By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Pengobatan Makan di Kelung Masih Lestari Di Jambi?
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Pengobatan Makan di Kelung Masih Lestari Di Jambi?
Tradisi

Tradisi Pengobatan Makan di Kelung Masih Lestari Di Jambi?

Anisa Kurniawati
Last updated: 08/12/2024 09:41
Anisa Kurniawati
Share
Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
SHARE

Tradisi Makan di Kelung dipercaya masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi sebagai usaha menyembuhkan keluarga yang sakit. Selain itu, ritual diyakini untuk membawa keberkahan.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id tradisi ini hanya ada di daerah Melayu Timur yang mencakup Sabak Timur, Kampung Laut, Mendahara dan Nipah Panjang.

Tradisi Makan di Kelung lahir dari masyarakat Melayu Timur yang dulunya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka percaya melalui beberapa prosesi, ritual pengobatan ini  dapat membawa efek penyembuhan dan keberkahan bagi si sakit. 

Meja Tua

Prosesi tradisi ini melalui beberapa tahapan dengan persyaratan tertentu. Tempat dilakukannya tradisi biasanya di rumah orang yang sakit atau di tempat-tempat yang memungkinkan untuk melaksanakan ritual. Pemilihan tempatnya tidak harus secara istimewa. Namun, dukun atau pemimpin ritual memegang peranan penting dalam tradisi ini. 

Tahap awal yang harus dilakukan yaitu, mempersiapkan berbagai sesajen keperluan ritual. Sesajen itu berupa kue mue. Proses pembuatan kue ini harus dilakukan dengan bersih dan suci. Maka dari itu, hanya dilakukan orang-orang tertentu. Orang itu yakni ibu-ibu yang tidak lagi mengalami siklus haid.

Kemudian pemimpin ritual atau dukun akan memilih waktu yang tepat untuk melaksanakan Makan di Kelung. Setelah mengetahui kapan ritual diadakan maka di hari pelaksanaannya seseorang yang terkena penyakit diletakkan dalam sebuah kamar.

Lokasi kamar telah diatur sedemikian rupa untuk melakukan ritual Makan di Kelung. Istilah kelung sendiri merupakan sarana dilaksanakannya ritual. Kelung ini berbentuk meja kayu persegi panjang dan sudah berumur tua. 

Baca juga: Candi Muaro Jambi, Situs Terbesar di Sumatera

Kerasukan

Menurut masyarakat setempat kelung tersebut dipercaya dapat menjadi media perantara ketika pemimpin ritual berhubungan dengan kekuatan gaib. Kelung biasanya ditempatkan ditengah-tengah kerumunan masyarakat yang hadir.

Tidak hanya itu kelung  juga dihiasi dengan beragam aneka bahan makanan. Mulai dari ketan hitam, ketan kuning, kue-kuean dan sebagainya. Makanan-makanan tersebut dicampur menjadi satu dan dibentuk menyerupai seekor buaya yang merupakan simbol penguasa laut atau air.

Setelah semua persyaratan siap, doa-doa pun didendangkan. Biasanya ritual dimulai dengan terjadinya kerasukan roh sang leluhur. Hal tersebut menjadi penanda bahwa ritual pengobatan segera dimulai. Kemudian orang yang sakit didudukkan menghadap sesajian. 

Pemimpin ritual mulai memainkan perannya, dengan pusaka terhunus dan mantra. Pemimpin itu dengan menggunakan kekuatan batinnya, mengusir segala hal yang buruk. Tak lupa dia juga  berdoa mengharapkan datangnya kesembuhan untuk si sakit.

Ritual Makan di Kelung dinyatakan berakhir dengan tanda batang tebu yang dipatahkan. Orang yang sakit kemudian dipersilahkan makan di kelung. Setelah itu, masyarakat yang hadir, secara spontan mulai beranjak berebut berkah, dengan memakan makanan di kelung. 

Tradisi ini sudah lama jarang terlihat. Hal ini mungkin dikarenakan jaman semakin modern. Selain itu adanya edukasi pengobatan dokter.

You Might Also Like

Makna Ritual Pradaksina oleh Biksu Thudong Thailand di Candi Borobudur

Mandok Hata, Tradisi Suku Batak Rayakan Malam Tahun Baru

Mencari Keberkahan Lahan Baru dalam Tradisi Laliq Ugal

Nyadran Rejeban Plabengan: Lestarikan Warisan Budaya

Tradisi Unik Perkawinan Dayak Meratus Masih Lestari

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Industri Gim Karya Anak Bangsa Di Atas Singapura dan Thailand
Next Article Permadani Banyumas Siapkan Lulusan Terbaik dan Unggul
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?