By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Cerita Dibalik Kali Gajah Wong, Legenda dari Tanah Jogja 
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Cerita Dibalik Kali Gajah Wong, Legenda dari Tanah Jogja 
Cerita Rakyat

Cerita Dibalik Kali Gajah Wong, Legenda dari Tanah Jogja 

Anisa Kurniawati
Last updated: 05/02/2025 15:35
Anisa Kurniawati
Share
Ilustrasi obyek wisata Dermaga Cinta yang berada di Kali Wong Yogyakarta. Foto: GoogleMaps/ahsin dinal
SHARE

Kali Wong Gajah, salah satu tempat wisata yang berada di Giwangan, Umbulharjo, DI Yogyakarta. Ada banyak aktivitas menarik yang dapat dilakukan di sini, seperti objek Dermaga Cinta dan lainnya. 

Kali Wong Gajah sendiri tidak lepas dari cerita rakyat yang beredar. Salah satunya yaitu mengenai kisah tentang asal usul nama Kali Gajah Wong pada sungai yang membelah Kota Yogyakarta tersebut.

Dilansir dari beberapa sumber, pada zaman dahulu di pusat pemerintahan Kerajaan Mataram berada di wilayah Kotagede ada seorang raja yang bernama Sultan Agung.

Dia dikenal memiliki ribuan prajurit dan pasukan kuda dan gajah untuk memperkuat pertahanan. 

Kyai Dwipangga Sang Gajah 

Semua hewan pasukan ini dirawat dengan baik para abdi dalem Sultan Agung. Ki Sapa Wira adalah abdi dalem Sultan Agung.  Salah satu tugasnya yaitu memandikan seekor gajah yang berasal dari daerah Siam, namanya Kyai Dwipangga. 

Ki Sapa Wira merawat gajah ini dengan baik. Mulai dari memberi makan, perawatan, hingga memandikannya. Biasanya Ki Sapa Wira memandikan Kyai Dwipangga setiap hari di sungai yang tidak jauh dari pusat pemerintahan Mataram. 

Pada suatu hari, Ki Sapa Wira sakit. Akhirnya Ki Sapa Wira menyuruh adik iparnya, Ki Kerti Pejok untuk menggantikan tugasnya. Ki Kerti Pejok menyanggupinya setelah menanyakan segala informasi tentang gajah ini. 

Ki Kerti Pejok kemudian menjemput Kyai Dwipangga dan dibawa menuju sungai. Di sungai, Ki Kerti Pejok memandikan Kyai Dwipangga dengan baik hingga dibawa kembali ke kandangnya.

Kali Gajah Wong

Melihat hal itu, Ki Sapa Wira sangat senang dan berterima kasih.

Karena belum pulih benar, Ki Sapa Wira kembali meminta bantuan Ki Kerti Pejok untuk memandikan gajah sang Sultan. Namun kali ini memberi pesan khusus kepada Ki Kerti Pejok

Isinya supaya tidak membawa Kyai Dwipangga mandi di arah hilir sungai. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut cukup berbahaya. Keesokan harinya, Ki Kerti Pejok kembali menjemput Kyai Dwipangga dan dibawa ke sungai. 

Tidak seperti biasanya, cuaca hari itu mendung dan seperti akan turun hujan lebat. Sesampainya di sungai, ternyata air yang ada di tempat Kyai Dwipangga mandi surut dan kering.

Melihat hal ini, Ki Kerti Pejok kemudian membawa Kyai Dwipangga ke arah hilir sungai.

Dia tetap pergi ke hilir sungai, meskipun sudah dilarang Ki Sapa Wira. Sesampainya disana dia melihat sebuah genangan air yang cukup dalam. Segera dia mengajak turun Kyai Dwipangga untuk berendam dan mulai memandikannya.

Ketika Ki Kerti Pejok sedang menggosok badan sang gajah tiba-tiba terdengar suara gemuruh.

Tidak lama berselang, tiba-tiba air bah besar datang dari arah hulu menuju hilir sungai. Ki Kerti Pejok yang sedang memandikan Kyai Dwipangga terkejut dan berteriak meminta tolong. 

Akan tetapi, tidak ada orang dan dia tidak bisa menyelamatkan diri karena berada di tengah sungai. Akibatnya Ki Kerti Pejok bersama Kyai Dipangga hanyut terbawa arus.

Untuk mengenang peristiwa ini, Sultan Agung menamainya dengan nama Kali Gajah Wong. Arti dari nama itu karena telah menghanyutkan seekor gajah dan wong (orang).

Nah, begitulah legenda Kali Gajah Wong hingga dikenal sampai sekarang.

You Might Also Like

Ki Ageng Pandanaran, Legenda Nama Salatiga Bermula

Watu Maladong, Batu Sakti Pembawa Kesuburan di Sumba

Legenda Asal Usul Telaga Sarangan, Kisah Kyai dan Nyai Pasir

Legenda Dusun Leboyo, Kisah Buaya dan Pohon Loh

Cut Caya dan Cut Cani, Cerita Persahabatan dari Aceh

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article 3 Wisata Danau dan Embung di Magelang untuk Healing
Next Article Presiden Prabowo Bertekad Wujudkan Pemerintahan Bersih
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?