Rawon merupakan sup berwarna hitam berisi potongan daging sapi yang pernah menduduki peringkat pertama dalam “10 Best Rated Soups in the World 2023” menurut versi Taste Atlas. Diracik dengan rempah-rempah Indonesia, membuat sup ini memiliki rasa yang khas.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner dengan ciri khasnya masing-masing. Tak terkecuali rawon yang berasal dari Jawa Timur. Kuliner ini merupakan sub yang di dalamnya berisi potongan daging biasanya bagian sandung lamur.
Rawon biasanya disajikan bersama taoge kecil, kerupuk udang, telur asin, lengkap dengan nasi hangat dan sambal. Sajian ini diracik dengan berbagai bumbu-bumbu khas Indonesia, antara lain campuran bawang putih dan bawang merah, ketumbar, serai, lombok lengkuas, garam, serta keluak, membuat sup hitam ini memiliki rasa yang khas.
Salah satu ciri khas dari hidangan ini adalah warna kuahnya yang berwarna hitam. Kuah ini berasal dari bahan yang bernama keluak atau kepayang atau pucung. Perpaduan antara kluwek dan bumbu ini menghasilkan cita rasa yang aromatik, gurih, dan kental.
Warisan Zaman Majapahit
Asal-usul rawon ternyata sudah ada sejak 1000 tahun yang lalu. Dilansir dari halaman indoneisakaya.com, menurut beberapa kitab sastra Jawa Baru yang dituliskan pada abad ke-18, menyebutkan mengenai kuliner ini serta bumbu pentingnya.
Menurut, Dwi Kristiastuti, pakar kuliner Nusantara dan Dosen Tata Boga Universitas Negeri Surabaya pada laman Jawa pos juga menyebutkan bahwa rawon merupakan warisan dari zaman Kerajaan Majapahit.
Hal ini berdasarkan isi Prasasti Taji yang dikeluarkan oleh Rakryan i Watu Tihang pu Sanggramadurandara pada 823 Saka atau 901 Masehi dan ditemukan di dekat Ponorogo, Jawa Timur, pada 1868.
Prasasti tersebut disebutkan bahwa salah satu menu makanan rerawwan dideskripsikan sebagai makanan berkuah hitam dengan aneka rempah dan keluak. Disebutkan makanan tersebut memiliki ciri khas masing-masing yang disesuaikan dengan karakteristik setiap daerah.
Sedangkan, sumber lain mengatakan bahwa Rawon diyakini berasal dari budaya Jawa, terutama dari daerah Surabaya, Jawa Timur yang sudah ada sejak abad ke-15 atau ke-16. Beberapa teori juga dikaitkan dengan pengaruh Arab. Rawon dinilai mirip dengan hidangan khas Arab bernama “harira” yang juga merupakan sup daging berwarna hitam pekat.
Pembahasan mengenai rawon juga muncul dalam beberapa catatan koleksi Istana Mangkunegaran Surakarta yang disebut Serat Wulangan Olah-olah Warna Warni. Selain itu, juga terdapat pada bab Olah-olahan Cara Jawi (olahan atau masakan cara Jawa).
Resep dan teknik memasak rawon terus berkembang dari generasi ke generasi, dan setiap keluarga atau penjual memiliki resep dan variasi bumbu yang khas. Hingga saat ini, rawon tetap menjadi hidangan yang populer dan banyak ditemui di seluruh Indonesia.
Selain masyarakat lokal, wisatawan mancanegara juga banyak yang menyukai makanan ini. Terbukti dengan terpilihnya Rawon sebagai sup terenak se-Asia. Pengakuan ini menegaskan pentingnya rawon dalam warisan kuliner Indonesia. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)