By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Rebana Biang, Seni Warisan Budaya Betawi yang Memukau
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Rebana Biang, Seni Warisan Budaya Betawi yang Memukau
Warisan Budaya

Rebana Biang, Seni Warisan Budaya Betawi yang Memukau

Ridwan
Last updated: 19/10/2024 00:02
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: senibudayabetawi.com
SHARE

Rebana Biang, merupakan seni warisan budaya Betawi yang berupa rebana berukuran besar. Berbeda dengan rebana pada umumnya, alat musik betawi ini terdiri dari tiga rebana yang bernama gendung, kotek, dan biang. 

Masyarakat Betawi memiliki kekayaan budaya yang melimpah, salah satunya dalam hal alat musik kesenian budaya Betawi, Rebana Biang. Alat musik ini merupakan salah satu seni musik rebana dari budaya Betawi yang bernafaskan Islam. 

Penyebutan alat musik ini berbeda-beda di setiap daerah. Ada yang menyebut sebagai rebana gede, rebana salun, gembyung, hingga terbang selamet. Menurut keterangan tokoh Betawi, H. Abd. Rahman, tahun 1966-1977, alat musik ini disebut rebana gede. Namun pada 1974, semua kesenian Betawi diresmikan dan diubah menjadi rebana biang oleh Gubernur Ali Sadikin (gubernur yang menjabat pada saat itu)

Nama ini sendiri mengacu pada ukuran alat yang dipergunakan. Jenis rebana ini terdiri dari tiga buah rebana. Rebana bergaris tengah 30 cm diberi nama gendung, yang berukuran sedang bergaris tengah 60 cm dinamai kotek,  rebana dengan garis tengah mencapai 90 cm disebut juga biang.  

Perbedaan lainnya, rebana jenis lain memiliki logam kicrik yang berbunyi gemricing saat dipukul, sedangkan dalam Rebana Betawi tak ada. Pada rebana yang berukuran kecil dimainkan sambil duduk, sedang rebana yang berukuran besar dimainkan dengan telapak kaki dan lutut. 

Kesenian ini konon merupakan ritual  yang diajarkan setelah pengajian. Seiring dengan perkembangan zaman, permainan Rebana Biang memasukkan unsur musik lain seperti terompet, rebab, tehyan, dan biola, untuk mengiringi Teater Blantek dan Tari Blenggo.

Baca Juga : Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna

Lagu yang dimainkan biasanya ada dua macam dengan menggunakan bahasa Arab, Sunda, dan Betawi. Pertama berirama cepat disebut lagu Arab atau lagu nyalun seperti lagu berjudul Rabbuna Salun, Alahah serta Hadro Zikir. Kedua berirama lambat, disebut lagu rebana atau lagu Melayu seperti Alfasah, Yulaela, Anak Ayam Turun Selosin serta Sangrai Kacang.

Kesenian ini biasanya digunakan untuk memeriahkan berbagai perayaan seperti pernikahan, khitanan, upacara adat, perayaan budaya hingga ulang tahun. Dalam perkembangannya, kesenian Rebana Biang telah dikenalkan ke masyarakat Betawi sejak tahun 1825. 

Tak hanya di wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan, perkembangan Rebana khas Betawi ini juga meluas ke berbagai tempat seperti Cijantung, Cakung, Ciseeng, Parung, Pondok Rajeng, Bojong Gede dan Citayam

Saat ini masih banyak komunitas yang berupaya untuk melestarikan alat musik ini. Rebana biang bukan lagi warisan seni budaya Betawi yang perlu dijaga dan dilestarikan. Namun juga dijadikan sebagai media untuk hiburan serta menyiarkan agama Islam (Anisa Kurniawati- Sumber: itjen.kemdikbud.go.id dan lainnya)

You Might Also Like

Museum Gedong Kirtya, Lestarikan Warisan Budaya Luar Biasa

Engklek, Permainan Jingkat-Jingkat Warisan Leluhur

Legenda Arya Panoleh di Balik Kelezatan Sate Ayam Madura

Perpaduan Seni Gerak dan Vokal dalam Kesenian Rudat Banten 

Lomba Perahu Naga, Tradisi Penuh Sejarah di Hari Raya Peh Cun

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia
Next Article Bangunan rumah tradisional di Huta Siallagan, Sumatera Utara. Huta Siallagan, Pesona Budaya Batak Di Tepi Danau Toba
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?