Gamelan memiliki sejarah yang sangat panjang di Indonesia dan perjalanannya terkait dengan sosok bernama Rahayu Supanggah. Seniman musik tradisional ini tercatat menciptakan lebih dari 100 musik karawitan di Jawa Tengah.
Saat ini gamelan sudah tidak asing lagi di masyarakat dunia. Alat musik tradisional ini terdiri dari beberapa alat yang biasanya digunakan dalam seni karawitan. Kemunculannya berkembang dari Kerajaan Hindu Budha hingga masuk ke nusantara.
Guru Besar
Rahayu Supanggah lahir dari keluarga dalang di Boyolali, 29 Agustus 1949. Beliau belajar gamelan di Konservatori Karawitan dan kemudian kuliah di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI)―sekarang Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Ia meraih gelar doktor bidang Etnomusikologi di Université de Paris VII.
Sebagai komponis, Panggah berangkat dari musik tradisi Jawa, khususnya gamelan. Sejak tahun 1970-an, beliau aktif sebagai pengrawit, komponis, penata musik, penulis, budayawan dan lainnya. Ia juga aktif berkolaborasi dengan seniman nusantara hingga mancanegara.
Rahayu Panggah pernah mengajar karawitan di Australia pada tahun 1972-1974. Kini, beliau adalah guru besar ISI Surakarta dan menerima gelar Guru Besar Karawitan. Beliau mencapai purna tugas pada tahun 2019
Baca juga;Huriah Adam Sang Seniman Tari Legendaris Padang Panjang
Karya Monumental
Salah satu karya spektakular dari Rahayu Panggah adalah “Gambuh” pada tahun 1979 yang membuat takjub forum Pekan Komponis Dewan Kesenian Jakarta. Komposisi tersebut berdurasi 25 menit tersebut kemudian dibawakannya di pentas Royal Albert Hall bersama London Symphony Orchestra.
Beliau juga meraih banyak prestasi diantaranya Best Composer dalam SACEM Film Festival Nantes 2006 di Prancis, Best Composer dalam Film Festival Asia di Hongkong, Best Composer dalam Festival Film Indonesia di Jakarta 2007, World Master on Music and Culture 2008 Seoul-Korea, Bintang Budaya Parama Darma dari Presiden RI 2010.
Baca juga: Affandi, Pelukis Maestro dengan 2000 Lukisan
Film Musikal
Rahayu Panggah juga pernah menggabungkan tradisi gamelan Jawa-Bali dengan musik tradisional Tibet dan orkestra barat dalam musik pengiring film cineorkestra Setan Jawa (2016). Sebelumnya beliau juga pernah membuat film musikal Opera Jawa (2006).
Kemudian ada juga karya panggung berupa trilogi Ranjang Besi (2008). Tusuk Konde (2010), dan Selendang Merah (2013). Musik dari teater tari yang berjudul I la Galigo (2011) juga merupakan salah satu karya dari Rahayu Panggah.
Maestro gamelan Indonesia yang juga mantan rektor dan guru besar ISI Solo ini, berpulang di Solo, 10 November 2020 dalam usia 71 Tahun. (Anisa Kurniawati– Dari berbagai sumber)