Augustin Sibarani bisa melukis siapa saja, dengan pendekatan realis maupun karikatural. Namanya dikenal melalui lukisan Si Singamangaraja XII yang menjadi dasar ilustrasi pada uang kertas Rp 1.000.
Lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada 20 Agustus 1925, Augustin Sibarani sudah memperlihatkan bakat seninya sejak kecil. Pada usia 10 tahun ia sudah pandai menggambar. Sayangnya, sang ibu tidak mengharapkan Augustin Sibarani memiliki pendidikan seni lukis.
Namun, hal itu tidak menyurutkan tekadnya menjadi seniman. Berkat kepiawaian melukis ,ia menerima penghargaan Bintang Emas dari Asisten Residen Tichelman atas lukisannya yang menggambarkan Pangeran Willem Van Oranje.
Pemerintah Hindia Belanda bahkan menawarkan beasiswa untuk belajar di Akademi Seni Rupa di Belanda, namun kesempatan ini terhalang pecahnya Perang Dunia II.
Karikatur Lepas
Sibarani lalu bersekolah di Middelbare Landbouw School (Sekolah Menengah Pertanian) di Bogor pada April 1945. Hal ini dikarenakan sang ibu berharap anaknya dapat menjadi Ajunct Landbouw (Petugas Penyuluh Pertanian)
Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja di perkebunan Merbuh, sebelah Selatan kota Semarang. Tak lama kemudian, bakat seni Sibarani membawanya pindah pekerjaan menjadi karyawan di United States Information Service (USIS) Jakarta sebagai ilustrator.
Karier awal sebagai kartunis diketahui saat Sibarani berumur 25 tahun. Saat itu dia diajak temannya menghadiri sidang Parlemen Indonesia. Karena bosan, Sibarani membuat coretan sketsa diatas kertas. Coretan itu tanpa sengaja tertangkap mata seorang wartawan dari koran Merdeka.
Akhirnya, wartawan itu menantang Sibarani untuk membuat karikatur Mr. Mohammad Yamin dan beberapa politisi. Gaya karikatur Sibarani yang lucu dan menggambarkan situasi politik saat itu akhirnya dimuat di halaman surat kabar Merdeka.
Sejak itulah Sibarani mendalami dunia karikatur. Dia lalu memutuskan menjadi karikaturis lepas di banyak surat kabar. Diantaranya seperti Kader, Gelanggang Masyarakat, dan Pewarta Djakarta.
Karya Augustin Sibarani
Pada awal tahun 1953 ia menerbitkan tiga buku kartun untuk anak-anak, yaitu Si Kasmin Pergi ke Kota, Musik Si Beber, dan Rumah Si Bolang. Tak lama setelah itu, ia berkenalan dengan seorang Belanda, pemilik toko buku dan sekaligus penerbit.
Tuan Gotfried, begitu panggilannya, menawari Sibarani menerbitkan buku. Buku kumpulan gambar lelucon berikutnya, yang ia kumpulkan dari majalah Aneka, terbit berjudul Senyum, Kasih, Senyum.
Pada tahun 1959, ia mendapat kesempatan menggelar pameran di Jerman Barat, Moskow (Uni Sovyet), dan Wina, Austria. Karya-karya karikaturnya pada era 50-an hingga awal 70-an tersebar di sejumlah penerbitan dan menjadi perbincangan.
Agustin Sibarani juga dikenal sebagai pelukis wajah raja Sisingamangaraja XII pada tahun 1961. Lukisan itu diselesaikannya 1962 setelah melalui riset yang panjang. Karyanya itu menjadi dasar ilustrasi pada uang kertas Rp1.000.
Pada 1998 sejumlah media Prancis menerbitkan karikatur-karikaturnya, seperti Le Monde Diplomatique, Humanite, dan La Lettrede. Karikaturnya itu berkeliaran di internet, terbang ke Amerika Serikat, dan dimuat di jurnal Indonesia terbitan Universitas Cornell.
Augustin Sibarani meninggal pada 19 Desember 2014, meninggalkan warisan seni yang signifikan bagi Indonesia. (Dari berbagai sumber)