By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Jejak Karya Waldjinah, Ratu Keroncong Kebanggaan Indonesia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Jejak Karya Waldjinah, Ratu Keroncong Kebanggaan Indonesia
Profil

Jejak Karya Waldjinah, Ratu Keroncong Kebanggaan Indonesia

Anisa Kurniawati
Last updated: 30/12/2024 02:27
Anisa Kurniawati
Share
Piringan Hitam/Vinyl Album Ajo Ngujju milik Wldjinah yang dirilis Label Lokananta tahun 1969. Foto: Istimewa
SHARE

Bila ada pertanyaan siapa nama paling terkenal dalam dunia musik Keroncong Indonesia? Nama Waldjinah adalah satu jawaban paling populer.

Penyanyi spesialisasi keroncong-langgam Jawa ini bahkan dikenal dengan julukan “Ratu Keroncong”. Walang Kekek dan Jangkrik Genggong dua tembang hits keroncong yang dipopulerkannya. 

Penyanyi kelahiran Solo, 7 November 1945 ini mengawali karier sejak menjadi juara kontes menyanyi bertajuk Ratu Kembang Katjang pada tahun 1958. 

Dari usia 12 tahun Waldjinah sudah menyanyi dari kampung ke kampung. Saat beryusia 14 tahun, dia juga berhasil merebut juara harapan pertama Lomba Bintang Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta.

Dilansir dari tokoh.id, Ia mengaku tak pernah belajar vokal secara khusus. Ia banyak belajar dengan cara mendengarkan radio. Di samping itu, ia juga belajar dari sang ibu yang selalu mengantarkan tidur dengan tembang-tembang.

Album Pertama

Pada tahun 1959 di bawah Lokananta, sebuah label yang berlokasi di kota Solo, ia menyanyikan lagu Kembang Katjang. Lagu itu dimuat dalam sebuah album kompilasi bersama dua penyanyi lain, yakni S Bekti dan S Harti. Saat itu usianya baru genap 14 tahun

Lima tahun berselang, ia kembali merekam suaranya di Lokananta menyanyikan sebuah langgam Jawa yang menjadi sangat terkenal, yaitu Yen Ing Tawang Ana Lintang karya Anjarani. 

Kesempatan untuk membuat album solo dengan namanya sendiri baru datang tahun 1967, yaitu album Ngelami-lami. Album itu memuat lagu Langensari. Sesudah itu, namanya benar-benar berkibar setelah merilis lagu Walang Kekek.

Lagu Walang Kekek direkam perusahaan rekaman Elshinta, Jakarta tahun 1968. Lagu yang berhasil melejitkan namanya itu tidak diketahui penggubahnya. Waldjinah hanya menciptakan liriknya yang berisi sindiran untuk diri sendiri. 

Penyanyi Keroncong Waldjinah tampil bersama Orkes Keroncong Bintang Surakarta. Foto: wikimedia commons

Terhitung sejak tahun 1968 hingga 1972, ia produktif membuat sekitar 20 album. Diantaranya yaitu Jangkrik Jenggong, Ayo Ngguyu, O Sarinah, Mathuk Thok, Pak-e Thole, Tanjung Perak, Enthit, E Jamune, dan Sugeng Riyadi. 

Dalam lagu-lagunya, Waldjinah banyak menyentil persoalan asmara. Misalkan saja dalam salah satu lagunya yang berjudul Tepo Tulodo. Lewat lagu itu, ia hendak menyampaikan pesan kepada kaum hawa agar menjadi perempuan cerdas dan mandiri, jangan hanya bergantung pada orang lain. 

Ciri Khas Cengkok Jawa 

Ciri khas Waldjinah adalah cengkok Jawa yang didapat dari kebiasaannya menembang macapat semasa kecil. Selain itu, ia juga akrab dengan vokal pada karawitan Jawa. Dalam mempelajari kelal-kelok suara, dia mengaku belajar dari Nyi Podang. 

Ia juga sering menjadi pengisi acara di pagelaran wayang kulit. Meski demikian, ia menolak jika disebut sebagai pesinden. Alasannya, ia tak mau cara menyanyi langgamnya rusak karena artikulasinya berbeda dengan menyinden. 

Untuk melestarikan langgam Jawa dan lagu-lagu keroncong, ia tak pelit untuk menularkan ilmunya kepada siapa saja, khususnya generasi muda. Salah satunya Joanna Dudley, seorang penyanyi asal Australia yang bermukim di Jerman.

Waldjinah juga memberikan pelatihan bernyanyi keroncong untuk anak-anak usia sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas di rumahnya. Menurutnya, keroncong itu memesona dan menghipnotis. 

Prestasi Waldjinah

Kiprahnya selama puluhan tahun banyak diapresiasi, antara lain Anugerah Seni Jateng 2002, Penghargaan Putri Solo dari Paku Buwono XII 2003, dan Hadiah Seni dari Pemerintah RI tahun 2006. 

Pada tahun 2013,  dari Anugerah Musik Indonesia dia menerima penghargaan sebagai Legend Award. Selain itu, salah satu karyanya yang bertajuk Penglipur Wuyung mendapatkan penghargaan sebagai Karya Produksi Keroncong/Keroncong Kontemporer/Langgam/Stambul Terbaik, dari Anugerah Musik Indonesia pada tahun 2017.

Hingga tahun 2000, ia sudah menghasilkan sedikitnya 100 album dari berbagai label dan menyanyikan sekitar 1600 lagu. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Waldjinah masih memiliki misi besar untuk melestarikan musik keroncong. Ia masih bersemangat, kala mendapatkan undangan untuk menghadiri suatu acara, utamanya acara budaya.

You Might Also Like

Sunan Drajat, Jejak Dakwah Kehidupan Sosial di Lamongan

Irawati Kusumorasri, Pelestari Seni Tari Jawa

Mendur Bersaudara, Pahlawan Fotografi Indonesia

K.H. Abdul Halim: Ulama, Pendidik, Pejuang Asal Majalengka

Panthera Tigris Sondaica, Harimau Jawa yang Kini Tinggal Cerita

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Star Bathing, Sensasi Healing di Bawah Langit Penuh Bintang
Next Article Desa Balida Angkat Tradisi Melalui Racah Mampulang Bakarasmin
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?