Menteri Kebudayaan Fadli Zon resmi mengukuhkan Pengurus Pusat Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) periode 2024-2028 di Hotel Mercure, Jakarta Selatan, Sabtu (10/5/2025).
Pengukuhan ini dihadiri sejumlah tokoh nasional serta perwakilan Kementerian Kebudayaan.
Dalam sambutannya, Fadli menekankan pentingnya ilmu sosial sebagai landasan dalam penyusunan kebijakan publik.
Fadli menyebutkan bahwa pengukuhan ini bukan hanya sebuah seremoni, melainkan langkah strategis untuk memperkuat kontribusi para ilmuwan sosial dalam pembangunan bangsa.
Dikutip dari news.detik.com, ia mengatakan, “Tugas HIPIIS adalah mendorong ilmu sosial sebagai basis utama dalam penyusunan kebijakan pemerintah. HIPIIS dapat memberi masukan kepada institusi terkait, karena di sini (HIPIIS) didukung banyak ahli, hingga profesor.”
Baca Juga: Dana Indonesiana, Fadli Zon Janjikan Rp 2,5 Miliar untuk Sineas
Lebih lanjut, Fadli menjelaskan bahwa peran peneliti sosial sangat penting dalam memberikan kontribusi terhadap kebijakan negara.
Ia mengungkapkan bahwa peran ilmu sosial tidak bisa dilepaskan dari tiga fungsi utamanya, yakni memahami masyarakat, mengkritisi dinamika sosial, dan memberikan solusi berbasis data dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Sejak berdiri, HIPIIS telah aktif dalam berbagai kegiatan untuk memajukan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. HIPIIS secara rutin mengadakan kongres dan seminar nasional serta memberikan penghargaan kepada ilmuwan sosial yang berkontribusi signifikan di bidang sosial,” tambahnya.
Fadli juga menegaskan bahwa HIPIIS sebagai organisasi ilmuwan sosial yang independen dan kritis harus tetap mendorong ilmu sosial sebagai dasar dalam kebijakan pemerintah.
“Saya yakin HIPIIS ke depan bisa mengambil peran strategis, menjadi semacam think tank bagi pemerintah. Dalam pemerintahan Bapak Prabowo Subianto, beliau memiliki banyak hal yang ingin dilakukan, sesuai dengan amanat konstitusi kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” jelasnya.
Fadli berharap HIPIIS dapat menjadi wadah kolaborasi lintas disiplin, lintas generasi, dan lintas sektor yang dapat memperkaya kajian, memperluas jaringan, serta mendorong pemanfaatan ilmu sosial dalam kebijakan publik dan pembangunan yang berkeadilan.
Senada dengan Fadli, sutradara Garin Nugroho menilai kegiatan ini penting untuk mengembalikan peran ilmu sosial dan humaniora yang selama satu dekade terakhir cenderung terpinggirkan.
Ia menilai kurangnya peran teknokrat sosial berimbas pada rendahnya inovasi dan produktivitas sumber daya manusia di ASEAN.
“Selama 10 tahun terakhir, teknokrat ilmu sosial hampir tidak ada, sehingga kualitas inovasi dan produktivitas manusia Indonesia di ASEAN menjadi rendah,” ujar Garin.
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan HIPIIS, Ravik Karsidi, dalam laporannya mengungkapkan bahwa rakernas telah merumuskan sejumlah pemikiran konstruktif untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
“HIPIIS hendaknya bukan hanya sebagai pelaku kajian, tetapi juga sebagai penghubung antara pembuat riset dan penyusun kebijakan,” kata Ravik.
Baca Juga: Fadli Zon Tekankan Peran Museum sebagai Pilar Peradaban dan Pendidikan
Ravik juga menggunakan data dari BPS yang menunjukkan bahwa 2020-2035 merupakan puncak usia produktif Indonesia, dan menekankan pentingnya HIPIIS merumuskan strategi terkait kepemudaan dan mobilitas sosial.
Ia berharap pemikiran ini dapat disampaikan langsung kepada Presiden melalui Ketua Umum HIPIIS.
Selama Rakernas 2025, lanjutnya, telah berkembang gagasan untuk kegiatan HIPIIS ke depan, seperti penyelenggaraan seminar tentang karya-karya Taufik Abdullah, urgensi redefinisi ilmu sosial dalam konteks kekinian, perumusan narasi besar pembangunan bangsa dari perspektif ilmu sosial, serta pengarusutamaan ilmu sosial sebagai dasar pertimbangan utama kebijakan-kebijakan strategis pemerintah.