Gambang Semarang adalah kesenian musik tradisional yang berasal dari Kota Semarangm Jawa Tengah. Seni ini merupakan gabungan yang harmonis antara musik, vokal, tari, dan lawakan.
Keunikan daari kesenian tradisional ini, terletak pada alunan musik yang mengiringi gerakan dinamis telapak kaki para penari, yang disesuaikan dengan irama lagu.
Ciri Khas dan Instrumen Musik
Dilansir dari banggasemarang.id, Gambang Semarang menggunakan beragam alat musik tradisional, seperti bonang, gambang, gong suwuk, kempul, peking, saron, kendang, dan ketipung.
Alat-alat ini bersama-sama menciptakan harmoni khas yang menjadi ciri utama pertunjukan. Irama musiknya mengiringi tarian jenaka dengan gerak-gerik penuh semangat yang memikat penonton.
Tidak hanya itu, unsur humor yang disisipkan dalam setiap pertunjukan membuatnya semakin menghibur dan menyenangkan untuk disaksikan.
Akulturasi Budaya
Melansir dari regional.espos.id, Gambang Semarang adalah hasil dari akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dan Jawa. Pada awalnya, kesenian ini merupakan adaptasi dari Gambang Kromong Betawi, yang terkait erat budaya Tionghoa.
Tokoh-tokoh perintisnya seperti Lie Ho Sun dan Oey Yok Siang juga berasal dari etnis Tionghoa. Dalam perkembangannya, unsur kejawaan mulai mengisi Gambang Semarang, termasuk melalui lagu-lagu pop Jawa yang dimainkan.
Kolaborasi ini menciptakan kesenian yang khas dan unik bagi masyarakat Semarang.
Lirik Lagu Gambang Semarang
Dilansir dari Wikipedia, lagu Gambang Semarang menjadi salah satu identitas kesenian ini. Berikut adalah liriknya:
Empat penari kian kemari
Jalan berlenggang, aduhh
Langkah gayanya
Menurut suara irama gambang
Sambil bernyanyi jongkok berdiri
Kaki melintang, aduh
Sungguh jenaka tari mereka
Tari berdendang..
Bersuka ria gelak tertawa
Semua orang karena
Hati tertarik gerak-gerik
Si tukang gendang
Empat penari membikin hati
Menjadi senang, aduh
Itulah dia malam gembira
Gambang Semarang
Sejarah Gambang Semarang
Kesenian ini bermula pada tahun 1930 sebagai gagasan Lie Ho Sun, seorang anggota Volksraad yang gemar bermain keroncong. Ia mengusulkan pengembangan Gambang Kromong di Semarang kepada Burgermeester (wali kota) saat itu.
Usulannya didukung wali kota. Lie Ho Sun lalu membeli peralatan Gambang Kromong dari Batavia.
Kelompok Gambang Semarang awalnya terdiri dari pemain kelompok Gambang Kromong “Kedaung” yang melatih seniman baru dari grup keroncong “Irama Indonesia”.
Namun, tahun 1942, aktivitas kesenian ini terhenti akibat perang dengan Jepang. Tahun 1949, Cik Boen dan The Lian Kian berupaya menghidupkannya kembali, meskipun hanya sebentar.
Kesenian ini bangkit lagi pada tahun 1957 dengan tokoh Yaw Tia Boen, yang memperkenalkan kolaborasi Gambang Semarang dengan musik jazz, keroncong, dangdut, dan lagu barat.
Pada tahun 1974, generasi ketiga penerus kesenian tradisional ini dipelopori Sunoto, Bah Kalud, dan Jayadi, yang mendirikan Paguyuban Gambang Semarang.
Paguyuban ini resmi diakui Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah tahun 1979 sebagai bagian dari kesenian rakyat.
Sebagai informasi, lagu “Aksi Kucing” karya Oey Yok Siang, dipopulerkan kembali band White Shoes & The Couples Company pada tahun 2007, memperkenalkan karya musisi Gambang Semarang kepada generasi baru. (Dari berbagai sumber)