Tor-Tor Sombah, kesenian khas dari Simalungun yang awalnya ditujukan untuk menghormati raja-raja. Kesenian ini masih termasuk sakral yang ditandai dengan gerakan menyembah yang secara simbolik bermakna menghormati sesama manusia, alam dan penciptanya.
Mayoritas masyarakat Simalungun, masih memegang teguh adat istiadat sebagai upaya untuk melestarikan budaya. Salah satu kesenian yang masih ditampilkan oleh masyarakat Simalungun adalah Tari Tortor Sombah.
Tari Tortor Sombah telah mengalami banyak perkembangan. Jika dulunya tarian ini digunakan sebagai upacara penghormatan kepada Raja, saat ini lebih berfungsi sebagai penghormatan kepada tamu. Selain itu, banyak juga ditarikan pada event-event budaya.
Tarian Penghormatan untuk Raja
Menurut sejarah, dulunya masyarakat Simalungun memiliki kerajaan dengan sistem organisasi sosiopolitik yang bersifat monarchis. Sistem tersebut membuat masyarakat memiliki suatu kebiasaan untuk menghormati raja dalam kehidupan sehari-harinya.
Lahirlah tarian sembah atau Tortor Sembah. Dalam praktiknya, tarian ini ditujukan untuk para golongan raja yang memiliki kelas sosial tertinggi. Pada saat terjadi gerakan Revolusi Sosial pada 1946, tari tortor sombah sempat menghilang.
Alasan menghilangnya tarian ini disebabkan, pada saat itu tortor sombah dianggap sebagai sebagai bentuk pemujaan kepada raja. Baru sekitar tahun 1953, tarian ini dimunculkan kembali oleh seniman musik dan tari, benama Taralamsyah Saragih.
Sejak kemunculannya kembali, tari ini telah mengalami perkembangan mulai dari segi fungsi, tempat pelaksanaan, gerakan hingga busananya. Dari segi fungsi, tari Tortor lebih dijadikan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu.
Dulunya, tarian ini tidak memiliki gerakan tetap hanya ditandai dengan gerakan menyembah saja. Seiring perkembangannya, gerakan menjadi semakin dinamis, menarik, dan tetap diiringi dengan alunan musik gonrang.
Gerakan tari tortor sombah, bermakna untuk menghormati sekaligus mengajak tamu agar bergembira, melambangkan kebersamaan, keramahtamahan dan perkenalan adat. Dulunya, jika penarinya sering ditarikan secara tunggal menjadi berpasangan kemudian berkelompok.
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tari Tortor Sombah sendiri menyimpan makna yang mendalam, yaitu sebagai penyemangat jiwa dan sebagai penghibur. Disamping itu juga sebagai sebuah media komunikasi untuk berinteraksi dengan masyarakat dan penciptanya.
Tortor telah menjadi identitas diri masyarakat Simalungun yang selalu hadir dalam setiap upacara adat ataupun kegiatan kebudayaan lainnya. Keunikan dan kesakralan tari ini telah menjadi identitas etnik Simalungun, sehingga sudah sepatutnya di jaga dan tetap dilestarikan. (Dari Berbagai sumber)