Agro Eduwisata Talunombo, terletak di Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran. Agro eduwisata ini didirikan dengan tujuan untuk memperkenalkan dan menumbuhkan minat masyarakat, terutama generasi muda, terhadap dunia pertanian.
Kawasan seluas sekitar 2,6 hektar ini menawarkan integrated farming system kepada anak-anak sekolah dan juga masyarakat luas. Begitu memasuki kawasan ini, pengunjung akan disambut dengan bangunan Djoglo Soekarno yang diresmikan pada 18 November 2023.
Minat Bertani yang Terbatas
Kepala Desa Talunombo, Badarudin, menyatakan kawasan agrowisata ini dilatar belakangi karena keterbatasan sumber daya manusia yang berminat bertani.
“Di desa ini mengalami kesulitan mendapatkan sumber daya manusia yang minat bertani. Dengan adanya Agro Eduwisata ini kita dapat memperkenalkan pertanian kepada anak-anak sekolah dan juga orang perkotaan, untuk menarik minat mereka bercocok tanam bertani.” kata Badarudin.
Proses perencanaan Agro Eduwisata ini sendiri dimulai sejak tahun 2019. Namun karena keterbatasan anggaran, baru bisa direalisasikan pada tahun 2022. Konsep yang diusung adalah pertanian terpadu yang menawarkan sistem pertanian berkelanjutan kepada pengunjung.
Baca juga: TPS 3R Talunombo Sukses Ubah Sampah Plastik Jadi BBM
Awalnya, pendanaan tempat ini berasal dari bantuan Dinas Pariwisata serta dana desa. Hingga kini, pengelolaan Agro Eduwisata dilakukan BUMDes, perangkat desa dan melibatkan generasi muda di Desa Talunombo.

Fasilitas dan Program yang Ditawarkan
Agro Eduwisata Talunombo saat ini terdiri dari lahan pertanian yang ditanami pisang Cavendish, singkong, dan berbagai sayuran lainnya. Kemudian ada kandang kambing komunal, dan kolam.
Pengunjung bisa melakukan berbagai kegiatan edukatif, seperti memetik dan menanam sayuran, mengikuti proses panen hasil pertanian. Kemudian belajar merawat kambing di kandang komunal.
Disamping itu, pengunjung juga dapat merasakan pengalaman ikut membatik secara langsung. Desa Talunombo sendiri dikenal sebagai desa pencetus batik carica di Kabupaten Wonosobo. Tak hanya belajar membatik, pengunjung juga dapat mengenal dan belajar tentang budaya batik yang ada di sana.
Selain kebudayaan dan pertanian, pengunjung juga dapat melihat proses pengelolaan sampah plastik. Dimana Desa Talunombo juga menjadi pelopor dalam mengubah sampah plastik menjadi BBM setara solar.

Dampak Ekonomi bagi Masyarakat
Agro Eduwisata Talunombo telah menarik perhatian banyak pengunjung dari dalam maupun luar daerah, seperti dari Yogyakarta, Bogor, hingga Lampung. Kehadiran tempat ini memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar.
Beberapa warga membuka rumah mereka untuk disewakan sebagai tempat tinggal sementara bagi pengunjung yang ingin menginap. Selain itu, pelaku UMKM setempat juga terfasilitasi dengan terserapnya produk-produk mereka ketika wisatawan datang.
Baca juga: Desa Talunombo Sukses Kembangkan Budidaya Pisang Cavendish
Program Pengembangan Lebih Lanjut
Menurut Kepala Desa Badarudin, terdapat rencana pengembangan lebih lanjut. Beberapa diantaranya seperti pembangunan koperasi desa Merah Putih, lumbung pangan, fasilitas lainnya serta guesthouse dengan konsep unik.
Nantinya, guesthouse ini akan ditawarkan bagi pengunjung, terutama yang dari luar kota. Konsepnya adalah menginap di rumah-rumah tradisional di tengah persawahan. Sehingga memberikan nuansa berbeda dari hotel-hotel mewah di perkotaan.
“Harapan kami kita bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mensukseskan program agro eduwisata ini. Apalagi saat ini pemerintah juga sedang mencanangkan program ketahanan pangan yang berarti bisa bersinergi dan juga harapan kami dapat mencetak generasi muda menjadi petani.” pungkas Badarudin.