Upacara Adat Peusijuek merupakan salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Masyarakat Aceh dikenal memiliki adat dan istiadat serta kaya dengan berbagai macam budaya. Salah satunya yaitu Peusijuek. Kata Sijuek dalam bahasa Aceh berarti dingin, kemudian ditambah awalan Peu yang artinya membuat sesuatu menjadi. Tradisi ini pada dasarnya sebagai media memohon keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan.
Peusijuek berarti menjadikan sesuatu agar dingin, bisa juga diartikan menyiramkan. Biasanya tradisi ini dilakukan pada momen-momen tertentu antara lain perkawinan, sukuran menempati tempat tinggal baru, hendak merantau atau berangkat haji.
Dilansir dari jurnal Tradisi Peusijuek Dalam Masyarakat Aceh oleh Marzuki, sejarah peusijuek tidak terlepas dari sejarah Islamisasi Aceh pada abad sekitar 7 Masehi. Pada saat itu sebagian adat masyarakat Aceh yang dianggap tidak bertentangan dengan Islam masih diperbolehkan.
Baca juga: Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya
Prosesi Peusijuek
Perjalanan tradisi ini diawali melalui organisasi PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) pada tahun 1939. Organisasi yang dibentuk Abu Daud Beureueh ini mengeluarkan maklumat kepada umat Islam di Aceh untuk meninggalkan amalan-amalan yang dianggap syirik.
Perselisihan ini terus berlanjut, hingga pada tahun 1965, melalui MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), dikeluarkanlah suatu fatwa mengenai kebebasan menjalani pemahaman agama menurut keyakinan masing-masing.
Sampai sekarang, peusijuek masih terus bertahan dan dilestarikan keberadaannya masyarakat Aceh. Tradisi ini sekarang disesuaikan dengan ajaran Islam. Di antaranya dengan mengubah mantra-mantra yang digunakan menjadi dengan doa-doa berbahasa Arab.
Tradisi peusijuek dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama menaburkan beras padi (breuh padee). Kedua, menaburkan air tepung tawar. Ketiga, menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah kanan dan terakhir prosesi pemberian uang.
Perlengkapan seperti beras, air tepung mawar, dedaunan nantinya dipercikkan dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri serta sesekali disilang. Baru kemudian dibacakan doa-doa keselamatan, kedamaian dan kemudahan rizki dari Allah.
Bila tradisi peusijuek digelar untuk perkawinan, hajatan atau berangkat haji, acara akan diakhiri dengan tahapan pemberian amplop berisi uang dari para tamu ke tuan rumah. Saat ini, upacara Peusijuek tidak hanya menjadi bagian dari kegiatan adat, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam masyarakat Aceh.