Kerupuk kulit atau kerupuk rambak adalah salah satu makanan yang populer di Indonesia. Makanan ini bisa dijadikan camilan atau pendamping makanan.
Dalam bahasa Jawa kerupuk kulit disebut juga rambak. Kerupuk rambak terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Menurut sejarah, rambak merupakan jenis kerupuk tertua di Indonesia.
Menurut sejarah, dulu rambak merupakan kasta tertinggi kerupuk.
Sejarah kerupuk ini tercantum dalam Prasasti Batu Pura pada abad 9-10 Masehi. Kerupuk kulit disebut juga makanan toleransi. Hal ini karena imigran China yang tiba di Sumatra Barat abad 18 Masehi. Mereka membawa kerupuk kulit babi.
Karena di derah Sumatera Barat mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, maka mereka mengganti bahan yang tadinya dari kulit babi menjadi dari kulit sapi dan kerbau.
Camilan ini sangat legendaris di Sumatera Barat, bahkan sangat mudah ditemui di warung atau rumah makan. Di Minangkabau, kerupuk kulit dari kulit sapi terkenal dengan nama Karupuak Jangek.’
Santapan Para Bangsawan
Kerupuk rambak merupakan cikal bakal atau pelopor kerupuk khas Indonesia lainnya. Karena usianya yang tua, rambak konon disebut kasta tertinggi kerupuk. Sebab lainnya yaitu karena tidak sembarang orang bisa makan kerupuk rambak.
Kerupuk ini konon hanya jadi santapan para raja dan bangsawan. Menurut Fadly Rahman, Sejarawan kuliner, alasan ini muncul karena catatan pada prasasti, naskah kuno ditulis oleh pujangga di lingkungan kerajaan.
Catatan itu tentu saja memperlihat apa yang ada di lingkungan ningrat. Maka dari itu muncul hipotesa bahwa rambak hanya dikonsumsi kalangan di lingkungan kerajaan saja.
Pada masanya, rambak terbuat dari kulit hewan murni tanpa ditambah bumbu-bumbu lain. Jika pun ada, paling-paling orang hanya menambahkan rempah.
Manfaat Kerupuk Kulit
Seementara itu Guru besar IPB University, Prof. Dr. Purwantiningsih MS, dikutip dari laman halalmui.or, menyatakan kerupuk kulit tergolong pangan rendah kalori dan kaya akan protein, serat, mineral seperti kalsium, fosfor.
Oleh karena itu, kerupuk kulit bermanfaat untuk kesehatan diantaranya:
- membantu proses pertumbuhan tulang
- memperbaiki sel-sel rusak
- meningkatkan daya tahan tubuh
- sebagai cadangan energi
- membantu proses pencernaan
- membantu proses penyembuhan penyakit maag.
Meskipun memiliki manfaat yang banyak, tetapi kita harus waspada karena kerupuk kulit memiliki kandungan lemak yang tinggi, terlebih lagi ketika sudah melewati proses penggorengan berulang.
Hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan seperti menyebabkan naiknya kadar kolesterol jahat di dalam tubuh, memberi rasa tidak nyaman pada tenggorokan dan menyebabkan obesitas.
Dampak buruk mengonsusmsi kerupuk kulit bukan hanya karena lemak yang terkandung tinggi, tetapi pada proses pembuatan kerupuk kulit biasanya ditambahkan MSG sebagai peningkat rasa gurih, pewarna atau pengawet.
Kerupuk Kulit Berusaha Bangkit di Ekonomi Sulit
Meski kerupuk kulit masih menjadi primadona camilan yang digemari seperti di Sumatera dan Jawa Barat, namun saat ini permintaan pasar cenderung turun. Pemicunya sejak pandemi Covid-19.
M. Syukur, salah seorang pembuat kerupuk kulit di daerah Cijambe, Desa Cicangkang Hilir, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan, kini produksinya mulai bangkit lagi setelah terpukul badai pandemi.
Sebelumnya, setiap bulan dia mampu mengantarkan ratusan kilogram kerupuk kulit jadi ke Jakarta. Kini, dia hanya mengandalkan pasar lokal dengan memasok ke warung dan sentra oleh-oleh di Bandung Barat seperti di BBS Cihampelas.
“Permintaan terhadap kerupuk kulit belum normal seperti sebelum Pandemi. Sekarang saya berusaha bangkit dengan memenuhi permintaan pasar lokal dekat dengan daerah saya,”ujar M Syukur saat ditemui beberapa waktu lalu.
Kerupuk kulit yang diberi merk Wayang Golek itu, dijual seharga 28 ribu untuk kantung besar seberat 500 gram. Sementara untuk kantung kecil, dipasarkan seharga 10 ribu rupiah per bungkus. Selama ini, M Syukur mengaku mendapatkan bahan kulitnya dari Purwakarta dan Jakarta.
“Bahan bakunya masih mudah didapatkan. Tapi produksinya belum sebanyak dulu. Namun skarang permintaan mulai mengalir lagi. Terpenting saya bisa memberi pekerjaan kepada warga di dekat rumah saya,” ujar M Syukur.
Nah, bagi yang belum merasakan kerupuk kulit, silakan mencoba cita rasa camilan legendaris ini!