By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Bagus Priyana, Menjaga Jejak Sejarah Magelang Lewat Ingatan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Bagus Priyana, Menjaga Jejak Sejarah Magelang Lewat Ingatan
Profil

Bagus Priyana, Menjaga Jejak Sejarah Magelang Lewat Ingatan

Achmad Aristyan
Last updated: 13/02/2025 03:39
Achmad Aristyan
Share
Sosok Bagus Priyana dari Magelang. Foto: Instagram/@baguspriyana_magelang
SHARE

Di Kota Magelang, Jawa Tengah, nama Bagus Priyana dikenal sebagai sosok yang memiliki pengetahuan luas tentang sejarah lokal.

Ia bukan seorang sejarawan akademik, tetapi kecintaannya terhadap sejarah menjadikannya rujukan bagi banyak orang yang ingin memahami lebih dalam tentang Kota Tidar.  

Minatnya terhadap sejarah berawal dari lingkungan tempat tinggalnya yang dipenuhi bangunan peninggalan Belanda. Ketertarikan ini kemudian membawanya membentuk komunitas Kota Toea Magelang pada tahun 2009. 

Melalui komunitas ini, Bagus aktif menggelar berbagai kegiatan, seperti jelajah situs bersejarah, diskusi, bedah buku, hingga pameran arsip. 

Salah satu kegiatannya yang terbaru adalah membantu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Magelang dalam penyelenggaraan pameran surat kabar lama di Loka Budaya Sukimin Adiwiratmoko. 

Pameran yang berlangsung dari 8 hingga 11 Februari 2025 ini menampilkan koleksi koran dan majalah lawas, beberapa di antaranya merupakan sumbangan dari koleksi pribadi Bagus.  

Dari Rasa Kagum terhadap Bangunan Belanda hingga Menjadi Sejarawan Mandiri  

Minat Bagus terhadap sejarah sudah tumbuh sejak ia masih bersekolah di SD Negeri 1 Magelang. Dalam perjalanan menuju sekolah, ia selalu terpana melihat bangunan tua peninggalan Belanda. 

Selain itu, sang ayah kerap mengajaknya berkeliling kota, termasuk ke Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam) IV/Diponegoro, tempat ayahnya bekerja.

Ketertarikannya terhadap sejarah semakin mendalam ketika ia membaca buku stensilan berjudul “8 Pendjuru” karya Sukarman. Buku ini memberikan wawasan tentang Magelang yang semakin membuatnya penasaran.

Tidak hanya membaca, Bagus juga mulai mengoleksi benda-benda bersejarah, seperti sepeda jengki tua milik orang tuanya.

Pada tahun 2003, ia bersama teman-temannya mendirikan komunitas VOC Magelang, yang menggunakan sepeda tua untuk menjelajahi situs-situs sejarah di daerah itu.

Sebagai upaya memperkaya wawasan, ia pun mulai mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk buku, foto, dan wawancara dengan warga lansia yang pernah mengalami langsung peristiwa bersejarah di Magelang. 

Ia kemudian mencatat hasil penelitiannya, mengunggahnya ke blog, dan membagikannya dalam berbagai forum sejarah.  

Membantu Warga Negara Asing Menelusuri Kenangan di Magelang  

Aktivitas Bagus sebagai penggiat sejarah Magelang tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga warga negara asing (WNA).

Banyak di antara mereka yang pernah tinggal di Magelang pada masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, atau periode awal kemerdekaan Indonesia.

Berbekal foto lama dan cerita dari kerabat, mereka datang ke Magelang untuk mencari rumah keluarga atau tempat yang menyimpan kenangan masa kecil mereka. Bagus pun sering membantu mereka dalam menelusuri jejak sejarah.

Dalam beberapa kasus, rumah atau lokasi yang mereka cari sudah tidak ada. Namun, sekadar membawa mereka ke tempat yang dahulu pernah berdiri bangunan itu sudah cukup bagi mereka untuk bernostalgia. 

Selama ini, Bagus telah membantu WNA dari Belanda, Jerman, Spanyol, hingga Kanada dalam perjalanan napak tilas mereka di Magelang.  

“Saya bisa merasakan pengalaman mereka. Karena bapakku juga pernah terpisah dari adik perempuannya selama 40 tahun sejak tahun 1969 di Magelang,” ujarnya dilansir dari regional.kompas.com.  

Sejarah Keluarga yang Menguatkan Tekadnya  

Ketertarikan Bagus terhadap sejarah juga dipengaruhi kisah keluarganya sendiri.

Sang ayah pernah meninggalkan Pemalang dengan menumpang truk tentara pada masa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh berafiliasi dengan PKI pada tahun 1965.  

Bagus juga menceritakan bagaimana kakeknya hampir menjadi korban tuduhan yang sama. Suatu hari, kakeknya pulang dari sawah dan mendapati rumahnya ramai orang-orang yang mencurigainya. 

Namun, karena kakinya masih berlumuran tanah, mereka percaya bahwa ia baru saja kembali dari ladang dan bukan bagian dari gerakan yang dituduh terlibat.  

“Kalau tidak ada bekas tanah di kaki kakekku, mungkin dia sudah KO,” kenangnya.  

Menjaga Sejarah agar Tidak Hilang Ditelan Waktu  

Bagi Bagus, sejarah bukan sekadar cerita masa lalu. Ia melihatnya sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan identitas dan akar budaya mereka.  

“Saya tidak ingin menggurui siapa pun, tetapi ingin berbagi ilmu dan berdiskusi. Itu lebih mengasyikkan,” ujarnya.

Dengan semangat yang tak pernah padam, Bagus Priyana terus mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap sejarah dan warisan budaya Kota Magelang. 

Melalui komunitas dan berbagai kegiatannya, ia memastikan bahwa jejak sejarah kota ini tetap hidup dan tidak terlupakan bagi generasi mendatang.

You Might Also Like

3 Catatan Penting Pramoedya Ananta Toer tentang Yogyakarta

Jejak Elvy Sukaesih, Ratu Dangdut Legendaris Lima Dekade 

Produser Mira Lesmana Lagi Meraih Piala Citra 2024

Komunitas Jeep di Dieng, Meningkatkan Pariwisata dan Ekonomi Lokal

Mengapa 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional?

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menelusuri Sejarah Panjang Gedung Agung Yogyakarta
Next Article Bundaran Planjan, Destinasi Baru di JJLS Gunungkidul yang Viral
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?