Tjilik Riwut, adalah adalah Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah pertama dan Pahlawan Nasional Indonesia. Disamping itu ia juga aktif dalam dunia Jurnalistik. Dia adalah gubernur pertama yang mengusulkan pemindahan ibukota negara Jakarta ke Palangkarya.
Tjilik Riwut lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah pada 2 Februari 1918. Ia menempuh pendidikan dasar pada Sekolah Rakyat (Volkschool) yang dikelola zending di Kasongan. Selepas lulus sekolah pada tahun 1930, Tjilik dibawa Pendeta Sehrel ke Jawa.
Dia kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Perawat Taman Dewasa di Yogyakarta hingga lulus tahun 1933. Selanjutnya pada tahun 1933-1936, ia mengikuti sekolah (kursus) perawat di Purwakarta dan Bandung.
Tjilik juga berkiprah di dunia jurnalistik sejak tahun 1936. Pada tahun 1940-1941 ia menjadi Redaktur Majalah Soeara Pakat (Suara Rakyat). Tjilik Riwut juga menjadi responden Harian Pembangunan di bawah pimpinan Sanusi Pane serta koresponden Harian Pemandangan.
Dari pengalaman itu, ia menulis sejumlah buku tentang Kalimantan Tengah. Karyanya antara lain: Makanan Dayak (1948), Sejarah Kalimantan (1952), Kalimantan Memanggil (1958), Memperkenalkan Kalimantan Tengah dan Pembangunan Kota Palangka Raya (1962), Manaser Panatau Tatu Hiang (1965) serta Kalimantan Membangun (1979).
Baca Juga: Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Pahlawan Dayak
Dari Militer ke Politik
Menjelang akhir tahun 1945, sebagai anggota TNI yang pada saat itu berpangkat mayor, ia terpilih sebagai salah satu komandan pasukan. Tugasnya adalah melaksanakan ekspedisi ke wilayah Kalimantan dengan menggalang simpati dari masyarakat untuk melawan tentara NICA.
Tjilik terlibat juga dalam Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 17 Oktober 1947. Meski tidak ikut terjun, Tjilik Riwut berperan sebagai penunjuk jalan. Momen itu kemudian diperingati sebagai Hari Lahir Pasukan Khusus TNI-AU.
Salah satu peristiwa pentingnya saat ia melakukan Sumpah Setia bersama enam pemuda Dayak yang mewakili 142 suku Dayak kepada Pemerintah Republik Indonesia di Gedung Agung Yogyakarta, pada tanggal 17 Desember 1946.
Sebagai tentara, pengalaman perangnya meliputi sebagian besar pulau Kalimantan dan Jawa. Setelah perang usai, Tjilik aktif di pemerintahan. Ia memulai berkarir di bidang politik, pada tahun 1950. Tjilik Riwut menjadi wedana di Sampit. Kemudian menjabat Bupati Kotawaringin Timur dan Bupati Kepala Daerah Swantara Tingkat II Kotawaringin Timur pada tahun 1951 hingga 1956.
Pada saat menjabat sebagai Bupati Kotawaringin, 1956 muncul desakan dari warga Dayak membentuk Provinsi Kalimantan Tengah. Ia kemudian mengirim telegram ke pemerintah pusat perihal keinginan itu. Pada awal 1957, ia diangkat menjadi residen untuk melakukan persiapan pembentukan Kalimantan Tengah, yang kantornya berkedudukan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Menjadi Pahlawan Nasional
Akhirnya Tjilik Riwut terpilih menjadi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah yang pertama, dan memerintah dari tahun 1958-1967. Pada era kepemimpinannya, Kampung Pahandut pun berubah menjadi Palangkaraya sekaligus ibukota Kalimantan Tengah.
Di hadapan Bung Karno dalam forum Dewan Nasional, Tjilik Riwut pernah mengusulkan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Palangkaraya dalam forum Dewan Nasional. Usulan ini bersambut respons positif dari Bung Karno dan seluruh anggota Dewan Nasional.
Menandai hal itu Tugu Dewan Nasional pun dibangun di Kota Palangkaraya yang rencananya menjadi pusat lokasi ibu kota baru. Namun, dengan bergantinya kabinet, wacana pemindahan ibukota pun hilang seiring waktu.
Baca Juga: IKN Akan Diselesaikan Presiden Prabowo Dalam 4 Tahun
Pecahnya Gerakan 30 September 1965, menyebabkan Tjilik Riwut harus melepas jabatannya pada Februari 1967. Walaupun demikian kariernya di bidang politik tetap berlanjut. Tjilik Riwut melanjutkan kariernya di Departemen Dalam Negeri, Pangkowilhan 3, hingga Anggota DPR.
Tjilik Riwut meninggal dunia pada usia 69 tahun dikarenakan penyakit liver/hepatitis. Tjilik Riwut dimakamkan di Makam Pahlawan Sanaman Lampang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sebagai penghargaan atas jasa dan perjuangannya namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara di Palangka Raya.
Kemudian pada 6 November 1998, Tjilik Riwut ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Angkatan Udara RI juga memberikan pangkat Laksamana (Marsekal) Pertama sebagai tanda kehormatan berkat jasanya bagi AURI dan perjuangannya di Kalimantan Tengah. (Sumber: esi.kemdikbud.go.id)