Kebijakan pendampingan bagi pendaki Gunung Semeru bertarif Rp 300 ribu/hari memicu polemik.
Banyak pihak menilai biaya ini terlalu tinggi, sehingga Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) kini tengah mengevaluasi kebijakan.
Sejumlah pemandu gunung mempertanyakan kewajiban pendampingan, terutama bagi pendaki berpengalaman yang merasa mampu mendaki tanpa bantuan.
Kritik ini membuat pengelola mempertimbangkan kembali ketentuan yang telah diterapkan.
Alasan di Balik Kebijakan
Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, menjelaskan bahwa aturan ini diterapkan demi keselamatan pendaki. Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu jalur pendakian dengan risiko tinggi, sehingga pengawasan lebih ketat diperlukan.
“Pendakian Semeru ini salah satu pendakian gunung berisiko tinggi di Indonesia. Kami ingin memastikan keselamatan pendaki, salah satunya dengan pendamping yang sudah terlatih. Mengenai tarif, kami masih mengkaji agar tidak menjadi polemik dan memberikan akses yang setara bagi semua kalangan,” ujar Rudijanta dilansir dari travel.detik.com.
Ia juga menambahkan bahwa pendampingan hanya berlaku bagi pendaki yang menuju Ranukumbolo, jalur yang masih diizinkan untuk dilewati. Para pendamping adalah petugas terlatih yang bertugas memastikan perjalanan pendaki berlangsung dengan aman.
Upaya Menemukan Solusi
Meskipun BB TNBTS menegaskan tujuan utama kebijakan ini adalah keselamatan, pihaknya juga memahami bahwa tarif yang berlaku dinilai cukup tinggi bagi sebagian pendaki.
Karena itu, kajian lebih lanjut tengah dilakukan untuk mencari skema biaya yang lebih terjangkau tanpa mengurangi standar keamanan.
Sebagian pendaki berpengalaman merasa bahwa mereka tidak membutuhkan pendamping, sehingga muncul usulan agar aturan ini lebih fleksibel.
Menanggapi hal ini, Rudijanta menegaskan bahwa pendampingan berbeda dari jasa pemanduan yang biasanya membutuhkan biaya lebih besar.
“Kami menyebut pendamping karena pemandu tarafnya bukan seperti itu. Pendamping ini merupakan petugas terlatih yang kami siapkan untuk memastikan keselamatan pendaki yang menuju Ranukumbolo,” jelasnya.
Harapan ke Depan
TNBTS berupaya mencari jalan tengah yang dapat diterima, baik pendaki, pemandu, dan pengelola.
Kebijakan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keselamatan, tetapi juga menciptakan sistem pendakian yang lebih terorganisir dan berkelanjutan.
Dengan adanya evaluasi ini, pengelola berharap polemik terkait tarif pendampingan dapat segera selesai, sehingga tidak menjadi hambatan bagi pendaki yang menikmati Gunung Semeru.