By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: K.H. Abdul Halim: Ulama, Pendidik, Pejuang Asal Majalengka
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > K.H. Abdul Halim: Ulama, Pendidik, Pejuang Asal Majalengka
Profil

K.H. Abdul Halim: Ulama, Pendidik, Pejuang Asal Majalengka

Anisa Kurniawati
Last updated: 03/11/2024 23:50
Anisa Kurniawati
Share
5 Min Read
Foto: historia.id
SHARE

K.H. Abdul Halim, merupakan tokoh organisasi Islam, tokoh pergerakan nasional, ulama besar, dan tokoh pembaharuan di Indonesia khususnya pada bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Pada, 6 November 2008 ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI.

Abdul Halim lahir 26 Juni 1887 di Desa Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Nama kecilnya, Otong Syatori. Terlahir dari pasangan Kiai Muhammad Iskandar dan Siti Mutmainah, ia merupakan anak terakhir dari delapan bersaudara.

Ayahnya yang diketahui masih keturunan Maulana Hasanudin, anak Sunan Gunung Jati, adalah seorang pesantren dan penghulu di Kawedanan Jatiwangi. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Selanjutnya, dia banyak diasuh oleh ibu dan kakak-kakaknya. 

Dilahirkan di lingkungan keluarga pesantren, membuat Abdul Halim banyak membaca ilmu ilmu keislaman maupun ilmu-ilmu kemasyarakatan. Pendidikannya dimulai dari  HIS milik Belanda, kemudian dia melanjutkan pendidikannya ke berbagai pesantren. 

Diantaranya Pesantren Ranji Wetan di Majalengka yang diasuh oleh Kiai Anwar, Pesantren Lontong Jaya (Leuwimunding), Pesantren Bobos (Cirebon) yang diasuh oleh KH Sujak, Pesantren Ciwedus (Kuningan) yang diasuh oleh Kiai Ahmad Shobari, Pesantren Kedungwuni (Pekalongan) yang diasuh Kiai Agus.

Disamping belajar di pesantren, dia berjualan aneka produk yang dibutuhkan para santri, seperti sarung, kain batik, minyak wangi, dan kitab-kitab pelajaran agama Islam. Di usia yang ke 22 tahun, Abdul Halim memutuskan pergi ke Mekkah untuk mendalami ilmu-ilmu keislaman.

Di sana, ia mendapat banyak ilmu melalui para guru yang diantaranya Syekh Mahfudzat-Turmusi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi, dan Syekh Ahmad Khayyat. Setelah tiga tahun dia kembali ke Indonesia untuk mengajar. 

Mendirikan Organisasi 

Pada tahun 1911 sepulangnya dari Mekkah, K.H. Abdul Halim mendirikan lembaga pendidikan Majelis Ilmi di Majalengka. Setahun setelah lembaga pendidikan tersebut berkembang, dia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Hayatul Qulub. 

Organisasi ini juga bergerak di bidang perekonomian. Sehingga anggotanya bukan hanya berasal dari kalangan santri, guru, dan kiai, tetapi juga para petani dan pedagang. Namun, organisasi tersebut mempunyai banyak saingan, khususnya dengan pedagang China  yang lebih banyak didukung oleh Pemerintah Hindia Belanda. 

Persaingan tersebut memuncak ketika Pemerintah Hindia Belanda menuduh organisasi Hayatul Qulub sebagai biang kerusuhan dalam peristiwa penyerangan toko-toko milik orang China yang terjadi di Majalengka pada tahun 1915. Akibatnya, Hayatul Qulub dibubarkan dan dilarang meneruskan segala kegiatannya. 

Setelah organisasi itu dibubarkan, pada 16 Mei 1916, Abdul Halim mendirikan lembaga pendidikan baru bernama Jam’iyah al-I’anat al-Muta’alimin atau Perkumpulan Pertolongan untuk Pelajar. Setahun kemudian, Ketua Sarekat Islam HOS Tjokroaminoto memberikan dukungannya, yang akhirnya lembaga tersebut dikembangkan dan diubah namanya menjadi Persjarikatan Oelama atau Perserikatan Ulama.

Pada tahun 1932, Abdul Halim mendirikan Santi Asmoro sebagai bentuk perhatiannya untuk memajukan di bidang pendidikan. Di tempat ini murid-murid dibekali dengan pengetahuan agama, pengetahuan umum dan juga berbagai keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan kerajinan tangan.

Masa Pendudukan Jepang

Saat pendudukan Jepang, Persjarikatan Oelama dibekukan aktivitasnya pada 1942. Setelah perjuangan yang panjang, pada 1 Februari 1943, organisasi tersebut bisa aktif kembali dengan Abdul Halim menjadi ketuanya. Nantinya POI ini mengadakan fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) menjadi Persatuan Umat Islam (PUI). 

Pada mulanya, Abdul Halim kooperatif dengan Jepang, namun kemudian mulai menunjukkan ‘perlawanan’. Dia tidak menganjurkan rakyat membantu Jepang. Bahkan meminta agar Jepang mencetak Alquran yang sangat dibutuhkan masyarakat pada saat itu. 

Pada Mei 1945, ia diangkat menjadi anggota BPUPKI, sebagai anggota Panitia Pembelaan Tanah. Setelah kemerdekaan, Abdul Halim diangkat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Daerah (PB KNID) Cirebon. Ia juga pernah diangkatnya menjadi Bupati Majalengka. 

Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Abdul Halim tetap aktif dalam organisasi keagamaan. Disamping itu, ia sempat menentang gerakan Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo. Ia juga merupakan salah seorang tokoh yang menuntut pembubaran Negara Pasundan ciptaan Belanda.

Periode tahun 1950-an, Abdul Halim menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan kemudian menjadi anggota Konstituante. Abdul Halim akhirnya meninggal pada 7 Mei 1962. Atas jasa-jasanya, Abdul Halim dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2008. Namanya juga diabadikan menjadi nama jalan protokol di Majalengka. (Ditulis dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Asmuni, Dari Seniman ABRI Hingga Legenda Komedi

Kisah Rudi, Pandai Besi Tradisional Asal Wonosobo

SD Negeri 1 Lamuk, Lebih dari Satu Abad Menjaga Tradisi & Mencetak Prestasi

Agung Wiera dan Perjalanan Panjang Fotografi Budaya

Perjalanan Novelis Fira Basuki, Dari Jendela-Jendela hingga Atap

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten InJourney Airports Bikin Bandara Soekarno-Hatta Kian Cantik
Next Article Indonesian Dance Festival (IDF) 2024, Perayaan Warisan Budaya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?