Masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, memiliki banyak tradisi adat daerah, salah satunya tradisi Batapung Tawar. Tradisi adat setelah momen melahirkan yang mengandung makna harapan dan do’a-do’a terhadap keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
.
Dikutip dari infopublik.banjarkab.go.id, Tapung Tawar berasal dari kata “Tapung” (tepung) diambil dari bahan yang digunakan untuk acara batapung tawar. Kata “Tawar” bahasa banjar bisa diartikan pengobatan. Sedangkan alat untuk memercikan tepungnya dapat berupa potongan dan anyaman daun pisang, daun kelapa atau daun pisang. Juga sekaligus didalamnya ucapan terima kasih kepada bidan yang telah membantu.
Tradisi adat Banjar ini salah satunya dilaksanakan pasangan muda di Handil II – RT 004 desa Tambak Sirang Darat Kecamatan Gambut Muhammad Zaini dan Noorhidayah untuk kelahiran anak mereka Devita Shanum Anggraini beberapa waktu lalu.
Orang tua atau keluarga basaruan (mengundang) tetangga sekitar untuk kegiatan acara tradisi inu. Keluarga dan tetangga datang bersilaturrahmi sekaligus membantu untuk memasak masakan tradisional Gayam dan bubur habang. Di ruang tengah keluarga dan tetangga yang lain secara bergantian menggendong Bayi, dan yang lain berkeliling memperhatikan si bayi.
Tamu yang datang membawa beras, gula merah, makanan, kue, gula putih, handuk, pakaian bayi. Mereka memasak sambil bercengkerama bersenda gurau. Setelah masakan masak disajikan, dibacakan do’a selamat dan dimakan bersama. Setelah makan acara basarahan bayi dari bidan kepada nenek sang bayi dan dari keluarga diserahkan piduduk kepada bidan.
Piduduk adalah tradisi adat Banjar yang biasanya diberikan ke pelaksana acara sebagai ungkapan terima kasih, pengganti alat pembayar. Piduduk berupa alat, sembako dan bumbu berisi timba, beras, Kelapa, gula merah, minyak goreng, garam, micin, penyedap rasa, serai, laos, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jintan, kunyit, kencur.
Prosesi tradisi kemudian dilanjutkan acara bapapai air bunga dan wewangian yang telah disiapkan sebelumnya. Bapapai adalah air bunga, minyak dan wewangian yang dipercikan ke bayi dengan anyaman potongan daun pisang yang dibentuk sedemikian rupa.
Tradisi Batapung Tawar hinggi kini masih melekat dalam kehidupan masyarakat Banjar. Kearifan lokal ini, bukan acara bagi pasangan keluarga yang sedang berbahagia, namun juga bermakna bagi kehidupan warga di sekitarnya.