Dalam perhelatan Festival Erau di Kutai, Kalimantan Timur, terdapat banyak tradisi dan simbol yang mencerminkan kekayaan budaya masyarakat Kutai.
Salah satu yang paling menarik adalah Tambak Karang, sebuah alas ritual yang terbuat dari beras berwarna-warni yang memiliki makna mendalam dan fungsi khusus dalam setiap ritual sakral yang dilaksanakan.
Makna dan Fungsi Tambak Karang
Melansir dari travellingindonesia.com, Tambak Karang adalah lukisan atau gambar yang terbuat dari beras yang diberi warna dan disusun sedemikian rupa membentuk motif-motif khas.
Setiap motif tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga memiliki makna simbolis yang terkait dengan nilai-nilai kepercayaan dan tradisi masyarakat Kutai.
Gambar-gambar ini sering kali digunakan sebagai alas berbagai ritual sakral yang digelar di Festival Erau, seperti ritual mendirikan tiang ayu, ritual beluluh, hingga rmenyisik lembu suana.
Pada ritual mendirikan tiang ayu, yang menjadi penanda dimulainya festival, Tambak Karang digunakan sebagai alas dari kasur kuning tempat bersemayamnya Sangkoh Piatu.
Di atas alas ini, terdapat gambar motif empat naga dengan seluang emas yang berwarna-warni, dan pada moncong naga-naga diletakkan dua buah pisang yang melambangkan taring.
Di antara pisang-pisang itu terdapat sebutir telur ayam kampung putih yang simbolik terhadap kemala atau batu pusaka, sebuah warisan berharga bagi kerajaan.
Selain itu, pada ritual beluluh, Tambak Karang juga berfungsi sebagai alas untuk balai bambu tempat duduknya orang yang memiliki status tertentu.
Setelah upacara selesai, beras warna-warni yang digunakan dalam Tambak Karang ini akan dibawa ke kerumunan warga di pelataran keraton. Kemudian warga akan berebut untuk mendapatkan beras karena dianggap membawa berkah dan peruntungan bagi mereka.
Baca juga: Menelusuri Tradisi Beluluh Kutai, Warisan Budaya Penuh Makna
Motif-Motif Unik dalam Tambak Karang
Tambak Karang memiliki berbagai jenis motif yang selain cantik, tetapi sarat simbolisme. Beberapa motif ini antara lain lembu suana, karang genta, karang dungkul, karang indra geni, karang terate, karang daulan, dan karang paoh.
Setiap motif ini memiliki arti tersendiri dan dikaitkan dengan nilai-nilai kepercayaan masyarakat Kutai. Salah satu contoh yang paling menarik adalah Tambak Karang bermotif lembu suana yang digunakan pada malam ketujuh Festival Erau saat ritual menyisik lembu suana.
Tambak Karang ini dibuat dengan beras yang menggunakan 37 warna berbeda. Selama ritual, para kerabat kesultanan dan tamu undangan akan melemparkan uang ke arah gambar lembu suana sembari mengucapkan niat atau harapan mereka.
Uang yang tercecer di atas lukisan ini kemudian diserahkan kepada para dewa dan pengabdi ritual sebagai bagian dari penghormatan.
Pembuatan Tambak Karang
Proses pembuatan Tambak Karang tidak bisa dilakukan sembarangan. Dahulu, pembuatan gambar beras ini menjadi tugas khusus bagi petugas kerajaan yang memiliki keterampilan tinggi.
Keterampilan ini diwariskan turun-temurun dalam keluarga abdi keraton, yang memastikan kualitas pembuatan Tambak Karang tetap terjaga. Namun, seiring berjalannya waktu, teknik pembuatan Tambak Karang telah mengalami perubahan.
Sekarang, pembuatan Tambak Karang sering kali dibantu dengan pola atau cetakan untuk mempermudah proses pembuatannya. Meskipun demikian, kualitas dan keterampilan dalam menyusun beras berwarna tetap menjadi elemen penting yang tak boleh diabaikan. (Diolah dari berbagai sumber)