Dayok Binatur adalah kuliner yang berupa ayam kampung jantan dari suku Simalungun, Sumatera Utara. Cara memasakannya dipanggang atau digulai. Meski hanya sekedar ayam, namun kuliner ini memiliki banyak makna didalamnya.
Seringnya suatu kuliner mempresentasikan sebuah simbol, ataupun makna bagi suatu daerah yang diwariskan secara turun temurun. Salah satunya adalah kuliner dari suku Simalungun, dari Sumatera Utara, yang bernama Dayok Binatur. Meski dibuat dari bahan yang mudah ditemukan, tetapi memiliki banyak simbol dan makna bagi suku Simalungun. Berikut selengkapnya
Dayok Binatur adalah kuliner khas dari suku Simalungun, Sumatera Utara. Secara harfiah, Dayok artinya ayam dan Binatur artinya diatur. Jadi Dayok Binatur maknanya ayam yang dimasak kemudian disajikan secara teratur yang membentuk sebagaimana ayam hidup. Setiap susunan tersebut memiliki makna tersendiri
Kuliner ini biasanya disajikan dalam acara pernikahan, kematian, peresmian rumah baru, syukuran dan lainnya. Bahan dasarnya adalah ayam kampung jantan yang dimasak dengan bumbu, dimasak dengan dipanggang, atau dimasak dengan cara digulai. Setiap pengolahannnya berbeda tergantung dari upacara adat yang dilakukan.
Makna Filosofi Kuliner Dayok Binatur
Bahan dasar dari Dayok Binatur adalah ayam kampung, yang menurut suku Simalungun mempresentasikan banyak makna, yaitu:
Ayam dipilih sebagai bahan utama karena melambangkan binatang yang disiplin terhadap waktu, tekun, dan teratur. Alasannya karena ayam biasanya akan berkokok sebelum orang-orang bangun. Dipilih jenis ayam kampung karena mencerminkan tiga hal yaitu: Girah puho, artinya bangun cepat di pagi hari. Marhaer lobe ase mangan, maksudnya induk jantan maupun betina akan berusaha mencari makanan. Terakhir Makhopkop anakni. artinya adalah melindungi anaknya. Penyajiannya disusun secara menyerupai bagaimana ayam yang hidup. Susunan ini melambangkan tanda kehidupan yang teratur, dan saling melengkapi satu sama lain.
Di beberapa daerah, ayam jantan tidak harus selalu yang digunakan. Penggunaan ayam betina, bermakna kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya dan rela berkorban untuk anaknya. Penyusunan pada bagian kepala ayam biasanya menghadap penerima kuliner. Susunan tersebut melambangkan bahwa suku Simalungun memiliki sikap yang menghormati, sopan, dan santun. Namun, ketika digunakan untuk upacara kematian, maka kepala ayam diletakkan di tengah cabang dari tulang dada ayam menghadap ke atas. Hal ini melambangkan ikut berduka cita.
Dayok Binatur meskipun bahan dasarnya hanya dari ayam, namun memiliki banyak makna. Kuliner ini bukan menjadi makanan sehari-hari dan hanya disajikan pada saat-saat tertentu. Tanpa makanan ini, upacara adat yang dilakukan bisa menjadi tidak sah. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)