Dataran Tinggi Dieng dikenal dengan deretan candinya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Di antara candi-candi yang populer seperti Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, dan Candi Bima, terdapat sebuah candi kecil yang keberadaannya masih jarang diketahui banyak orang, yaitu Candi Dwarawati.
Terletak di kaki Gunung Prahu, tepatnya di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, candi ini berdiri di tengah hamparan ladang kentang yang subur.
Pesona Tersembunyi di Tengah Ladang Kentang
Menurut Dhimas, seorang pemandu wisata di Dieng, banyak wisatawan yang tidak menyadari keberadaan Candi Dwarawati karena lokasinya yang cukup terpencil.
“Candi ini memang tidak sepopuler Candi Arjuna, tapi justru di situlah daya tariknya. Letaknya yang tersembunyi di tengah ladang membuat suasananya lebih tenang dan alami,” ujarnya.
Baca Juga: Candi Arjuna, Pusat Sejarah Terbesar di Dataran Tinggi Dieng
Untuk mencapai Candi Dwarawati, pengunjung harus melewati perkampungan warga dan jalan setapak di antara ladang kentang.
Candi ini memiliki ukuran yang relatif kecil, dengan panjang 5 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 6 meter, sehingga sulit terlihat dari kejauhan.
Asal-usul Nama yang Berbeda
Jika sebagian besar candi di Dieng mengambil nama dari tokoh dalam epos Mahabharata, Candi Dwarawati justru memiliki nama yang berbeda.
Dhimas menjelaskan bahwa nama “Dwarawati” berasal dari Dwaraka, ibu kota Kerajaan Dwarata di India.
“Penamaan ini mungkin karena arsitektur candi ini memiliki kemiripan dengan bangunan-bangunan candi di India,” katanya.
Hal ini memberikan nuansa budaya yang sedikit berbeda dibandingkan candi-candi lain di Dieng.

Jejak Kompleks Candi yang Hilang
Dahulu, Candi Dwarawati merupakan bagian dari kompleks candi yang terdiri dari Candi Pandu, Candi Margasari, dan Candi Parikesit.
Namun, ketiga candi itu kini hanya menyisakan tumpukan batu yang tidak lagi berbentuk.
“Sayang sekali, sebagian besar struktur candi lain sudah hilang, tinggal Candi Dwarawati yang masih berdiri meskipun ada beberapa bagian yang rusak,” ungkap Dhimas.
Di sekitar lokasi, masih terlihat sisa-sisa batu yang diyakini merupakan bagian dari candi-candi yang telah runtuh.
Hingga kini, belum ada upaya rekonstruksi yang dilakukan, sehingga pengunjung hanya bisa melihat Candi Dwarawati sebagai satu-satunya bangunan yang tersisa.
Fungsi dan Relik yang Terlindungi
Seperti halnya candi Hindu lainnya di Dieng, Candi Dwarawati dibangun sekitar abad ke-8 Masehi dan digunakan sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Syiwa.
Di dalamnya, dulunya terdapat arca Ganesha, Agastya, dan Dewi Durga, namun kini arca-arca itu telah dipindahkan ke Museum Kailasa Dieng untuk keperluan konservasi.
Bca juga: Situs Dharmasala Dieng, Tempat Peristirahatan Peziarah Kuno
Kondisi dan Aksesibilitas
Candi Dwarawati dapat dikunjungi kapan saja karena memang terbuka untuk umum.
“Pengunjung bisa datang kapan saja tanpa ada biaya tiket, tapi harus berhati-hati karena jalannya cukup sempit dan melewati ladang penduduk,” jelas Dhimas.
Di sekitar candi, terdapat pagar kawat setinggi satu meter yang dipasang untuk melindungi struktur bangunan dari gangguan.
Meski tidak ada fasilitas pengelolaan khusus, suasana di sekitar candi tetap terjaga keasriannya.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan ketenangan sambil menikmati sejarah, Candi Dwarawati menawarkan pengalaman berbeda dibandingkan candi-candi lain di Dieng.
Dengan lanskap ladang kentang dan udara pegunungan yang sejuk, tempat ini menjadi pilihan menarik bagi pencinta wisata sejarah yang ingin menjelajahi sisi tersembunyi Dieng.