By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Bekayat Cara Membaca Hikayat Masyarakat Suku Sasak
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Bekayat Cara Membaca Hikayat Masyarakat Suku Sasak
Tradisi

Tradisi Bekayat Cara Membaca Hikayat Masyarakat Suku Sasak

Anisa Kurniawati
Last updated: 06/12/2024 02:04
Anisa Kurniawati
Share
Seorang pemaca (penembang) sedang membaca kitab-kitab kuno berbahasa melayu di atas daun lontar di Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat. Foto: Infopubik.id
SHARE

Islam Suku Sasak di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, telah mengenal tradisi Bekayat (membaca hikayat) sejak kerajaan Hindu-Buddha berkuasa. Sampai saat ini tradisi itu masih lestari di tengah masyarakat. Tradisi membaca hikayat dengan istilah bekayat yang secara bahasa berarti membaca dan berkisah. Selain itu juga sebagian warga menyebutnya dengan memaca.

Amaq Dah, seorang pemaca (penembang), dikutip dari Infopublik.id beberapa waktu lalu, menyebutkan acara bekayat merupakan tradisi membaca kitab-kitab kuno berbahasa melayu di atas daun lontar atau kertas biasa pada acara-acara tertentu. Misalnya pada perayaan Maulid Nabi, tradisi sunatan, ngurisan, perkawinan hingga kematian.

Amaq menuturkan bahwa, tradisi bekayat ini sejak lama dilakukan masyarakat suku Sasak, seperti pada perayaan maulid, isra mi’raj, sunatan, perkawinan dan pada acara selamatan kematian.

Baca juga: Peresean, Atraksi Pertarungan Mendatangkan Hujan

Membaca Pustaka Kuno

Di Lombok Barat, naskah sastra yang ditulis di atas daun lontar ini biasa disebut Takepan. Naskah yang mayoritas ditulis menggunakan Bahasa Jawa Kuno, Bahasa Sasak, dan Bahasa Sansekerta itu merupakan simbol keberagaman budaya yang berpadu menjadi satu dan kaya akan makna.

Penembang naskah ini pun menjelaskan, dalam pembacaan pustaka kuno yang diperkirakan berumur ribuan tahun ini dimainkan empat orang dengan mengenakan pakaian adat Suku Sasak atau mengenakan pakaian muslim adat Sasak.

Masing-masing disebut pemaca (penembang), piteges (penerjemah), penyarub (penyambung), dan pemboa (pendengar) yang bercerita tentang perjalanan spiritual nabi, termasuk pula pesan-pesan kehidupan tentang bagaimana seharusnya manusia hidup bersama manusia lainnya.

Baca juga: Nyongkolan, Prosesi Adat Sasak Demi Jaga Martabat Pernikahan

Intonasi Mendayu-dayu

Pelaksanaan bekayat dilakukan sejak malam hingga menjelang subuh dan tradisi ini sudah ada sejak kerajaan Hindu, bahkan dahulunya tradisi ini dilakukan sebagai media dakwah penyebaran Islam.

Dikatakan Amaq Dah, beberapa kitab yang biasanya dibaca adalah Hikayat Nur, Yatim Mustafa dan Badaruzzaman untuk acara ngurisan, Maulidan sunatan atau perkawinan. Kitab Kifayatul Muhtaj dibaca saat Perayaan Isra’ Mi’raj (kisah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah Salat. Sementara Kitab Qurtubi Kasyful Gaibiyyah yang isinya seputar hakikat kematian serta bagaimana manusia seharusnya mati.

Sebagai ciri khas dari tradisi  Bekayat, seoang pembaca hikayat dituntut dan harus mampu menguasai teknik-teknik lantunan dan intonasi membaca yang mendayu-dayu.

Budaya Suku Sasak

Bekayat sebagian dari tradisi dan adat budaya, bekayat juga mengharuskan adanya kemalik beras kuning, air bunga, benang warna hitam dan putih yang ditaruh di atas wadah. “Maknanya, sebersih dan sesuci apapun manusia, pasti terdapat noda dan kesalahan dalam diri yang harus dibersihkan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan,” jelas Amaq Dah.

Ia juga menyebut, tradisi bekayat (membaca hikayat) saat ini perlu diperkenalkan kepada generasi masa kini. Jika tidak, tradisi ini dikhawatirkan akan punah dimakan zaman. “Membaca hikayat ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan menggugah pengetahuan generasi muda tentang warisan budaya Suku Sasak,” tutur dia

You Might Also Like

Kampung Banjarnegara Rayakan Kirab Kelestarian Sungai

Keunikan Suku Sentani Menangkap Ikan Dengan Tradisi Bukhere

Karapan Sapi, Merawat Seni Tradisi Asli Madura

Mengenal Maarak Katik, Tradisi Religi Rayakan Idul Fitri

Festival Lopis Raksasa, Tradisi Syawalan di Pekalongan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Mengenal Musik Saronen, Kesenian dengan Sembilan Instrumen
Next Article Asal-Usul Gerhana Matahari dan Bulan di Mata Dayak Wehea
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?