Suku Asmat memiliki keterampilan seni mengukir yang menarik. Keahlian mengukir mereka adalah berasal dari nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun. Ukiran suku Asmat yang bersifat naturalis, misalkan seperti patung manusia, tifa, perahu, dan lainnya.
Keahlian suku asli Papua ini dalam mengukir dipercaya berasal dari nenek moyang yang bernama Fumiripitsy, seorang ahli ukir. Dalam budayanya, mereka menggunakan pahat yang terbuat dari tulang kasuari.
Suku dari Papua ini terkenal memiliki tradisi seni ukir yang terkenal sampai ke mancanegara. Keistimewaan seni ini, dilihat dari pembuatannya yang menampilkan garis-garis indah dan komposisi yang menarik.
Ukiran suku Asmat yang biasanya bersifat naturalis. Misalkan seperti patung manusia, perahu, tifa, telur kasuari dan lainnya. Motifnya tidak berbeda jauh dengan kehidupan suku Asmat. Setiap suku memiliki ukiran berbeda yang khas. Misalnya ukiran salawaku atau perisai. Selain itu, ada juga ukiran untuk hiasan kano, dan tiang kayu.
Seni ukiran ini lahir dari upacara keagamaan. Mereka percaya bahwa melalui ukiran yang dibuat, dapat berkomunikasi dengan arwah keluarganya yang sudah meninggal. Setiap ukiran yang dibuat dapat mempresentasikan orang telah meninggal dunia.
Karya ukiran tersebut merupakan simbol religiusitas mereka terhadap arwah nenek moyang. Biasanya disimbolkan sebagai bentuk patung ukiran kayu yang kemudian digunakan dalam keperluan ritual.
Hampir seluruh ukiran dibuat oleh kaum laki-laki yang hasilnya bisa untuk ritual ataupun dijual. Ukiran yang digunakan untuk ritual memiliki ciri tersendiri yang disesuaikan dengan tujuannya ritualnya apa. Pengerjaannya yang rapi dengan detail rumit menjadikan ukiran ini terkenal hingga mancanegara. Terlebih lagi setiap ukiran memiliki nilai, makna keindahan.
Salah satu ukiran dari suku Asmat yang terkenal adalah panel hiasan dinding yang memiliki ukiran hewan atau garis tribal. Selain itu, ada juga Totem yang terbuat dari pohon terbalik. Ada juga Patung Bisa. Kedua benda ini termasuk sakral dalam suku Asmat.
Pada intinya, ukiran Asmat merupakan identitas dan kebangsaan bagi Indonesia. Maka dari itu, kesenian ini patut untuk terus dilestarikan keberadaanya.
(Anisa Kurniawati-berbagai sumber)