Rudat Banten, sebuah kesenian yang memadukan seni gerak dan vokal diiringi tabuhan tarebang. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Tujuannya untuk memperkuat keimanan masyarakat terhadap agama Islam dan kebesaran Allah.
Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Rudat berasal dari kata raudhah atau raudatun yang berarti taman bunga. Kata raudhah ini merujuk taman nabi yang terletak di masjid Nabawi, Madinah.
Menurut sumber lain, rudat berasal dari kata redda atau rod-da yang artinya menangkis serangan lawan. Selain itu, rudat juga diartikan sebagai alat musiknya itu sendiri. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren.
Sejarah Rudat Banten
Seni Rudat sudah ada sejak zaman pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin di Banten. Menurut naskah Haqul Muluk dan Masahid yang ditulis Syeh Abdullah Bin Abdul Qohar tahun 1778, seni rudat biasanya untuk mengiringi sholawat.
Maka dari itu, seni Rudat banyak ditampilkan pada upacara peringatan keagamaan Islam. Misalkan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Khataman Al-Qur’an, Hari Raya Idul Fitri, dan hari besar Islam lainnya.
Seni rudat berkembang di pesantren-pesantren sebagai hiburan di kala waktu senggang. Selain itu, juga ditampilkan pada acara-acara perayaan pesta perkawinan atau khitanan. Namun, pada acara ini biasanya seni Rudat disertai dengan tarian.
Seni rudat sendiri lahir dari salah satu tarekat yaitu tarekat sanusiah. Kesenian ini biasanya dilakukan laki-laki. Namun seiring perkembangannya, dimodifikasi agar dapat juga dilakukan perempuan.
Pertunjukan Seni Rudat Banten
Seni Rudat Banten agak berbeda dengan Rudat lainnya. Perbedaannya pada teknik pukulannya yang sangat keras. Selain itu, jika di tempat lain biasa mengacu pada tariannya, sedangkan di Banten lebih mengacu pada alat musiknya yaitu Rudat.
Biasanya kesenian ini dimainkan antara 12 sampai 24 orang. Kelompok ini terdiri dari penabuh waditra, penari, dan penyanyi. Namun ada juga yang tidak menggunakan penari, hanya iringan musik dan nyanyian saja.
Syair-syair lagu yang terkandung di seni Rudat berisi puja-puji dan sholawat yang mengagungkan Allah dan Rasulnya. Selain itu, kesenian ini juga diikuti gerak tarian mirip gerakan silat, namun unsur tenaga tidak begitu dominan.
Tari Rudat banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Gerakan ini dilakukan secara serempak dan bersama-sama sesuai dengan iringannya. Untuk iringan utamanya menggunakan tarebang. Alat musik ini berbentuk seperti rebana dan dimainkan dengan cara dipukul.
Sayangnya, keberadaan Rudat sekarang semakin sulit dijumpai di ruang-ruang publik, terutama di tengah gempuran budaya modern. Perkembangan teknologi menjadi tantangan terbesar dalam melestarikan kesenian ini.