By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kesenian Ebeg Banyumas, Antara Peperangan Dan Kesurupan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kesenian Ebeg Banyumas, Antara Peperangan Dan Kesurupan
Warisan Budaya

Kesenian Ebeg Banyumas, Antara Peperangan Dan Kesurupan

Anisa Kurniawati
Last updated: 16/11/2024 03:39
Anisa Kurniawati
Share
SHARE

Ebeg, kesenian kuda lumping atau jaran kepang yang berasal dari Banyumas. Kesenian tradisional ini menggunakan boneka kuda terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg sendiri menggambarkan kegagahan dan keberanian prajurit perang yang sedang menunggang kuda diiringi musik gamelan dan lagu-lagu Banyumas. 

Kata Ebeg sudah biasa dikenal di wilayah Banyumas. Di daerah lain, ebeg mirip dengan kesenian kuda lumping, jathilan, jaran dhor, atau barongan. Dikutip dari epsos.id, Kesenian ini telah berkembang sejak meletusnya Perang Diponegoro (1925-1930). 

Pemain ebeg biasanya terdiri dari 5-8 personel. Properti yang digunakan berupa jaranan atau kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu. Terkadang juga dihidangkan sesaji berupa bunga-bungaan, pisang, kelapa muda (degan), jajanan pasar, dan lainnya. 

Tarian Perang

Tarian ini melambangkan dukungan rakyat terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan imperialisme kolonial Belanda. Dilansir dari laman klampok.id, kesenian tari Ebeg sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Kesenian ini lahir pada masa kekuasaan Raja Sri Aji Wurawari, Penguasa Lwaram, kerajaan kecil di bawahan kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno. 

Tarian Ebeg muncul sebagai bentuk perayaan kemenangan kerajaan Lwaram yang bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya terhadap Mataram Kuno pada Tahun 991-992 M. Pada saat itu kerajaan sekutu dipimpin oleh Raja Dharmawangsa.

Beberapa tahun kemudian, Airlangga, menantu Raja Dharmawangsa balas dendam dan menewaskan penguasa Lwaram. Setelah meninggalnya Raja Wurawari, Ebeg masih dipentaskan.

Kemudian, tarian mulai melibatkan makhluk dari dimensi lain yang disebut indang (pamong atau pengasuh). Salah satu kebiasaan wajib dalam pementasan kesenian Ebeg yakni sesaji atau menyan.

Sesaji menjadi sebuah persembahan kepada para arwah dan penguasa makhluk halus agar mau mendukung pementasan. Sehingga penari Ebeg menari dalam kondisi kesurupan yang dalam bahasa Banyumas disebut wuru atau mendem.

Konon, pada sesi kesurupan bermakna memanggil roh Raja Wurawari dan para prajurit yang gugur dalam peperangan. Selain itu, bertujuan untuk mengenang kejayaan dan kemenangan Raja Wurawari ketika mengalahkan Raja Dharmawangsa. 

Baca juga: Festival Khentongan, Atraksi Wisata Dan Budaya Khas Banyumas

Pertunjukan Ebeg

Koreo atau rancangan tari di pentas Ebeg tidak rumit. Namun, para penari dituntut bergerak selaras dan kompak sesuai ritme alunan musik gamelan. Pementasannya terdiri dari empat babak yaitu buto lawas yang dilakukan dua kali, babak senterewe dan babak begon putri. Tiap babak pentas ebeg dimulai dengan tari-tarian, janturan dan gapetan dipimpin seorang penimbul/dalang.

Iringan musiknya menggunakan gamelan seperti kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Lagu yang dimainkan berupa lagu Banyumasan, seperti Ricik-Ricik, Tole-Tole, Waru Doyong, Sekar Gadung Gudril, Blendrong, Lung Gadung, Cebonan, dan sebagainya.

Masyarakat banyak yang mengaitkan kesenian ini dengan hal-hal yang bersifat magis. Hal ini dikarenakan pada saat babak janturan biasanya para pemain kesurupan roh dan kehilangan akal.

Ketika para penari mulai kesurupan, tanpa sadar mereka memakan pecahan kaca, bara api atau benda lainnya yang berada di dekatnya. Bukan hanya pemain, namun penonton juga ada yang kerasukan. Atraksi seni nilah yang menjadikan Ebeg tetap populer dan ditonton masyarakat. 

Hingga saat ini Ebeg masih eksis dan menjadi hiburan dalam berbagai acara syukuran, hajatan, acara kebudayaan di daerah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen, dan Banjarnegara.

You Might Also Like

Mencoba Mi Tarempa Asli Batam Yang Kaya Rasa

Brekecek Pathak Jahan, Kuliner Tradisional Lezat Khas Cilacap

Candi Lor Nganjuk Resmi Jadi Cagar Budaya, Begini Sejarahnya

Lomba Berjepin ASN Pontianak, Lestarikan Budaya Melayu

Trem Batavia, Primadona Transportasi Jakarta Tempo Dulu

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Cut Caya dan Cut Cani, Cerita Persahabatan dari Aceh
Next Article Aceh Barat Tetapkan Lima Cagar Budaya Bersejarah
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?