Anisa Kurniawati
Last updated: 26/10/2024 01:05
Anisa Kurniawati
Share
3 Min Read
Foto: Wikimedia Commons/ ivuvisual
SHARE

Perang Obor, tradisi unik yang berasal dari Desa Tegalsambi, Kabupaten Jepara. Biasanya tradisi ini diadakan setiap tahun pada Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Dzulhijjah. Tradisi ini memiliki makna mendalam terkait sejarah dan budaya masyarakat setempat.

Dilansir dari laman fotograferindonesia.com, menurut Agus Santoso, Petinggi Desa Tegalsambi, tradisi perang obor bermula dari Legenda Ki Gemblong. Diceritakan bahwa Ki Gemblong, seorang penggembala ternak, terlena oleh ikan dan udang di sungai.

Karena kelalaiannya, ternak-ternaknya menjadi sakit. Kyai Babadan, pemilik ternak, marah ketika melihat Ki Gemblong sedang memancing dan memukulnya dengan obor. Namun, ajaibnya, api dari obor tersebut malah menyembuhkan ternak yang sakit. 

Kisah ini membentuk kepercayaan bahwa api obor memiliki kekuatan untuk mengusir bala dan membawa kesehatan. Namun seiring dengan masuknya pengetahuan agama, perang obor tersebut diteruskan sebagai tradisi. Bahkan sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda. 

Ritual Perang Obor dimulai dengan beberapa prosesi yang saling berkaitan. Mulai dari  sedekah bumi dilaksanakan dengan tambahan acara karnaval yang diwakili oleh RW setempat. Selain itu, pada 35 lima hari sebelumnya dilakukan prosesi zikir dan ziarah ke beberapa makam leluhur Desa Tegalsambi. 

Baca Juga: Karimunjawa, Wisata Alam dan Religi di Jepara

Sebelum dilaksanakannya Perang Obor, terdapat prosesi mengarak pusaka, yaitu Pedang Gendir Gambang Sari dan Podang Sari, sebuah arca, serta sebuah bedug. Pusaka tersebut dipercaya sebagai warisan Sunan Kalijaga. Kemudian di akhir acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit. 

Perang Obor sendiri dilakukan pada bulan Zulhijah, tepat malam Selasa Pon. Obor tersebut terbuat dari blarak atau daun kelapa kering, yang digulung menggunakan pelepah pisang sampai berdiameter 20 cm dan diikat pada sebatang bambu sepanjang 3 m.

Sebelum perang, petinggi yang sudah mengenakan pakaian adat jawa diarak oleh pasukan obor mulai dari  rumahnya hingga ke pusat upacara, di perapatan jalan tengah desa. Perang obor berlangsung sekitar satu jam, sebelum kemudian pasukan obor kembali ke rumah petinggi desa untuk mengoleh tubuh mereka dengan minyak londoh yaitu sejenis menyak dari kembang telon kering yang sudah diberi doa-doa khusus.

Di balik atraksi yang memukau ini ternyata memiliki makna filosofi yang mendalam. Tradisi ini menggambarkan perjuangan melawan hal-hal buruk dan keinginan untuk selalu membawa kebaikan dalam kehidupan. 

Selain itu, tradisi ini memiliki nilai  mempertahankan kebijaksanaan lokal sebagai ciri khas masyarakat Jawa, yaitu adanya nilai-nilai gotong-royong, kebersamaan, dan tepo-seliro. Dari sisi agama ritual ini bermakna untuk selalu menjaga ukhuwah islāmiyyah dan selalu berdoa  kepada Allah juga para nabi dan sahabat nabi, serta sebagai wujud syukur. 

Perang Obor bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan sebuah warisan budaya yang sarat akan makna dan nilai sejarah. Tradisi ini juga menunjukkan adanya kearifan lokal juga dapat berdampingan dan tidak melanggar ajaran Islam. (Anisa Kurniawati-Berbagai Sumber)

You Might Also Like

Prosesi Pernikahan Suku Baduy Luar yang Sederhana dan Sakral

Malamang, Tradisi Membuat Sajian Lamang dari Minangkabau

Mengenal 7 Tradisi Pernikahan Adat Daerah di Indonesia

Tradisi Makan Bajamba Satukan Raja dan Sultan Nusantara

Tradisi Dhukutan Simbol Kerukunan Akhiri Tawuran

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Karimunjawa, Wisata Alam dan Religi di Jepara
Next Article Sensasi Kuliner Unik Nasi Grombyang Asli Pemalang
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?