By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi
Tradisi

Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi

Anisa Kurniawati
Last updated: 31/10/2024 13:50
Anisa Kurniawati
Share
Foto: banyuwangi.kab.go.id
SHARE

Tumpeng sewu, merupakan tradisi makan bersama suku Osing Desa Kemiren Banyuwangi. Ritual ini dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah untuk mengungkapkan rasa syukur. Para warga akan menggelar seribu tumpeng dengan menu wajibnya yaitu pecel pithik. 

Sebenarnya tidak ada sumber pasti yang menjelaskan bagaimana tradisi ini diturunkan. Namun dikutip dari kontenjatim.com, menurut jurnal dari Universitas Negeri Surabaya pada Selasa (11/7/203), tradisi tumpeng sewu berasal dari Desa Kemiren yang awalnya masih berupa sawah dan kebun. Pada saat itu, sebagian besar warga menanam berbagai tanaman. 

Kemudian masyarakat tersebut melakukan nazar atau janji apabila tanamannya berhasil maka mereka akan mengadakan selamatan dengan menyajikan pecel pitik. Nazar tersebut berhasil, kemudian warga mengadakan selamatan. 

Ketika kebun di Desa Kemiren sudah berubah menjadi permukiman, selamatan tersebut masih dilaksanakan. Pada tahun 2007, kemudian selamatan tersebut dinamakan tumpeng sewu yang merujuk pada jumlah tumpeng pecel pitik yang berjumlah seribu. 

Pelaksanaan Tumpeng Sewu

Tumpeng Sewu biasanya diadakan pada bulan Dzulhijjah yang dimulai dari ba’da Shalat Magrib dengan dipimpin doa dari masing-masing mushala yang menyelenggarakan. Biasanya warga akan menggelar seribu tumpeng di pinggir jalan. 

Sejak pukul 18.00 jalan menuju Desa Adat Kemiren telah ditutup. Semua warga yang ingin menuju desa ini harus berjalan kaki demi menghormati ritual adat ini. Di sepanjang jalan ribuan tumpeng yang ditutup daun pisang sudah mulai disiapkan. 

Tumpeng ini dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya. Pecel pitik merupakan hidangan ayam kampung panggang dan parutan kelapa

dengan bumbu khas Osing. Menu ini wajib ada dalam setiap tumpeng.

Usai salat Magrib, ritual ini mulai dilangsungkan. Semua orang akan duduk dengan tertib bersila di atas tikar tahu karpet di depan rumah. Setelah itu, warga diajak berdoa bersama baru kemudian makan bersama-sama tumpeng yang dihidangkan tersebut. 

Sebelum tradisi menyantap tumpeng, biasanya akan ada iring-iringan barong cilik dan barong lancing melintasi jalan desa untuk melakukan Ider Bumi. Barong diarak dari dua sisi timur dan

barat, lalu bertemu di titik utama di depan Balai Desa Kemiren.

Tumpeng sewu sendiri sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak tahun 2014 dan masuk sebagai Festival Banyuwangi.Tumpeng Sewu. Sempat diadakan di rumah masing-masing karena Covid-19, kini tradisi ini kembali dilaksanakan. Terakhir kalinya pada bulan Juni 2024 lalu.  (Ditulis dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenal Mangupa Upa, Tradisi Doa dan Syukur Suku Batak

Tradisi Pukul Sapu Mengenang Perang Kapahaha di Negeri Morella

Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari

Tradisi Nyorog: Cara Masyarakat Betawi Sambut Ramadan

Perbedaan Proses Pernikahan Adat Baduy Luar dan Baduy Dalam

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Perjalanan Novelis Fira Basuki, Dari Jendela-Jendela hingga Atap
Next Article Sego Tempong, Sajian Ayam dan Sambal Khas Banyuwangi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?