Tuk Sikopyah, merupakan rangkaian dalam acara Festival Gunung Slamet. Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian adat dan budaya setempat serta sebagai simbol rasa syukur.
Tradisi ini merupakan perhelatan budaya terbesar yang diadakan di Purbalingga, Jawa Tengah.
Festival Gunung Slamet merupakan tradisi budaya yang digelar setiap tahun oleh Dinas Pariwisata Purbalingga. Terakhir diadakan festival ini Juli 2024 di Lembah Sari, Purbalingga.
Festival ini diadakan dalam serangkaian acara seperti pesta gunungan hasil bumi, berbagai pertunjukan kesenian, pentas musik, dan pameran UMKM serta kuliner. Salah satu rangkaian tersebut adalah prosesi pengambilan air Tuk Sikopyah.
Berebut Gunungan Hasil Bumi
Prosesi ini dilaksanakan sebagai pembuka acara yang tujuannya untuk melestarikan dan sebagai bentuk syukur bahwa warga kaki gunung Slamet, tidak leppas dari mata air itu.
Acara dimulai dengan pembacaan doa dan pelepasan peserta dari Dusun Kaliurip, Desa Serang. Rombongan terdiri dari 70 pria dan 70 wanita membawa lodong atau tempat air bambu.
Selain itu ada juga iringan sejumlah wanita yang membawa sesaji. Rombongan tersebut menuju Tuk Sikopyah di lereng Gunung Slamet, yang berjarak sekitar 1 kilometer.
Sesampainya di Tuk Sikopyah, sesepuh memimpin doa sebelum air dimasukkan ke lodong.
Setelah selesai, rombongan kembali ke Dusun Kaliurip dan mengirab lodong berisi air Tuk Sikopyah menuju Objek Wisata D’Las (Desa Wisata Lembah Asri) Serang. Mereka diiringi masyarakat desa yang membawa 48 gunungan berisi hasil bumi.
Sesampainya di D’las Serang, rombongan disambut ribuan pengunjung yang bersiap berebut gunungan hasil bumi dan air Sikopyah. Sebelumnya, di D’Las, dilakukan penyerahan air Tuk Sikopyah kepada jajaran pemerintahan Kabupaten Purbalingga yang dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit singkat dan doa bersama.

Mengangkat Tradisi Budaya
Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol rasa syukur, tetapi juga menunjukkan komitmen masyarakat Desa Serang dalam melestarikan alam dan budaya setempat serta sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas berkah alam.
Tradisi Tuk Sikopyah juga menjadi bagian dari pengembangan ekonomi kreatif Desa Serang dan menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Purbalingga.
Selain itu, Festival yang mulai dilakukan pada 2015 itu, menjadi mengangkat tradisi budaya dan potensi wisata kepada publik yang lebih luas.
Saat membuka Festival Gunung Slamet VII, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno ingin meningkatkan perhelatan FGS yang merupakan agenda wisata budaya tahunan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menjadi kegiatan berstandar internasional.
Festival ini sudah masuk dalam agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) yang merupakan kalender atraksi pariwisata dan budaya Kementerian Parekraf. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesia.go.id)