By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Desa Kalimendong, Dari Kisah Tuk Gondok hingga Juara Lingkungan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Desa Kalimendong, Dari Kisah Tuk Gondok hingga Juara Lingkungan
Profil

Desa Kalimendong, Dari Kisah Tuk Gondok hingga Juara Lingkungan

Achmad Aristyan
Last updated: 14/03/2025 02:41
Achmad Aristyan
Share
Gapura sebagai pintu masuk ke Desa Kalimendong. Foto: Aristyan
SHARE

Desa Kalimendong, yang terletak di Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil salak berkualitas.

Selain sektor pertaniannya yang berkembang pesat, desa ini juga kaya akan tradisi dan budaya yang terus dijaga, termasuk berbagai ritual adat serta kegiatan pelestarian lingkungan

Desa Kalimendong memiliki alam yang asri, produktivitas pertanian yang tinggi, serta inovasi dalam pengelolaan lingkungan.

Kombinasi ketiganya menjadikan desa ini sebagai contoh kemajuan yang tetap mempertahankan kearifan lokal.

Sejarah Nama Kalimendong

Desa Kalimendong memiliki sejarah yang unik terkait asal-usul namanya.

Sesepuh desa, Parkam, mengungkapkan bahwa nama asli desa ini dulunya adalah “Kalimendol”.

Nama ini berasal dari kisah turun-temurun yang menyebutkan bahwa setiap kepala desa yang menjabat selalu mengalami gondok di leher.

“Setiap yang menjabat kepala desa pasti gondoken,” ujar Parkam.

Baca Juga: Suka Duka Pedagang di Pujasera Ramadhan Tamzis Wonosobo

Dalam cerita yang diwariskan secara lisan, diceritakan bahwa seorang putri dari Keraton Yogyakarta pernah dibawa ke desa ini untuk meminum air dari sumber mata air bernama “Tuk Gondok”.

Namun, alih-alih mengalami gondok, sang putri justru menjadi semakin cantik.

Peristiwa ini menjadi bagian dari sejarah desa yang terus diceritakan hingga kini.

Tradisi yang Tetap Lestari

Meskipun mengalami perkembangan, Desa Kalimendong tetap mempertahankan berbagai tradisi yang telah berlangsung sejak lama.

Kepala Desa Kalimendong, Sugito, menjelaskan bahwa beberapa tradisi yang terus dijalankan meliputi peringatan Maulid Nabi, Rojaban, Ruahan, serta Ziarah Kubur atau Pupul.

Selain itu, ada pula tradisi Merdi Dusun, yang merupakan kegiatan tahunan untuk menjaga kebersihan desa dengan diiringi gelar budaya serta aksi bersih-bersih massal setiap Ahad Pahing.

“Tradisi yang baik tetap kita jalankan, sedangkan yang sudah tidak relevan kita tinggalkan,” ujar Sugito.

Salah satu tradisi yang tidak lagi dilakukan adalah Jowongan, yaitu ritual pemanggilan hujan dengan menggunakan boneka dari kayu dan jerami.

Saat ini, masyarakat lebih memilih cara lain yang dianggap lebih logis dan selaras dengan nilai-nilai agama.

Keunggulan Desa dalam Pengelolaan Lingkungan

Desa Kalimendong juga dikenal sebagai desa yang memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang baik.

Pada tahun 2019, desa ini meraih juara nasional dalam program Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS).

Selain itu, pada 2023, desa ini mendapatkan penghargaan sebagai ProKlim Lestari, yaitu program perlindungan iklim yang menitikberatkan pada pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

Menurut Sugito, pencapaian itu bukan semata-mata untuk meraih penghargaan, tetapi bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang kebersihan dan pengelolaan sampah.

“Orang yang dulunya membuang sampah sembarangan, kini sudah mulai memilah dan mengolah sampah,” ujarnya.

Baca Juga: Sejarah Ramadhan on the Street 2025 di Kauman Wonosobo

Sampah yang bernilai ekonomis dijual ke bank sampah, sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk.

Sementara itu, limbah berbahaya seperti baterai dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) khusus di Wonorejo, Wonosobo.

Selain itu, Desa Kalimendong juga dikenal sebagai Kampung Berkualitas (KB).

Sistem pencatatan data warganya sangat lengkap, mencakup calon pengantin, ibu hamil, balita, hingga data stunting, warga miskin dan lainnya.

Pada 2024, desa ini berhasil meraih juara nasional kedua dalam kategori Kampung Berkualitas, hanya kalah tipis dari Kabupaten Malang.

Potensi Pertanian dan Perkebunan

Di sektor pertanian, Desa Kalimendong memiliki produk unggulan berupa gula merah serta perkebunan salak yang luas.

Menurut Sugito, desa ini memiliki sekitar 400 hektare lahan perkebunan salak dengan jumlah tanaman mencapai 400.000 batang pohon salak.

Produksi salak berlangsung sepanjang tahun, tetapi tetap mengalami masa panen raya yang dapat menyebabkan harga jual menurun.

“Saat panen raya, harga bisa turun karena produksi melimpah dan permintaan tidak sebanding,” jelas Sugito.

Saat ini, harga salak bervariasi, berkisar antara Rp2.500 per kilogram, tergantung pada ukuran dan kualitas buahnya.

Perkebunan salak di Desa Kalimendong. Foto: Aristyan

Harapan untuk Masa Depan

Sugito berharap Desa Kalimendong dapat terus berkembang dengan mengikuti berbagai program pemerintah, khususnya di bidang ketahanan pangan dan koperasi.

“Kami tidak akan menolak program pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat,” tegasnya.

Baca Juga: Tari Lengger Kinayakan dan Refleksi Sedulur Papat Kalimo Pancer

Desa Kalimendong telah mencapai keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan, pertanian, serta administrasi desa yang tertata rapi.

Dengan pencapaiannya, desa ini terus berupaya mempertahankan prestasinya dan meningkatkan kesejahteraan warganya.

You Might Also Like

Legenda Drumband Prajurit Canka Lokananta Memukau India

TMMD Gelar Donor Darah dan KB Gratis di Ngadisono Wonosobo

Afif-Husein Pimpin Wonosobo 2025-2030, Fokuskan pada Efisiensi dan Pendidikan

Pemkab Wonosobo Pastikan Inflasi Terkendali Jelang Idulfitri 2025

Jujur Prananto, Penulis Skenario Film Fenomenal

TAGGED:desa kalimendongmerdi dusunsalaksejarahwonosobo

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Wisata Rekreasi dan Edukasi Perkebunan Teh di Tanjungsari Land
Next Article gereja kristen wonosobo Peran Gereja Kristen Wonosobo dalam Kehidupan Masyarakat
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?