Ki Ageng Wonosobo adalah salah satu tokoh legendaris yang dianggap sebagai pendiri Wonosobo.
Jejak perjuangan dan kisah hidupnya terus dikenang hingga kini, terlebih karena kontribusinya dalam membangun wilayah dan menyebarkan agama Islam.
Makam di Desa Plobangan: Saksi Bisu Sejarah
Makam Ki Ageng Wonosobo terletak di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Desa ini dulunya adalah pusat pemerintahan Wonosobo sebelum akhirnya dipindahkan ke lokasi yang sekarang.
Baca Juga: Desa Buntu Kejajar Resmi Jadi Contoh Desa Damai Berkelanjutan
Makam ini tidak pernah sepi pengunjung, terutama menjelang Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.
Menurut Mbah Pono, juru kunci makam, lokasi ini menjadi tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Wonosobo bersama kerabat dekatnya.
“Di sini beliau momong anak cucunya, termasuk ibunya, Dewi Nawangsih. Makam putranya seperti Ki Ageng Pandanaran, Ki Ageng Pakringan, dan Nyai Sabinah juga ada di sini,” ujarnya pada Kamis (23/01/2025).

Trah Majapahit: Cucu Brawijaya V
Mbah Pono juga menjelaskan bahwa Ki Ageng Wonosobo masih memiliki garis keturunan langsung dari raja terakhir Majapahit, Brawijaya V.
“Beliau itu cucu Brawijaya V, ibunya bernama Dewi Nawangsih. Saat Majapahit runtuh, Ki Ageng Wonosobo datang ke daerah Plobangan,” tutur Mbah Pono.
Baca Juga: Perjalanan H.M. Lukminto Membangun PT Sritex Hingga Mendunia
Setelah tiba di Plobangan, Ki Ageng Wonosobo melanjutkan pengembaraannya ke Cirebon untuk memperdalam ilmu agama Islam.
“Di sana beliau mendapat gelar Syekh Ngabdullah,” tambahnya.
Setelah menyelesaikan pengembaraan, ia kembali ke Plobangan melalui Sapuran dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.
Mengubah Hutan Menjadi Lahan Pertanian
Kisah perjuangan Ki Ageng Wonosobo di Plobangan begitu menginspirasi.
Ia berhasil mengubah hutan belantara menjadi lahan pertanian subur sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam.
Baca Juga: Akbar Daffa, Kenalkan Smart Greenhouse untuk Pertanian
Atas jasanya, Desa Plobangan menjadi cikal bakal berdirinya Wonosobo.
“Beliau itu sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya. Sampai sekarang, makamnya terus dirawat masyarakat Desa Plobangan,” kata Mbah Pono.
Keunikan Tangga Menuju Makam
Makam Ki Ageng Wonosobo berada di atas bukit yang memberikan pemandangan indah Desa Plobangan dari ketinggian.
Untuk mencapainya, pengunjung harus menaiki sejumlah anak tangga. Namun, ada cerita unik di balik tangga ini.
“Konon, jumlah anak tangga yang dihitung setiap pengunjung tidak pernah sama. Ini melambangkan kehidupan dan perilaku setiap orang yang berbeda-beda,” jelas Mbah Pono.

Waktu Ramai Ziarah
Makam ini menjadi tujuan ziarah atau wisata religi khususnya pada bulan Muharram atau Suro.
Pada waktu-waktu itu, suasana di sekitar makam terasa lebih khidmat, dan pengunjung dapat menikmati keasrian Desa Plobangan yang dikelilingi sawah hijau.
Sebelum berziarah, beberapa pengunjung terkadang akan turun ke Sendang Sampang.
Sendang Sampang ini merupakan mata air yang lokasinya berada di sebelah timur area Makam Ki Ageng Wonosobo.
Baca Juga: Agung Wiera dan Perjalanan Panjang Fotografi Budaya
Di Sendang Sampang, pengunjung akan membersihkan diri terlebih dahulu.
Dipercaya bahwa air dari Sendang Sampang mampu menghilangkan kotoran baik fisik maupun batin.
Makam Ki Ageng Wonosobo bukan hanya tempat bersejarah, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat Wonosobo.
Warisan Ki Ageng Wonosobo terus hidup melalui cerita, tradisi, dan semangat masyarakat yang menjaganya hingga kini.