Suku Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua memiliki tradisi unik yang disebut Bhukere. Tradisi ini merupakan cara menangkap ikan secara tradisional di danau Sentani. Dulu, jika ingin mendapatkan hasil ikan yang banyak maka dilakukan ritual khusus.
Bhukere atau sero-sero sendiri adalah alat tradisional untuk menangkap ikan. Alatnya terbuat dari kayu pilihan seperti kayu suang dan olulu. Kayu jenis ini tahan lama dan mempunyai nilai tinggi. Biasanya kayu digunakan untuk membangun rumah masyarakat adat.
Pembuatan Bhukere tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Harus dilakukan orang khusus yang ditunjuk Ondofolo atau Kepala Suku sebagai perwakilan adat. Alasannya untuk memastikan, Bhukere dibuat secara baik sesuai cara nenek moyang.
Ritual Khusus
Pada zaman dulu pembuatan Bhukere dilakukan orang tertentu yang mempunyai kemampuan yang sudah di patenkan. Orang berkemampuan khusus itu dengan Kabulo.
Selain Ondofolo mendatangi Kabulo, ada pantangan yang selama ritual dilakukan. Pantangan bagi si pemanggil ikan yaitu tidak memakan beberapa jenis ikan yang di larang sesuai ketentuan adat.
Pelaksanaan panen ikan di Bhukere dilihat dari tanda-tanda alam. Diantaranya mulai berseminya daun tumbuhan di sekitar danau. Ikan asli danau Senatani yaitu heuw mulai bermunculan.
Baca juga: Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua
Tradisi Bhukere diawali dengan meninjau lokasi yang di anggap banyak ikannya. Pembuatan Bhukere biasanya lakukan tiga hingga sepuluh orang. Selanjutnya bhukere didesain menyerupai bulatan melingkar dengan diameter 5 hingga 7 meter.
Kemudian kayu-kayu ditancapkan ke dalam danau, lalu ditutup menggunakan daun sagu dan karung bekas. Setelah itu didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Alat tradisional ini, dapat mengundang ikan untuk datang. Hasil panen ikan dalam tradisi Bhukere ini biasanya menjadi konsumsi umum, sesuai pembagian ondofolo dalam pesta adat.
Ikon Festival
Sayangnya, tradisi ini mulai hilang akibat arus modernisasi. Padahal tradisi ini sering menjadi ritual paling sakral dalam keseharian orang Bhuyaka Sentani. Akan tetapi, budaya orang Sentani yang hilang ini sempat diangkat kembali.
Tradisi Bhukere terakhir dilaksanakan pada April 2024 lalu di Festival Port Numbay (FPN) ke V. Festival ini digelar di kampung Yoka dan kampung Waena. Tradisi ini akan menjadi ikon festival. Hal ini sejalan dengan Danau Sentani yang menjadi gambaran suku budaya Sentani.
Ikan Gabus
Sejak tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Perikanan dan Kelautan juga Kementrian Kelautan Perikanan telah melakukan ujicoba sarang buatan, atau “Bhukere“ guna mengembalikan populasi Kayouw Kahebey atau ikan Gabus asli Danau Sentani.
Titik persebaran pembuatan “Bhukere“ tersebar di seluruh Danau Sentani dari Ujung Barat hingga wilayah sentani Timur dengan melihat lokasi strategis untuk tempat bersarangnya ikan gabus. Tempat-tempat itu, seperti area dusun sagu dan neli (rumput danau).
Baca juga: Kisah Tete: Asal-usul Penyebaran Suku di Merauke Papua
Hasilnya, hingga tahun 2022, upaya ini membuahkan hasil dengan adanya peningkatan populasi ikan yang datang masuk, menetap dan berkembang biak di dalam “Bhukere“ atau sarang ikan.
Adanya peningkatan populasi ikan Kayou Kahebey di dalam Bhukere itu kemudian dimanfaatkan warga sekitar danau untuk ditangkap dan dijual ke Pasar
Keberadaan Bhukere ini adalah salah satu bukti nyata keberadaan budaya yang mempunyai nilai tersendiri bagi suku Sentani. Tradisi ini adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. (Dari berbagai sumber)