By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: 3 Catatan Penting Pramoedya Ananta Toer tentang Yogyakarta
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > 3 Catatan Penting Pramoedya Ananta Toer tentang Yogyakarta
Profil

3 Catatan Penting Pramoedya Ananta Toer tentang Yogyakarta

Achmad Aristyan
Last updated: 09/02/2025 05:14
Achmad Aristyan
Share
Pramoedya Ananta Toer. Foto: harianmassa.id
SHARE

Seabad Pramoedya Ananta Toer pada Februari 2025 dirayakan di berbagai tempat, termasuk di Yogyakarta. Diskusi mengenai pemikiran dan karya Pram, sastrawan besar dari Blora yang banyak menghabiskan hidupnya di pengasingan Pulau Buru, berlangsung di berbagai komunitas literasi. 

Salah satunya digelar Klub Buku Bahagia di Akademi Bahagia, Ngaglik, Sleman. Pram dikenal dengan karya-karya yang sarat kritik sosial, mulai dari Tetralogi Buru hingga Tetralogi Arok Dedes. 

Karya-karyanya begitu tajam dalam menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan, hingga dilarang pada masa Orde Baru. Muhidin M. Dahlan, seorang arsiparis, bahkan menyebut Pram sebagai “aktivis jalanan” yang terus mengguncang kesadaran pembacanya.  

Berikut tiga catatan penting Pramoedya tentang Yogyakarta terkait pandangan dan gagasannya berakar kuat dalam sejarah dan kebudayaan dilansir dari kanal YouTube Mojokdotco.  

  1. Misi Revolusioner terhadap Sastra Jawa

Pada tahun 1964, Pram menghadiri seminar di Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk “Membina Sastra Jawa Revolusioner sebagai Senjata Rakyat untuk Menyelesaikan Revolusi Agustus 1945 Sampai ke Akar-akarnya”.

Dalam forum itu, ia menyatakan bahwa Sastra Jawa memiliki potensi besar untuk menjadi alat perjuangan rakyat, bukan sekadar cerita mendayu-dayu yang melanggengkan feodalisme.  

Pram menekankan, sastra dalam budaya Jawa menyatu dengan kehidupan sehari-hari, seperti dalam ludruk dan tembang-tembang rakyat. Namun, ia mengkritik isi karya-karya yang masih berkutat pada glorifikasi raja dan ksatria. 

Menurutnya, kisah seperti Rara Mendut dan Pranacitra lebih relevan untuk membangkitkan kesadaran kelas daripada cerita-cerita epos seperti Ramayana atau Mahabharata.  

Baca juga: 100 Tahun Sang Maestro Sastra Pramoedya Ananta Toer

  1. Kritik terhadap Kekerasan dalam “Mangir”

Dalam novel Mangir, bagian dari Tetralogi Arok Dedes, Pram menggambarkan perlawanan Ki Ageng Mangir terhadap mertuanya sendiri, Panembahan Senopati, pendiri Mataram Islam.

Melalui karya ini, Pram menyampaikan kritik keras terhadap watak penguasa kraton yang melanggengkan kekerasan demi mempertahankan kekuasaan.  

Muhidin M. Dahlan menilai bahwa Mangir adalah salah satu tafsir paling tajam Pram dalam menelanjangi sifat otoriter penguasa. Lewat novel ini, Pram mengingatkan bahwa sejarah kekerasan terhadap rakyat sudah terjadi sejak lama, dan terus berulang dalam berbagai bentuk.  

  1. Menyangkal Keaslian Sosok Nyi Roro Kidul

Salah satu pandangan kontroversial Pram adalah kritiknya terhadap mitos Nyi Roro Kidul, sosok magis yang disebut penguasa Laut Selatan dan memiliki hubungan dengan Keraton Mataram Islam.

Dalam pidato penerimaan Ramon Magsaysay Award 1988, Pram menyatakan bahwa Nyi Roro Kidul hanyalah mitos yang diciptakan pujangga Mataram sebagai penghibur atas kekalahan Sultan Agung dalam dua kali serangan ke Batavia pada 1628 dan 1629.

Menurut Pram, kekalahan itu berdampak besar bagi Mataram karena menyebabkan hilangnya kendali atas jalur perdagangan Pantai Utara Jawa. Untuk menutupi kegagalan itu, diciptakanlah mitos bahwa Mataram masih berkuasa di Laut Selatan melalui figur Nyi Roro Kidul.  

Pram juga menyinggung tabu yang berkembang akibat mitos itu, seperti larangan memakai pakaian hijau di Pantai Selatan. Menurutnya, larangan ini muncul karena hijau adalah warna seragam serdadu VOC, yang saat itu menjadi musuh utama Mataram.  

Warisan Pemikiran Pram yang Tak Lekang Waktu 

Melalui ketiga catatan ini, Pram tidak hanya menawarkan kritik sosial, tetapi juga menantang narasi sejarah yang dianggap mapan. Ia menunjukkan bahwa sastra dan mitos sering kali digunakan untuk mempertahankan kekuasaan. 

Hingga kini, pemikirannya tetap relevan dan terus menginspirasi generasi muda dalam membaca ulang sejarah dengan sudut pandang yang lebih kritis. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Toni Susanto, Perajin Batu Akik yang Masih Eksis di Wonosobo

Warisan Mochtar Lubis untuk Sastra dan Media Indonesia  

Seniman Iman Soleh Setia Dengan Seni Tradisi Sunda

Putri Handayani Sukses Kibarkan Merah Putih di Puncak Vinson

Jejak Karya Sastrawan dan Pujangga Acep Zamzam Noor

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Presiden Prabowo: Pertahanan Penting dalam Menjaga NKRI
Next Article Larung Sembonyo, Ritual Sedekah Laut Masyarakat Trenggalek
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?