By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tuk Sikopyah, Tradisi Melestarikan Mata Air Gunung Slamet
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tuk Sikopyah, Tradisi Melestarikan Mata Air Gunung Slamet
Tradisi

Tuk Sikopyah, Tradisi Melestarikan Mata Air Gunung Slamet

Ridwan
Last updated: 16/01/2025 15:19
Ridwan
Share
3 Min Read
Ritual pengambilan air dari mata air (Tuk) Sikopyah yang sudah menjadi tradisi masyarakat di Desa Serang Kecamatan Karangreja setiap memperingati tahun baru Hijriah. Foto: Jatengprov.go.id
SHARE

Tuk Sikopyah, merupakan rangkaian dalam acara Festival Gunung Slamet. Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian adat dan budaya setempat serta sebagai simbol rasa syukur.

Tradisi ini merupakan perhelatan budaya terbesar yang diadakan di Purbalingga, Jawa Tengah. 

Festival Gunung Slamet merupakan tradisi budaya yang digelar setiap tahun oleh Dinas Pariwisata Purbalingga. Terakhir diadakan festival ini Juli 2024 di Lembah Sari, Purbalingga. 

Festival ini diadakan dalam serangkaian acara seperti pesta gunungan hasil bumi, berbagai pertunjukan kesenian, pentas musik, dan pameran UMKM  serta kuliner. Salah satu rangkaian tersebut adalah prosesi pengambilan air Tuk Sikopyah. 

Berebut Gunungan Hasil Bumi

Prosesi ini dilaksanakan sebagai pembuka acara yang tujuannya untuk melestarikan dan sebagai bentuk syukur bahwa warga kaki gunung Slamet, tidak leppas dari mata air itu.

Acara dimulai dengan pembacaan doa dan pelepasan peserta dari Dusun Kaliurip, Desa Serang. Rombongan terdiri dari 70 pria dan 70 wanita membawa lodong atau tempat air bambu.

Selain itu ada juga iringan sejumlah wanita yang membawa sesaji. Rombongan tersebut menuju Tuk Sikopyah di lereng Gunung Slamet, yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Sesampainya di Tuk Sikopyah, sesepuh memimpin doa sebelum air dimasukkan ke lodong.

Setelah selesai, rombongan kembali ke Dusun Kaliurip dan mengirab lodong berisi air Tuk Sikopyah menuju Objek Wisata D’Las (Desa Wisata Lembah Asri) Serang. Mereka diiringi masyarakat desa yang membawa 48 gunungan berisi hasil bumi. 

Sesampainya di D’las Serang, rombongan disambut ribuan pengunjung yang bersiap berebut gunungan hasil bumi dan air Sikopyah. Sebelumnya, di D’Las, dilakukan penyerahan air Tuk Sikopyah kepada jajaran pemerintahan Kabupaten Purbalingga yang dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit singkat dan doa bersama.

Tradisi pengambilan air Tuk Sikopyah selain menjadi upaya pelestarian budaya dan pariwisata juga pelestarian lingkungan. Foto: jatengprov.go.id

Mengangkat Tradisi Budaya

Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol rasa syukur, tetapi juga menunjukkan komitmen masyarakat Desa Serang dalam melestarikan alam dan budaya setempat serta sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas berkah alam. 

Tradisi Tuk Sikopyah juga menjadi bagian dari pengembangan ekonomi kreatif Desa Serang dan menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Purbalingga.

Selain itu, Festival yang mulai dilakukan pada 2015 itu, menjadi mengangkat tradisi budaya dan potensi wisata kepada publik yang lebih luas. 

Saat membuka Festival Gunung Slamet VII, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno ingin meningkatkan perhelatan FGS yang merupakan agenda wisata budaya tahunan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menjadi kegiatan berstandar internasional.

Festival ini sudah masuk dalam agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) yang merupakan kalender atraksi pariwisata dan budaya Kementerian Parekraf. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesia.go.id)

You Might Also Like

Prosesi Pernikahan Suku Baduy Luar yang Sederhana dan Sakral

Ketulusan Cinta dalam Sendratari Ramayana

Malam Berinai, Tradisi Sebelum Akad Pernikahan Melayu Jambi

Hari Kue Bulan, Cermin Budaya Warga Pontianak

Upacara Jembul Tulakan, Tradisi Turun-Temurun di Jepara

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Tetenong, Produk Lokal Khas Kampung Wisata Binong
Next Article Pemakaman Cikadut, Warisan Budaya Tionghoa di Kota Bandung
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?