Bambang Sugeng, adalah satu pengusaha yang bergerak di bidang pembuatan tepung tapioka. Beralamat di Jl. Derongisor, Tawengan, Derongisor, Kec. Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Bambang telah menapaki perjalanan panjang dalam bisnis ini.
Saat ini banyak sekali olahan makanan yang menggunakan tepung tapioka sebagai bahan dasarnya. Tepung tapioka atau aci sendiri merupakan tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong.
Awal Mula Usaha
Bambang Sugeng secara resmi mendirikan usahanya pada tahun 2016 dengan nama “Bambang Aci”. Usaha ini berawal ketika Bambang melihat di desa Derongisor masih kebanyakan menggunakan mesin manual untuk membuat tepung tapioka.
Dari situ dan juga dorongan dari teman-temanlah yang membuat Bambang mengembangkan usaha dengan mesin yang lebih modern.
“Kalau awalnya dulu saya masih manual, belum seperti ini. Cuman kawan kan ada yang nyuruh bikin gilingan gitu. Terus saya coba bikin gilingan, dan itu prosesnya lama.” jelas Bambang.
Pada awalnya, usaha ini sempat terhenti karena kondisi ekonomi. Namun semangat dan dukungan dari rekan-rekannya membuatnya kembali bangkit dan serius mengembangkan usaha ini. Hingga kini, usaha “Bambang Aci” telah mempekerjakan sekitar 20 warga yang berasal dari desa sekitar.
Baca juga: Rusmeni, Pengusaha Rebung di Desa Timbang: Memanfaatkan Potensi Alam untuk Kesejahteraan
Proses Produksi Tepung Tapioka
Tepung tapioka yang diproduksi berasal dari singkong. Biasanya singkong yang digunakan adalah jenis singkong daplang. Proses pembuatannya dimulai dengan mencuci singkong hingga benar-benar bersih.
“Kalau proses pembuatannya itu dari awal, singkong dikupas lalu harus dicuci bersih. Kalau misalnya enggak dicuci bersih itu kurang bagus. Jadi termasuk awetnya juga kurang.” jelasnya.
Setelah dicuci, singkong kemudian digiling dan dibiarkan mengendap selama sekitar empat jam hingga terbentuk endapan pati. Setelah itu, pati tersebut dikemas dan siap untuk dipasarkan.
Selain digunakan untuk produk makanan seperti mie dan gorengan, usaha “Bambang Aci” juga pernah dicoba untuk pembuatan briket. Namun, karena briket memerlukan campuran arang kelapa, fokus utama pengusaha ini saat ini lebih kepada produksi untuk bahan pangan.

Kapasitas Produksi dan Pemasaran
Setiap harinya, usaha ini mengolah sekitar 7 ton singkong yang menghasilkan sekitar 4,5 ton tepung tapioka. Jumlah produksi ini sangat tergantung pada jenis singkong dan kondisi tanah tempat singkong ditanam.
“Tapi itu tergantung tanahnya. Kan tanah ada yang misalnya yang dari Banjarnegara, kalau bahan-bahannya saya ngambilnya di Banjarnegara, terus dari Batang Pekalongan, cuman yang bagus itu yang dari Batang. Kalau dari Batang itu rendaman airnya hampir 40 persen. Kalau yang dari Banjarnegara paling 30-29 persen.” ungkap Bambang.
Dari segi pemasaran, awalnya tepung tapioka ini hanya dijual di wilayah Wonosobo. Namun, seiring perkembangan usaha, cakupan pemasarannya kini telah meluas hingga ke Purworejo, Magelang, dan Yogyakarta. Setiap bulan, usaha ini mampu memproduksi sekitar 60 ton tepung tapioka.
Baca juga: Cerutu Swating, Inovasi Berkelas dari Tembakau Khas Tieng
Tantangan dalam Usaha
Dalam menjalankan bisnis tepung tapioka, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kualitas bahan baku. Singkong yang sudah disimpan lebih dari tiga hari akan mengalami penurunan kualitas, yang berdampak pada hasil akhir tepung.
Selain itu, kendala cuaca seperti hujan juga mempengaruhi proses pengiriman singkong dari petani ke pabrik. Dari situ dapat menyebabkan penurunan kualitas bahan baku.
Meski demikian, dari sisi pemasaran, usaha ini tidak mengalami kesulitan berarti. Permintaan terhadap tepung tapioka masih tinggi, sehingga produk yang dihasilkan tetap memiliki pasar yang stabil.

Harapan dan Pengembangan Usaha
Ke depannya, sang pengusaha berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha ini lebih besar lagi. Di daerah tempatnya beroperasi, Derongisor, sudah menjadi sentra pengolahan singkong.
Dengan perkembangan yang sudah dicapai saat ini, ia merasa bahagia dan optimis bahwa usaha tepung tapioka ini bisa terus berkembang. Tak hanya itu usaha ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, baik dalam hal lapangan pekerjaan maupun dalam memenuhi kebutuhan industri pangan lokal.