By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Upacara Jembul Tulakan, Tradisi Turun-Temurun di Jepara
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Upacara Jembul Tulakan, Tradisi Turun-Temurun di Jepara
Tradisi

Upacara Jembul Tulakan, Tradisi Turun-Temurun di Jepara

Achmad Aristyan
Last updated: 24/11/2024 02:12
Achmad Aristyan
Share
Masyarakat Desa Tulakan, Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah antusias merayakan tradisi Jembul Tulakan. Foto: Infopublik.id
SHARE

Dalam perkembangannya, perayaan Jembul Tulakan kini dijadikan sarana tradisi sedekah bumi, di Desa Tulakan, Kecamatan Donoroj Jepara, Jawa Tengah

Puluhan pria mengarak usungan (ancak) berisi aneka hasil bumi dan olahan makanan tradisonal berhias iratan (belahan  tipis) bambu, masyarakat Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, menyebutnya “Jembul”. Inilah tradisi Jembul Tulakan yang digelar secara tahunan di desa ini.

Tradisi ini diadakan berdasarkan pada kepercayaan masyarakat setempat pada masa itu, oleh adanya sumpah dari Nyai Ratu Kalinyamat “Ora pisan-pisan ingsun jengkar soko topo ingsun, yen ingsun durung biso nganggo keset jambule Aryo Penangsang”.

Sumpah itu diterima dan dipahami masyarakat Desa Tulakan bahwa, kesetiaan, kecintaan dan pengbdian Sang Ratu terhadap suaminya Sultan Hadlirin yang telah dibunuh Aryo Penangsang, untuk mewujudkan cita-citanya menegakkan kebenaran, keadilan, keamanan dan ketertiban pada waktu itu.

Nyai Ratu Kalinyamat dengan kesadaran dan keikhlasannya yang tinggi, bersedia meninggalkan gemerlapnya kehidupan istana untuk mendapatkan keadilan dari Tuhan atas pembunuhan terhadap suaminya itu, dengan bertapa di Bukit Donorojo atau kini disebut Sonder.

Sebab itulah masyarakat Desa Tulakan terpanggil dan bergerak hatinya untuk ikut memberikan bantuan secara moril. Yaitu dengan jalan mengadakan upacara perayaan Jembul Tulakan yang rutin digelar setiap Senin Pahing dibulan Apit (penaggalan jawa). Dalam perkembangannya, perayaan Jembul Tukaan kini dijadikan sarana tradisi sedekah bumi.

Baca juga: Tradisi Ngin-Angin, Prosesi Lamaran Bagi Calon Pengantin

Wisata Budaya

Dikutip dari Infopublik.id, terdapat dua jenis jembul yang mereka arak, yaitu “Jembul Wadon” (perempuan) dan “Jembul Lanang” (laki-laki). Jembul Wadon berukuran lebih kecil dan tidak menjulang, sedangkan Jembul Lanang sebaliknya lebih besar dan menjulang (menggunung).

Di antara para pria yang mengarak jembul, juga ada yang mengarak makanan yang ditempatkan pada anyaman bambu dengan cara dipikul. Ada juga barisan ibu-ibu dan penampilan kesenian tradisonal, serta puluhan warga di bagian paling belakang. Arak-arakan jembul diarak dari empat asal dusun, Krajan, Ngemplak, Winong, dan Drojo, menuju halaman rumah petinggi dan disambut kesenian tayub.

Upacara Jembul Tulakan itu sendiri, dimulai dengan mencuci kaki petinggi dengan kembang setaman. Setelah pencucian kaki petinggi, dilakukan selamatan, dilanjutkan dengan acara mengitari Jembul sebanyak tiga kali, yang merupakan inti dari proses Jembul Tulakan.

Prosesi mengitari jembul ini, dilakukan oleh petinggi diikuti oleh ledek atau penari tayub dan para perangkat desa. Tiga hari sebelum tradisi Jembul Tulakan dimulai, warga menggelar tradisi manganan yakni selamatan dilanjutkan dengan makan bersama di kantor balai desa.

Masih lestarinya tradisi ini, membuat Desa Tulakan jadi satu lagi deretan tempat menarik untuk dikunjungi di Kabupaten Jepara. Potensi wisata budaya inilah yang sekarang terus didorong Pemerintah Kabupaten Jepara sehingga menjadi daya tarik wisatawan.

You Might Also Like

Ritual Kebo-Keboan di Banyuwangi, Simbol Hormati Dewi Sri

Melihat Tradisi Mandi Bersama Di Kampung Adat Miduana

Mengapa Sandal Upanat Wajib di Candi Borobudur?

Imunisasi Tradisional Balita Buton Melalui Tradisi Pedole-dole

Melihat Pembersihan Diri Melalui Tradisi Cuci Negeri

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Kembalinya Candi Lumbung Magelang ke Desa Sengi
Next Article Filosofi Di Balik Keindahan Batik Rereng Ciwangi Sukabumi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?