Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggelar acara EXPO KKN di Lapangan Wira Krida Taruna, Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Rabu, 12 Februari 2025,
Acara ini menjadi puncak Kuliah Kerja Nyata (KKN) 708 mahasiswa dari berbagai fakultas di UMP.
Dalam EXPO ini, dipamerkan berbagai produk UMKM masyarakat Sukoharjo, Kaliwiro dan Wadaslintang serta hasil inovasi mahasiswa selama menjalani KKN di desa penempatannya.
Saefurrohman, Ph.D, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kerjasama UMP, memberikan penjelasan terkait kegiatan ini.
“Acara ini adalah acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun. KKN merupakan mata kuliah wajib di UMP, di mana mahasiswa langsung terjun ke masyarakat untuk mengabdikan ilmu yang telah didapat,” ujar Saefurrohman.
Ia menambahkan bahwa tujuan dari KKN ini adalah untuk memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat, dengan fokus pada isu-isu prioritas seperti pengentasan stunting dan buta huruf.
Tahun ini, kegiatan KKN berlangsung di tiga kecamatan di Kabupaten Wonosobo, yaitu Sukoharjo, Kaliwiro, dan Wadaslintang. Mahasiswa KKN melakukan berbagai program yang bermanfaat bagi masyarakat di 54 desa, dan hasilnya dipamerkan dalam EXPO KKN.
Selama sebulan, mahasiswa KKN terlibat dalam berbagai program, seperti pengentasan stunting dan buta huruf, serta kegiatan lain berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Program-program ini bertujuan untuk memberi dampak positif kepada masyarakat, sekaligus mendalami permasalahan yang ada di desa-desa,” tambahnya.
“Hari ini kami sangat senang melihat antusiasme mahasiswa yang mempresentasikan hasil kerja mereka selama KKN. Kami juga sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang telah memberikan sambutan hangat dan dukungan luar biasa,” jelas Saefurrohman.
Inovasi dan Capaian Mahasiswa: Pamerkan Hasil Kerja di EXPO KKN
Noval Yusuf Darius Panto, mahasiswa Program Studi Psikologi UMP dan Ketua Panitia EXPO KKN, juga memberikan keterangan terkait acara ini.
Ia menjelaskan bahwa EXPO KKN ini menjadi ajang untuk memamerkan hasil inovasi dan program yang telah dilakukan mahasiswa selama satu bulan di desa-desa sekitar Wonosobo.
“Expo ini merupakan puncak dari KKN, di mana mahasiswa mempresentasikan hasil-hasil inovasi mereka. Misalnya, di desa saya, ada manisan dari buah salak, teh herbal dari kulit salak, dan kopi dari biji salak,” jelas Noval.
Selain itu, ia juga mengungkapkan adanya berbagai inovasi lain yang dikembangkan mahasiswa KKN, seperti dodol dari salak di desa Gunung Dugel.
“Kami memanfaatkan potensi alam yang ada di desa untuk membuat produk-produk yang bermanfaat,” tambahnya.
Dalam acara EXPO KKN ini, mahasiswa tidak hanya menampilkan hasil kerja mereka, tetapi juga melibatkan pemerintah setempat.
“Kami melibatkan pemerintah kabupaten dan masyarakat desa untuk melihat hasil KKN ini. Pemerintah Kabupaten Wonosobo sangat positif dan mendukung penuh kegiatan ini,” kata Noval.
Harapan dan Dampak Positif KKN bagi Masyarakat
Saat ditanya mengenai harapan dari kegiatan ini, Noval mengungkapkan, “Saya berharap kegiatan KKN ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama di Kabupaten Wonosobo. Kami datang bukan hanya membawa ilmu, tetapi juga ingin memberikan kontribusi nyata untuk pembangunan desa.”
Ia berharap agar inovasi yang diperkenalkan mahasiswa dapat diterima dan dikembangkan lebih lanjut masyarakat setempat.
Acara EXPO KKN UMP 2025 ini bukan hanya menjadi ajang pameran hasil kerja mahasiswa, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian nyata yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo.
Dengan melibatkan mahasiswa dalam pengembangan potensi desa, kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Baca juga: Toni Susanto, Perajin Batu Akik yang Masih Eksis di Wonosobo
Pengalaman Mahasiswa dalam KKN
Reska Wahidjati, salah satu mahasiswa dari jurusan Keperawatan UMP yang ditempatkan di Desa Gambaran, Kecamatan Kaliwiro, berbagi pengalamannya selama mengikuti KKN di Wonosobo.
Menurutnya, program ini sangat menarik dan memberikan pengalaman berharga, terutama dalam menghadapi tantangan beradaptasi dengan lingkungan baru.
“Saat awal datang ke Wonosobo, kami mengalami culture shock karena cuacanya yang cukup dingin. Namun, setelah beradaptasi, kami bisa menikmati keindahan alamnya dan mendapatkan banyak pengalaman berharga,” ungkapnya.
Dalam ekspo ini, kelompoknya menampilkan berbagai produk unggulan, seperti pupuk PGPR dari akar bambu, gelang buatan tangan, lilin aroma terapi, serta jamu tradisional yang terbuat dari beras kencur dan kunyit asam.
Produk-produk ini dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp25.000 per item.
Reska juga berharap agar Wonosobo dapat terus berkembang menjadi daerah yang lebih maju, indah, dan semakin dikenal karena keunikan serta potensi yang dimilikinya.
Dengan berbagai inovasi yang telah dihasilkan dan komitmen untuk keberlanjutan program, KKN UMP di Wonosobo tidak hanya memberikan pengalaman bagi mahasiswa, tetapi juga kontribusi nyata bagi masyarakat setempat.