By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Cut Meutia, Pahlawan Perempuan Ahli Strategi Perang dari Aceh
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Cut Meutia, Pahlawan Perempuan Ahli Strategi Perang dari Aceh
Profil

Cut Meutia, Pahlawan Perempuan Ahli Strategi Perang dari Aceh

Achmad Aristyan
Last updated: 14/12/2024 16:17
Achmad Aristyan
Share
Pahlawan Nasional Cut Meutia (kiri) yang wajahnya diabadikan dalam uang pecahan Rp 1.000 sejak 2016 (kanan). Foto: Wikimedia Commons
SHARE

Cut Meutia atau Tjut Meutia, yang dikenal juga dengan nama Cut Nyak Meutia, merupakan salah satu tokoh perempuan pejuang asal Aceh yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Lahir pada tahun 1870 sebagai putri Teuku Ben Wawud, seorang uleebalang dari Perak, Aceh, Cut Meutia telah menunjukkan keteguhan hati dan keberaniannya sejak usia muda.

Melawan Belanda

Dilansir dari Perpustakaan Museum Pergerakan Wanita Indonesia, ketika mencapai usia dewasa Meutia dijodohkan dengan Teuku Syam Sareh. Namun, pernikahan yang diatur tanpa persetujuan keduanya itu tidak berjalan baik, dan akhirnya mereka berpisah.

Kemudian, Cut Meutia menikah dengan adik Teuku Syam Sareh, yakni Teuku Cut Muhammad atau Teuku Cik Tunong. Bersama suaminya, Cut Meutia memulai perjuangan melawan Belanda.

Teuku Cik Tunong tidak tunduk pada perjanjian pendek yang ditandatangani kakaknya dengan Belanda. Sebagai pemimpin yang berkomitmen pada perjuangan rakyat Aceh, ia mengorganisir 12 pria tangguh untuk bergabung dengan pasukan Sultan Aceh.

Bersama mereka, ia melakukan sabotase terhadap infrastruktur Belanda, termasuk merusak rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut pasukan kolonial.

Baca juga: Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan di Tanah Sunda

Ahli Strategi Perang

Cut Meutia selalu berada di sisi suaminya dalam perjuangan bersenjata. Semangat perlawanan terus berkobar, meski kondisi pejuang muslimin melemah akibat tekanan kolonial semakin kuat.

Setelah Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan dihukum mati, Cut Meutia harus melanjutkan perjuangan seorang diri. Dalam kondisi fisik yang lemah akibat kekurangan gizi dan perawatan, ia tetap gigih melawan penjajahan.

Setelah melahirkan anak kembar yang meninggal tak lama setelah lahir, ia kembali memimpin pasukan muslimin. Dengan keberanian dan keahliannya dalam strategi perang, ia memimpin kaum perempuan dan melindungi mereka dari ancaman musuh. Saat perang, ia menerapkan taktik serang dan mundur dan prajuritnya memata-matai gerak gerik pasukan lawan.

Baca juga: Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Pahlawan Dayak

Pahlawan Nasional  

26 September 1910, saat pasukannya beristirahat di Alue Kurieng, mereka diserang mendadak pasukan Belanda pimpinan Christoffel. Dalam pertempuran ini, sang pejuang terluka parah.

Meski kakinya tertembak parah, ia tetap memegang pedang di tangannya hingga gugur. Sebelum menghembuskan napas terakhir, ia berpesan agar putranya, Teuku Raja Sabi, diselamatkan.

Perjuangannya pun dikenang sebagai simbol keberanian dan pengorbanan. Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Presiden No. 107 Tahun 1964, menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepada Cut Meutia atas jasa-jasanya dalam melawan penjajahan.  (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Amir Hamzah, Raja Penyair Zaman Pujangga Baru

United Farm Wonosobo Unjuk Gigi, Sapi 1.318 Kg Sabet Juara Nasional

Mengenang Rosihan Anwar, Sastrawan Pelintas Lima Zaman

Meutya Hafid, Mantan Jurnalis TV Jadi Menkomdigi

Mengenal Sutirah Pawang Hewan Buas Pertama Indonesia

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Festival 1001 Menu Bebek: Festival 1001 Menu Bebek, Ikon Kuliner Bangkalan Madura
Next Article Rondang Bulan, Tarian Simbol Keceriaan di Tapanuli Selatan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?