Ketika mendengar nama Baduy, banyak masyarakat membayangkan komunitas yang jauh dari modernisasi. Namun, anggapan ini bisa berubah setelah berbincang langsung dengan warga Baduy, khususnya masyarakat Baduy Luar.
Menjaga Tradisi di Tengah Perkembangan Zaman
Berkunjung ke wilayah Baduy tidak hanya menjadi pengalaman menjelajahi alam yang masih asri, tetapi juga kesempatan untuk memahami cara masyarakat adat ini mempertahankan tradisi sekaligus berkompromi dengan kemajuan teknologi.
Dalam kunjungan ke Baduy Luar, ditemukan bahwa warganya telah mengenal teknologi. Mereka menggunakan ponsel, menonton televisi, dan memiliki perangkat elektronik lainnya.
Meski demikian, penggunaan teknologi diatur dengan batasan tertentu agar tidak menggeser nilai-nilai adat yang telah diwariskan turun-temurun.
Jamal, salah satu tokoh Baduy Luar, menjelaskan bahwa modernisasi memang tidak dapat dihindari.
Ia mengakui adanya kekhawatiran akan dampaknya, tetapi tetap optimistis bahwa masyarakat Baduy dapat menjaga akar budaya mereka.
“Perubahan zaman memang tidak terelakkan. Dunia semakin berkembang, teknologi semakin canggih. Ada sedikit kekhawatiran, tetapi selama kita memiliki pegangan kuat pada adat, kita tetap bisa bertahan,” ujarnya dilansir dari travel.detik.com.
Ia mengibaratkan situasi ini seperti sebuah perahu di tengah lautan. Ombak dan badai bisa datang menerjang, tetapi selama jangkar perahu kuat, perahu tidak akan hanyut terbawa arus.
Sejak dini, generasi muda Baduy dididik memahami dan menjaga adat-budaya
Baca juga: Prosesi Pernikahan Suku Baduy Luar yang Sederhana dan Sakral
Teknologi dalam Batasan Adat
Masyarakat Baduy kini tidak asing dengan media sosial. Namun, pemanfaatannya diarahkan pada kepentingan ekonomi, seperti memperkenalkan produk hasil kerajinan mereka. “Boleh mengenal modernisasi, tetapi jangan sampai menghilangkan adat dan budaya sendiri,” kata Jamal.
Kepala desa Baduy, Jaro Oom, menambahkan penggunaan teknologi di masyarakat Baduy diatur dalam peraturan desa. Ada batasan jelas mengenai yang dibolehkandan yang dilarang.
Hal ini untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi tidak menggeser nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi masyarakat Baduy.
Peran Wisatawan dalam Menjaga Adat Baduy
Masuknya teknologi ke Baduy juga dipengaruhi wisatawan. Karena itu, pengunjung diharapkan menghormati aturan yang berlaku dan tidak membawa pengaruh negatif terhadap wisatawna..
“Tamu dari luar dipersilakan datang untuk melihat budaya dan tradisi kami. Tetapi, mereka juga harus mengikuti peraturan kami, terutama dalam hal teknologi,” tegas Jaro Oom dilansir dari travel.detik.com.
Ia menyayangkan adanya wisatawan yang tidak bertanggung jawab dengan menyebarluaskan foto atau video yang seharusnya tidak dipublikasikan.
Secara khusus, wilayah Baduy Dalam memiliki aturan ketat yang melarang penggunaan teknologi, termasuk mengambil foto atau video.
Selain itu, wisatawan juga tidak diperkenankan merekam atau mengambil gambar saat masyarakat Baduy sedang menjalankan ritual adat. Namun, untuk produk UMKM yang mereka hasilkan, masyarakat Baduy justru sangat mendukung publikasi guna membantu perekonomian mereka.
“Kalau ingin memperkenalkan produk UMKM kami, silakan dipublikasikan. Tetapi, jika itu berkaitan dengan tradisi dan ritual adat, sebaiknya jangan,” pungkas Jaro Oom.
Masyarakat Baduy Luar tidak sepenuhnya menolak teknologi, tetapi mereka memiliki batasan tertentu untuk menjaga kelestarian adat dan budaya mereka. Modernisasi diterima sejauh tidak mengancam nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Wisatawan yang berkunjung ke wilayah Baduy diharapkan menghormati aturan yang ada dan tidak membawa pengaruh yang dapat mengubah keseimbangan kehidupan adat mereka.